Aliando Prilly - Fanfic Onesh...

By diaryzizi

211K 16.1K 971

Fanfic Oneshot SS 2 terusan dari Short Story Ali Prilly.. ^^ More

Buat Kamu ~ Fanfic Oneshot
Hush ~ Fanfic Oneshot
Secret Admirer ~ Fanfic Oneshot
Text Prank ~ Fanfic Oneshot
Photoshoot ~ Fanfic Oneshot
Kencan (?) ~ Fanfic Oneshoot
Cafe (?) - Fanfic Oneshot
Make Over ~ Fanfic Oneshot
Imagine - Fanfic Oneshot
Hangout ~ Fanfic Oneshot
Malam Minggu di Jakarta (1) ~ Fanfic Oneshot
Malam Minggu di Jakarta (2) ~ Fanfic Oneshot
Memory ~ Fanfic Oneshot
Drop ~ Fanfic Oneshot
Annoying Ali ~ Fanfic Oneshot
My Angel - Fanfic Oneshot
Pertemuan ~ Fanfic Oneshot
Halu ~ Fanfic Oneshot
Fine (2) - Fanfic Oneshot
Maaf ~ Fanfic Oneshot
Really Really ~ Fanfic Oneshot
Meet You ~ Fanfic Oneshot
You ~ Fanfic Oneshot
Missing You - Fanfic Oneshot
Rindu ~ Fanfic Oneshot
New Photoshoot ~ Fanfic Oneshot
Jealous - Fanfic Oneshot
Prilly B'day ~ Fanfic Oneshot
Aliando B'day - Fanfic Oneshot
Pine ~ Fanfic Oneshoot
Sickness ~ Fanfic oneshot
~Hallo~

Friend, Foe or what P.2 - Fanfic Oneshot

4.1K 412 22
By diaryzizi

Hmmm, warning alert!
Ini lagi lagi bukan lanjutan real life Ali Prilly. hehehe..
Jadi daripada keburu ditagih, saya mau jujur dulu biar kalian ga kecewa kuadrat hehe..
Kalian mending baca ceritaku yg lain misalnya My Lovely Boy, atau supir I love you, baru aku kasi bonus part hahaha.. bisa kalian kasih nasukan juga, jika berkenan.

Lagi ga sempat ngecek berita atau apapun jadi aku ga tau apa-apa tentang mereka, kegiatan ku hanya nonton jodoh tertukar itu aja bolong2 😂

O, iya ini lanjutan ya.. kalau ada yang ingat cerita ini berarti kalian hebat hahaha

~~~~~~~^
Cinta dan Benci.
Sama sama lima huruf
dan itu perasaanku padamu.

~ Zizi ~

~~~~~~~^

Seorang wanita cantik tengah duduk membereskan beberapa barangnya di mejanya yang berantakan. Ia Aprillya Larissa yang sekarang sudah menjadi Dokter cantik. Siapa yang tahu gadis tersebut akan tumbuh menjadi wanita yang gilai oleh dokter muda lainnya. Tapi tetap saja ia terus menjaga perasaannya untuk seseorang yang ia tunggu.

"Dokter, ini pasien terakhir," ucap Suster menyerahkan berkas.

"Oh, iya, Sus, suruh masuk," Prilly memakai kembali jas nya dan kembali membereskan beberapa barangnya.

"Apa kabar dokter?" suara familiar tersebut membuat Prilly terpaku tak mau mengangkat wajahnya.

Ia segera mengambil berkas di meja untuk melihat nama orang tersebut. Farel Ali Pratama.

"Jadi gue tetap dicuekin walau pasien?" tanya suara itu kembali, Prilly mengangkat kepalanya menatap pria menyebalkan tersebut.

"Emang situ sakit?" tanya Prilly cuek bersandar pada kursi.

"Lo ga periksa mana lo tahu!" seru Ali lagi.

"Buat apa, ini hanya akal-akalan lo kan?" Ali menghela nafasnya sepertinya memang ia akan susah dimaafkan.

"Dokter manis, dokter cantik, dokter tega samaa saya?" Prilly tersenyum mendengar ucapan Ali.

"Dokter saya beneran sakit, ga pengen diperiksa dulu?" Ali mencoba menawarkan diri tapi Prilly terlihat enggan. Ia mencoba berdiri dan Ali segera duduk di kasur pasien.

Prilly memeriksa suhu tubuh Ali dan ia terkejut mendapati panas badan Ali sepertinya tinggi. Nafasnya juga seperti nya panas saat Prilly tak sengaja merasakan nafas yang keluar dari mulut Ali saat stetoskop mendekat ke dada Ali.

"Ali, kamu pasti belum makan ya?" Ali hanya tersenyum membuat Prilly mengerucutkan bibirnya kesal.

"Kenapa demam kamu bisa tinggi, kamu ngapain?" tanya Prilly kesal.

"Hmm, kan semua gara-gara kamu," ucap Ali santai.

"Kamu, nyalahin aku karena kamu demam?"

"Iya, supaya kamu bertanggung jawab merawatku," Ali menyentuh lembut wajah Prilly.

Prilly sempat terkejut karena suhu tubuh mereka yang berbeda. "Aku minta maaf," Ali mengelus wajah Prilly lagi, sudah lama ia meninggalkan gadis cantiknya tersebut.

Prilly menurunkan tangan Ali sepertinya ia sudah memaafkan hanya saja masih ada yang mengganjal. Hampir setengah tahun tiba-tiba saja mereka lost contact setelah lelaki tampan ini hampir 5 tahun di Jerman. tak masuk akal. Ali tak menjelaskan apa yang terjadi dan itu membuat pertengkaran mereka memuncak kemarin.

Prilly diam kalau tidak berantem sudah pasti ia akan memeluk lelaki ini. Tanpa kabar, tanpa pesan, wajah rupawan lelaki di hadapannya begitu ia rindukan tapi terasa menyebalkan karena sepertinya hanya ia yang merasa.

"Prilly," Ali menangkup kedua pipi Prilly membuat ia tersentak.

Ali menyatukan kening mereka membuat Prilly menahan nafasnya merasakan nafas hangat Ali.

"Ber...henti..." Prilly terbata melepaskan tangan Ali rasanya suhu tubuhnya ikut memanas.

"Aku tulis resep dulu, untuk menurunkan panasnya ya," Prilly berbalik menuju mejanya. Ali terkekeh pelan sambil turun menuju hadapan Prilly.

"Mau ikut aku?"

"Nggak."

"Temani aku makan, aku benar-benar sedang tidak bernafsu, mungkin saja, kamu bisa memaksaku untuk makan?" tawar Ali membuat Prilly mencibir.

"Lo ga ada romantisnya ya, lo ajak cewe makan atau ngajak berantem sih?" ketus Prilly.

Ali kembali terkekeh rasanya sudah lama ia tak mendengar keketusan gadisnya ini. "Aku tebus obat ya," Ali mengambil cepat kertas tersebut.

"Aku ikut, aku ga mau kamu pingsan dan kemudian menyalahkan aku," Ali tersenyum gadisnya yang begitu gengsi mengakui bahwa ia khawatir melihat wajah pucatnya.

"Tenang, aku saja belum tidur dan mampu membawa mobil dalam keadaan begini."

"Apa?"pekik Prilly membuat Ali terkejut.

"Kamu sok jagoan tahu gak, mau mati?" Prilly kesal tapi sarat kekhawatiran membuat Ali menarik Prilly yang sudah siap keluar ke dalam pelukannya.

"Demi kamu apapun pasti aku lakukan," Ali menguyel kepala Prilly yang pas dibawah ketiaknya membuat ia gampang mengganggunya.

"Lepas, aku masih marah!" ketus Prilly memaksa lepas dari Ali dan keluar ruangan. Ali hanya tersenyum kecil melihat wanita yang sebentar lagi akan menjadi pendampingnya.

~

Ali sedang menunggu di dalam kamarnya sebentar lagi ia akan bertemu Prilly ia menghembuskan nafasnya berkali-kali. Bagaimana ia menjelaskan bahwa ia hilang untuk menyelesaikan study nya yang terbengkalai sekaligus membantu perusahaan kakaknya di Jerman.

Prilly pasti akan mengatakan ia mencari alasan untuk bisa menghindari masalah. Tapi memang ia sengaja juga melakukan hal tersebut supaya ia tahu bagaimana sikap Prilly selama ia tak ada. Menguji cintanya dan menguji imanya apa sekuat yang ia perkirakan.

Terbukti tak ada yang bisa mengalahkan Aprillya Larissa. Mungkin ia sudah dimantra dan terlalu sering diancam mamanya jika ia selingkuh akan ada masalah besar jadi ia tak berani melakukannya terpikiran saja membuat ia merinding apalagi sampai melakukannya.

Suara pintu terbuka tapi bukan pintunya tapi jendela kamar Prilly yang terbuka. Ali tersenyum senang.

Ia segera mengintip keluar tapi tak terlihat Prilly hanya terlihat gorden kamarnya yang terbang tertiup angin. Ali melompat dan mengintip dari sela jendela.

Prilly menangis di sana memegang fotonya bersama.

"Kamu di mana, aku dilamar sama dokter di rumah sakit, dan aku bingung, aku harus gimana."

Ali terdiam akankah ini menjadi kesalahan terbesarnya meninggalkan Prilly cukup lama kemarin. Akankah ia muncul dan Prilly mengatakan tak mau lagi melihatnya.

Ali menggengam kalung nya yang terdapat cincin untuk Prilly 5 tahun lalu.

"Kalau kamu ga ada, aku bingung menolaknya, dia ga percaya aku ada kamu," Prilly sesegukkan di sana dan Ali  masih bertahan dibalik tirai.

Ali melangkah pergi tapi kakinya malah tidak sengaja menyenggol pot.

"Siapa itu?" Prilly berdiri panik menghapus airmatanya.

"Ali?" ucap Prilly tak percaya ketika sudah mendekati tirai hampir Ali melompat jika Prilly tak menariknya cepat.

"Kamu ngapain di sini?"

"Aku kira kamu bakal kayak Rangga AADC ninggalin aku belasan tahun tanpa alasan."

Prilly dengan kejam memukul mukul Ali. Ali mendesis merasakan Prilly mencubitinya.

"Maaf ini supaya aku tahu aja seberapa penting aku bagi kamu."

"Apa kamu bilang?" Prilly masih memukul Ali kesal.

"Kamu kira aku ini apa, kamu hilang setengah tahun Li, semua orang ga ada yang mau ngasih tahu, hanya aku yang ga tau kamu kenapa, kamu. menghilang dan ga kabarin aku, semua yang aku tanya selalu pura-pura ga tau, kamu jahat!"

"Kamu kira aku cinta yang bakal terima setelah ninggalin aku?"

Ali akhirnya menangkap tangan Prilly karena merasa badannya pedas dipukuli Prilly.

"Aku minta maaf."

Prilly menangis airmatanya keluar tanpa bisa dikompromi. Ali mencoba menghapus airmatanya yang terus mengalir.

"Lepas gak!"

"Nggak akan."

"Aku udah ada pengganti kamu, ga jahat kayak kamu!"

"Lalu kenapa nangis?" Prilly terdiam ia kalah telak. Prilly kembali memukul pelan dada Ali.

"Aku benci kamu," Ali tersenyum menghapus airmata Prilly.

"Kalau gitu aku cinta kamu," Prilly bersemu tapi kemudian menarik Ali keluar dari kamarnya.

"Gue mau dibawa ke mana?"

Prilly segera menarik Ali keluar dan turun dari kamarnya membuat orangtuanya bingung melihat Ali di sana.

"Loh, Ali kapan sampai?" suara mama Prilly membuat Ali menoleh.

"Iya tante, tapi sampai langsung ke sini, berhubung udah lama," ucap Ali terburu-buru. Prilly masih menarik Ali keluar.

"Kamu pergi!" teriak Prilly kesal.

"Tapi, sekarang hujan Pril, kenapa gue ga lewat balkon kamar?"

"Nggak, biar kamu rasain, siapa suruh kamu baru datang sekarang?"

"Tapi, aku bisa jelasin!" seru Ali panik tapi Prilly mendorong Ali keluar karena licin akhirnya Ali terjatuh terguyur hujan yang turun.

Prilly sempat terkejut melihat Ali terjatuh, tapi Prilly menahan diri dan menutup pintunya keras. Prilly berlari ke atas kamarnya melihat Ali dari atas balkon yanh belum juga bergerak. Malah terlihat Ali menikmati hujan terus makin membuat Prilly geram. Prilly menutup jendela kesal.

Dasaar Ali nyebelin, biarin. iiihhh

~

Prilly masih kesal memikirkan hal kemarin. Prilly kembali berpikir dan perasaan bersalah terasa membuatnya tak enak, gara-gara ia Ali yang demam. Memang ia pantas kan mendapatkannya tapi kenapa perasaannya bersalah seperti ini?

"Prilly, ini obat udah ada ayo," ucap Ali membuat Prilly tersadar dan segera berdiri dari kursi tunggu.

"Kita makan ya, aku lemes banget," ucap Ali membuat Prilly memegang tangan Ali.

"Aku yang bawa aja mobilnya."

"Nggak perlu, aku masih kuat kok, hanya lemes dikit, ini kan udah sore, tadi hanya minum susu aja," nyegir Ali membuat Prilly makin bersalah.

Prilly memasukkan tangannya kedalam pinggang Ali, membuat beberapa pasang mata memperhatikan mereka. "Aku benci sama kamu," Ali tertawa sambil mengelus kepala Prilly.

"Dokter Prilly," suara seseorang membuat Prilly menoleh.

"Iya, Dokter Alex?"

"Jadi, tunangan dokter udah balik, Dokter Ryan bakal patah hati nih!"

Prilly meringgis melihat wajah Ali yang sepertinya penasaran omongan dokter. "Oh, dokter Ryan?"

"Iya, mas, Ryan itu udah ngejar Prilly dari zaman koas tapi di lirik aja ga," Ali manggut-manggut sepertinya ia pernah berkenalan tapi sudah dulu sekali ia saja sudah tak mengingat wajah dokter tersebut.

"Ali," cicit Prilly pelan.

"Alex, lo apaan sih, gue pergi ya," ucap Prilly kesal.

"Ehm, titip salam sama Ryan, bilang gue Ali mau kenalan sama dia," Ali tersenyum menepuk pundak Alex membuat Prilly terdiam. Apakah sekarang giliran Ali yang akan padanya.

"O, iya, makasih udah jagain Prilly," Ali tersenyum senang sambil mengelus kepala Prilly yang bengong menatapnya. Ali terlalu cuek padanya, Apakah rasa cemburu itu tak ada?

***

Prilly menghela nafas, tiba-tiba Ali tak muncul malah sekarang ia diantar ke depan pintu ruangan yang katanya sudah dipesan Ali. Apakah tak apa ia tak mencari Ali, ia bukannya sedang lemas.

Prilly membuka ruangan tersebut, terkejut melihat keadaan tempat tersebut yang remang dan dihiasi lilin kecil dilantai.

Prilly tersenyum haru, ia berjalan berlahan melihat lilin tersebut.

Prilly tak percaya Ali bisa melakukan hal seromantis ini untuknya, untuk menyuruhnya mengucap cinta saja ia perlu waktu bertahun tahun.

Prilly terkejut mendengar suara Ali yang termyata keluar dari layar. Tiba-tiba video terputar dan Prilly mencoba untuk duduk.

"Hai, Aprillya Larissa, hmmm, calon Farel Ali Pratama."

"Sumpah gue ga cocok banget kayak gini, tapi kali ini gue serius."

"Maaf karena aku ga ada kabar, maaf banget tapi semua demi kamu."

"Papa jatuhin deadline supaya aku pegang perusahaan, melihat sudah siapkah aku untuk ke jenjang serius."

"Aku ga boleh ketemu kamu bukan lebih tepatnya aku yang buat begitu, agar aku termotivasi untuk buktiin aku siap meminang kamu."

"Dan itu bisa aku selesaikan 6 bulan, awalnya itu 1 tahun, tapi aku udah ga sanggup ga ketemu kamu, rasanya sesak."

"Udah keren belum Pril?"

"Romantis?"

Mata Prilly berkaca - kaca, ia tertawa mendengar Ali yang mempertanyakan hal yang menurutnya tak harus ditanyakan. Ia kembali terkejut mendengar bunyi piano dari balik tirai. Tirai tersebut terbuka menampilkan Ali disana.

Dadanya berdebar tapi Ali mengacaukan suasana romantis tersebut dengan tawa gelinya.

"Pril, udah romantis belum?"

"Ini gue main piano, tapi kok kayaknya gue ga bisa ya."

"Ali, kamu ngerusakin suasana, sini aja," Prilly memanggil Ali mendekat tapi Ali menolak keras.

"Gue serius kali ini gue nyanyi."

Prilly tersenyum melihat Ali mulai memainkan nada musik tersebut.

"Bila nanti saatnya t'lah tiba,
Kuingin kau menjadi istriku.."

Ali terdiam. "Eh, Prilly, gue ga hafal lirik, emang gue ga cocok romantis nih!"

Prilly tertawa dan memanggil Ali mendekat padanya. "Sini,Li," rengek Prilly karena ia hanya ingin memeluk Ali sekarang.

Ali berjalan dan Prilly langsung memeluknya erat. "Maafin aku," Ali mengacak rambut Prilly dan  mengeluarkan sebuah kertas lipat yang sudah dibentuk.

Ali membukanya dihadapan Prilly membuat Prilly tak sanggup menerima kebahagiaan lagi kali ini.

Ali tersenyum melihat Prilly yang tak bisa berkata kata.

"Will u marry me, Aprillya Larissa?"

Prilly membekap mulutnya dan mengangguk. "Nggak bercandakan, ga bakal diusir sampai kehujanan lagi kan?" tanya Ali semangat melihat anggukkan Prilly.

Prilly memukul lengan Ali kesal. Tak pernah serius padahal yang ia siapkan melebihi romantis. Ia memeluk Ali kembali. Dan Ali bahagia tak sia sia ia menyiapkan ini semua sampai harus demam dan lemas sampai menjadi pasien dokter cantiknya dan sekarang dokter cantiknya benar menerima lamarannya.

"Tupai jelek."

"Giant jelek!"

"Dokter galak!"

"CEO bodo!"

"Aku sakit."

"Biarin!"

"Kamu yang buat!"

"Siapa yang suruh!"

"Demi kamu aku sakit!"

"Kamu ga ngomong!"

"Kehujanan kemarin gara diusir dokter kejam."

"O, iya?" Prilly menggoda Ali yang mulai kesal beradu mulut.

"Aku lapar."

"Sana makan."

"hate you.."

"Hate you more," ucap Prilly tersenyum sambil mendorong wajah Ali pelan.

Begitulah cara mereka mengungkapkan cinta. Semakin diucapkan benci maka sebaliknya semakin rasa itu tumbuh membahagiakan mereka.

~ Finish ~

Gue tahu ini absurd banget.. tapiiii aku kepikiran ceritanya udah lama sebenarnya hanya ga paham menyalurkannya.. belum pernah dilamar kayak gitu soalnya wkwkwk..
Semoga keabsurdtan cerita ini mampu membuat kalian senang.

Bye my lovely followers.. 😘😘😘

Continue Reading

You'll Also Like

8.3K 833 25
Menjadi seorang istri idol menurut kau bahagia?? tidak sama sekali. Bagaimana tidak? kesibukannya yang nauzubillah jarang dirumah, jarang dibelai. An...
147K 4K 16
Short Story of SeStal Cerita cinta yang manis, pahit, menegangkan, dan menggairahkan. Rate: 15-21+ Cast: Oh Sehun Jung Soojung Other
95.2K 10.6K 43
Setelah kepergian jennie yang menghilang begitu saja menyebabkan lisa harus merawat putranya seorang diri... dimanakah jennie berada? Mampukah lisa m...
PainKiller By Mora

General Fiction

1.6M 8.3K 5
[17+] PAIN SERIES: #1 INGAT! POKOKNYA BIMBINGAN ORANG TUA KARNA BANYAK ADEGAN KURANG BAGUS UNTUK DICONTOH! (NO ADEGAN SEX!) Dibalik semua bencana ada...