Mingyu pov--
Gue fikir semuanya bakalan sama.
Sama kaya awal – awal gue kenal dia. Awal – awal jatuh cinta sama dia. Awal – awal deket bahkan sampe pacaran. Sampe kita putus. Balikan lagi. Putus lagi. Balikan lagi. Rotasinya begitu – begitu aja yang bikin gue ngerasa beneran jadi manusia yang mengalami banyak rotasi dalam kehidupan.
Gue sama dia emang udah sama – sama dewasa sekarang. Keitung udah hampir lima tahun gue sama dia dalam hubungan jarak jauh atau istilah kerennya LDR. Tapi selama lima tahun hidup di negera yang berbeda, kita juga udah beda hubungan.
Status kita sekarang itu cuma mantan dan sedikit temenan karena gue sensian banget sekarang sama dia. Dia yang tiga tahun lalu mutusin hubungan sama gue dan dengan gampangnya dia bilang kalau dia udah nyaman sama yang baru.
Iya, itu wajar kok.
Dia itu cantik, manis, ganteng, ukeable, cipokable, pelukable pokoknya semua yang ada didalam diri dia itu emang menarik banget. Dia yang gue maksud bukan lain ya Jeon Wonwoo.
Si cantik yang pernah janji ke gue kalau dia tetep akan dan terus jadi Jeon Wonwoonya Kim Mingyu. Jeon Wonwoo yang selalu jaga hatinya dan selalu begitu.
Tapi apa ? Tokai embe !
Inget pas liburan musim panas tiga tahun lalu. Gue emang selalu pulang setiap ada dapet hari libur meskipun cuma libur tiga hari. Dan waktu itu emang kita udah janjian. Dia yang juga libur semester bilang kalau dia nunggu gue pulang.
Dan kalian tau apa ? Pas gue pulang dan besoknya langsung pergi ke tempat janjian kita . Gue udah siap meluk dia pas kita ketemuan. Inget deh waktu ketemuan itu di salah satu cafe milik Scoups sama Jeonghan. Dia dengan tegasnya bilang ‘Jangan peluk aku!’ lha, gue bingung.
Waktu itu kita duduk di tempat yang udah dia pesenin. Cuma berdua, tanpa Scoups dan Jeonghan yang sibuk di ruangan mereka. Dia bilang begini dengan muka datar bin ngeselinnya ‘Gyu, gue mau putus. Rasanya gak sanggup ngejalanin ini. Dan gue udah nemu yang baru.’ Abis bilang gitu dia ninggalin gue yang masih cengo .
Kalau aja nih ya merkosa orang dan ngehamilin anak orang gak dosa, gue udah lakuin itu di cafe saat itu juga.
Jeon Wonwoo sialan !
Dan lebih sialannya lagi, gue bahkan gak bisa nyari pengganti dia meskipun udah berkali – kali gue kasih sugesti buat hati dan otak kalau dia itu jahat ! Tetep aja gak bisa dan kayanya gak akan bisa.
Jun yang satu Universitas sama Wonwoo selalu ngasih info gimana Wonwoo di tempat kuliahnya. Mereka juga satu kosan dan itu memudahkan gue nyari informasi tentang Wonwoo. Dan dengan ke kampretan seorang Junhui, dia selalu ngasih info tentang Wonwoo dan pacar barunya. Dia juga ngirim banyak foto Wonwoo lagi kencan sama pacar barunya yang gue gak tau dan gak mau tau itu siapa.
“Mingyu, mau minum apa ?”
Gue noleh dan nemuin bu Een yang lagi senyum lembut khas keibuannya. Kangen deh sama si ibu. Ibu yang dulu jadi tim hore hubungan gue sama Wonwoo.
“ Es teh aja deh bu.”
Bu Een senyum dan masuk lagi kewarungnya.
Gak ada yang berubah sih disini kecuali semakin rapi aja.
Pohon – pohonnya udah tinggi – tinggi banget. Dindingnya udah dicat ulang dan terlihat lebih rapi. Cuma ada satu dinding yang sama sekali gak berubah. Disana banyak coretan anak – anak S4. Ada coretan ‘Mingyu sayang Wonwoo’ yang paling gede disana.
Terima kasih bu Een karena berusaha gak menghapus kenangan indah sama si cantik kesayangan gue.
“ Ibuuuuuuuuu~”
Gue ngeliat ke sumber suara dari arah samping warung. Mata gue otomatis sedikit melotot saat liat siapa itu yang dateng.
JEON WONWOO !!!!!!
Dia tampak lebih berisi dari terakhir kali gue ketemu.
Tahun kemarin sih ketemu karena bokapnya ada kerjaan bareng bokap gue. Dan waktu ada acara pernikahan temen mereka, dan gue dipaksa ikut. Bersyukur karena gue bisa lepas kangen sama Wonwoo yang waktu itu juga ikut. Tapi gak lama, kita bahkan gak ngobrol karena dia asik sama adiknya.
[][][][]
Mingyu yang melihat Wonwoo tampak membeku.
Wonwoonya terlihat sangat berbeda.
Rambutnya dicat blonde dengan poni yang menutupi dahinya dengan sempurna. Bibirnya masih sedikit kemerahan dan juga gaya pakaiannya yang sederhana tapi tetap berkelas.
Wonwoo yang merasa diperhatikan langsung melihat ke arah Mingyu. Matanya juga sedikit melebar saat melihat siapa yang tengah duduk tenang disana menatapnya dalam diam.
“ Mingyu?” gumam Wonwoo yang jelas aja Mingyu tahu.
Mingyu bangun dari tempatnya dan menghampiri Wonwoo dengan langkah pelan.
“ Apa kabar?” tanya Mingyu saat ia sudah berdiri tepat dihadapan Wonwoo.
“ Ba-baik.. Kamu?”
Mingyu tersenyum. Ia mengangkat tangannya dan mengusap puncak kepala Wonwoo dengan lembut.
“ Kayanya udah lama banget gak sedeket ini sama kamu.”
“ Jangan modus ya!” omel Wonwoo.
Mingyu terkekeh dan menarik Wonwoo untuk duduk disalah satu bangku warung. Mereka duduk berdampingan dan senyuman Mingyu tidak pernah luntur.
“ Gak kerasa kalau udah sama – sama selesai kuliah juga.”
Wonwoo mengangguk.
“ Gimana sekarang ?”
“ Aku arsitek, dan sekarang sibuk buat proyek untuk perusahaan baru papa. Kamu?”
“ Tour guide.” Balas Wonwoo singkat.
Mereka diam untuk beberapa saat. Seperti sibuk mengenang hari – hari mereka saat masih bersama dulu. Tidak jarang keduanya tersenyum bodoh seperti sedang berbincang lewat fikiran mereka.
“ Semuanya udah gak sama ya, Won..”
“ Iya. Kamu beda, aku beda. Kita udah nemuin jalan hidup kita ke depannya.”
“ Aku belum.”
“ Hah?”
Mingyu terkekeh. “ Jalan aku cuma kamu.”
Wonwoo tertawa hambar. “ Emang bisa diulang ya ? rasanya pasti aneh banget.”
Kode?
Mingyu tersenyum simpul.
“ Iya rasanya emang gak sama kaya sebelum – sebelumnya.Gimana hubungan kamu sama pacar kamu ?”
Wonwoo menggeleng. “ Aku gak pacaran sama siapapun.”
“ Loh ?”
“ Siapa ? Jun selalu ngasih informasi dan ngirim – ngirim foto aku sama cowok lain ke kamu kan ?”
“ Kamu tau?”
Wonwoo mengangguk. “ Aku gak sengaja buka chat kalian. Makasih, Mingyu...”
“ Makasih untuk ?”
“ Untuk semua ke-kepoan kamu tentang kehidupan aku disini. Aku seneng kamu masih peduli sama aku.”
“ Bentar. Maksudnya kamu sama pacar kamu itu gimana ?”
“ Kita gak pacaran tau. Aku sama Yoongi itu cuma temenan aja. Dia kan temennya Taehyung, pacar sepupuku. Yaudah nongkrong bareng dan kosannya searah sama kosan aku. Kita deket karena dia kerja disalah satu penerbit gitu. Dan aku nerbitin satu buku di tempat dia.”
Mingyu diam mendengarkan penjelasan Wonwoo.
“ Aku sengaja ngejauh dari kamu karena aku mau fokus sama belajar aku dan aku juga mau kamu kaya gitu. Karena kalau gak gitu, kita pasti sama – sama ngerengek sama orang tua kita buat minta kuliah disatu univ aja dan ujung – ujungnya pasti kita lebih sering pacaran daripada belajar.”
JEON WONWOO !!!!
Rasanya Mingyu mau ngacak – ngacak tanah aja mendengar semua ucapan Wonwoo.
“ Wonwoo.. Tapi—Jun—?”
Wonwoo menggeleng. “ Dia itu emang provokator aktif. Kamu tau gak, Seokmin sama kak Jichu pernah putus karena komporan dari Jun. Kampret gak sih ?”
Kan ! Jun itu temen macem apa sih ?
Kadang ngasih nasihat. Ngasih solusi. Kadang mencoba menyiram bensi ditengah api yang menyala.
“ Kamu tinggal dimana sekarang?”
“ Disini, sama mama papa. Bohyuk diluar kota. Dia kuliah ditempatku. Kamu?”
“ Aku masih harus di Singapura. Kamu mau ikut aku kesana?”
“ Jadi ibu ditinggalin lagi nih?”
Wonwoo dan Mingyu menoleh dan mendapati bu Een tengah berdiri dipintu warung. Bersedekap sambil menatap keduanya.
“ Ih ibu. Sini bu...”
Wonwoo menggeser duduknya mendekat kearah Mingyu dan memberikan bu Een tempat.
Jongin dan Kyungsoo sebentar lagi merencanakan pernikahan. Bu Een dibuat sedih dengan waktu yang berjalan semakin cepat seolah – olah tidak peduli dengan perasaannya.
“ Ibu seneng liat kalian semua berhasil.”
“ Kan wejangan dari ibu juga.”
Bu Een tersenyum. Ia mengusap lengan Wonwoo dan Mingyu bergantian.
“ Kalian gak ada niat buat nikah juga ?”
Pertanyaan bu Een sontak membuat Wonwoo dan Mingyu saling bertatapan.
Apa – apaan dah ini ?
“ Dulu, ibu selalu berharap kalau kalian berdua beneran jodoh—“
..
Inget gimana brengseknya Mingyu yang suka godain uke – uke dan cewek – cewek cantik yang suka mampir ke warung bu Een. Inget juga gimana degem – degemnya Mingyu yang selalu centil dan dengan suka rela pesen makanan buat tiga orang. Buat Mingyu, Wonwoo dan si degem itu.
Ketika Mingyu melancarkan jurus liarnya, Wonwoo akan tetap diam ditempat. Sebelum akhirnya ia melempar novel tebalnya saat Mingyu sudah bergabung dengannya.
Inget juga gimana Wonwoo yang suka digodain seme – seme ganteng temen – temennya Jongin. Atau Wonwoo yang suka jadi bahan nyinyiran degem – degem Mingyu yang iri karena Wonwoo lebih cantik daripada mereka. Atau Wonwoo yang suka ngusel – ngusel di ketek Mingyu tapi dia suka teriak ‘MINGYU KAMU BAU BANGET!!!’ tapi sama sekali gak ngejauh dari Mingyu.
Inget dimana Mingyu suka ngerjain PR Wonwoo, tapi Wonwoo malah tidur diatas bale dengan pulesnya sambil pelukan sama Jeonghan. Inget juga waktu Wonwoo nyiram Scoups dan Jeonghan yang asik ciuman dibelakang warung. Atau Wonwoo yang nendang Hoshi karena berisik waktu Wonwoo fokus ngafalin bacaan doa.
Warung bu Een itu tempat bersejarah buat hubungan Wonwoo dan Mingyu. Bukan hanya mereka berdua. Tapi Hoshi dan Jihoon yang gak pernah akur. Sekalinya akur kaya permen karet. Hubungan Seokmin sama Joshua yang sangat – sangat tenang. Hubungan heboh Vernon dan Seungkwan dan hubungan penuh kemesuman Jeonghan dan Scoups.
Ada lagi. Hubungan Jun dan Minghao dimana Jun banyak sekali sabar menghadapi kekasihnya yang sedikit bolot itu. Atau hubungan Lee Chan dengan salah satu senior dikampusnya.
‘Kehidupan itu seperti roda yang berputar.’
Itu sepenggal kalimat bu Een yang selalu diucapin ke anak – anak S4 yang punya masalah. Entah masalah hubungan mereka, masalah dengan sekolah mereka, atau masalah dengan keluarga mereka. Hubungan yang bisa dibilang lebih dari seorang pemilik warung dan pembelinya.
Masa – masa dimana mereka melihat bu Een seperti ibu kedua mereka. Bu Een yang selalu merangkul mereka sambil mengusap punggung mereka agar mereka sedikit tenang saat menghadapi masalah.
Bu Een yang selalu berteriak ‘WONWOO !!! ITU GORENGANNYA DIBALIK !!!’ atau ‘MINGYU !!! AWAS YA KAMU NYAKITIN SI CANTIK !!’. Bu Een yang mendidik anak satu – satunya dengan sangat baik. Bu Een yang selalu berbaik hati membiarkan anak – anak yang mampir diwarungnya untuk memetik semua buah yang siap panen di pekarangan rumahnya.
Bu Een yang akan selalu dikenang di semua hati anak – anak sekolah yang suka mampir ke warungnya.
Terutama di hati Wonwoo dan Mingyu...
[][][][]
“ Bunda, ini ciapa ?”
Wonwoo melihat kearah tunjuk Minu – putrinya – yang tengah membuka – buka album foto lama. Album yang cover depannya bertuliskan ‘Warung bu Een’.
“ Ini namanya bu Een. Kaka panggil dia nenek.”
“ Oh.. Kok bunda cama ayah poto cama dia telus?”
Wonwoo tersenyum seraya menghapus air mata disudut matanya.
“ Iya. Dia baiiiiiiiiiiiiiiik banget sama bunda sama ayah.”
“ Minu mau ketemu meleka dun bun.”
Wonwoo mengusap rambut putrinya dengan lembut. “ Bu Een udah sama tuhan.”
Mingyu yang berdiri didekat mereka hanya tersenyum. Ia juga merasakan hal yang sama seperti Wonwoo sekarang ini. Ia mengangkat wajahnya ke langit – langit kamar. Menghalau air mata yang siap jatuh.
Iya, bu Een sudah meninggal beberapa tahun lalu. Setelah dua bulan Mingyu dan Wonwoo memutuskan menikah. Sebelum meninggal bu Een bilang ‘Ibu gak kuat, Won... Tapi ibu tetep mau dateng ke acara kalian...’
Waktu itu bu Een sakit karena emang umurnya yang sudah tua. Wonwoo ingat waktu itu Jongin memilih untuk duduk diluar kamar ibunya karena tidak sanggup mendengar semua ucapan bu Een.
Memang saat acara pernikahan bu Een datang. Dia mendampingi Wonwoo dan Mingyu sambil memangku cucunya. Bahkan Wonwoo ingat saat bu Een menangis sambil mengucapkan puji syukur atas rencana mereka.
Saat bu Een dibawa kerumah sakit pada malam hari. Semua anak S4 berkumpul diruangan wanita yang umurnya sudah lewat setengah abad itu. Bahkan Joshua dan Seokmin yang saat itu tinggal di Amerika langsung pergi malam itu juga ke tempat dimana bu Een dirawat.
Hari ketiga bu Een dirawat, Wonwoo ingat saat bu Een bilang ‘Wonwoo sama Mingyu jangan berantem terus ya. Akur terus yaa.. Kalian yang lain juga.. Kalau ibu gak ada, sering – sering mampir ke rumah ibu. Bilangin sama Jongin jangan nangis terus gitu..’
Wonwoo langsung memeluk bu Een saat itu juga. Membiarkan dia memuaskan dirinya memeluk wanita itu. Dan dipagi harinya. Saat Wonwoo dan teman – teman yang lain tidur di ruangan itu, bu Een sudah menghembuskan nafas terakhirnya tanpa ada yang tahu kapan tepatnya wanita itu meninggal.
‘ Coretan anak – anak ini jangan diapus ya nak. Biar kalian inget terus sama rumah ibu.’ Itu permintaan terakhir bu Een pada Jongin yang sampai sekarang coretan – coretan hasil karya Mingyu dan teman – temannya tidak dihapus. Coretan yang sudah pudar karena usia.
Ibu... Kami rindu....
END—
[][][][]
Finally~ aku bisa nyelesain ini.
Aku boleh jujur? Pas ngetik part ini aku nangis beneran. Hahaha. Kalian jangan yaa~ semoga kalian gak kecewa dengan akhirnya yang kayanya nyebelin banget. Hehe.
Terima kasih untuk dukungan kalian. Aku cinta kalian semua !!!!!!!!!!!!!!!!!!
Salam sayang, Nae..