JODOH DI USIA MUDA (Revisi)

By KarinaSetiyowati

727K 28.4K 1.3K

Cover by : @Eziall Seorang gadis SMA yang mempunyai banyak mimpi harus rela mengubur mimpinya hanya karena se... More

Author
Prolog.
1. Kanaya Asara Amalia
2. Adik dan Kakak
3. Sekolah Dan Teman Baru
4. Hijrah I
5. Hijrah
6. Mimpi
7. Akhirnya
8. Raditya
9. Berpisah Atau Menyerah
10. Kesedihan
Wajib baca.
11. Kesedihan dua
12. Jawaban.
13. Adnan
14. Masa lalu.
15. Persiapan
16. Persiapan 2.
Ilustrasi.
17.Pernikahan
18. Resepsi
19. Awal Baru
20. Kebohongan pertama
21. Terbongkar
22. Kejujuran
24. Biarlah Mengalir
25. Semua masa lalu.
26. Masa Lalu II
27 . Pemahaman
28. Iseng
29. Malam pertama
30. Kejutan
31. Kejutan II
32. Kehamilan
33. Ujian
34. Nikmat mana yang kau dustakan

23. Sakit Hati

16.3K 776 37
By KarinaSetiyowati

Egois bukanlah jalan keluar dalam setiap masalah
Egois akan membuat kita terpenjara dalam keburukan
Egois dapat membuat kita melupakan segala fakta yang nyata.

***

Semalaman Kanaya meneteskan air mata. Ia sama sekali tidak tidur. Kanaya terus memikirkan setiap kata yang keluar dari mulut Adnan. Kata itu terlalu menyakiti hati dan perasaannya.

Sama halnya dengan Adnan. Laki-laki itu merasa bersalah akan perbuatannya. Tapi apalah daya, Adnan tidak bisa terus-terusan menyembunyikan perasaannya yang sesungguhnya. Berkali-kali Adnan mengetuk kamar tamu. Namun tetap saja Kanaya tidak mau membukanya. Kanaya mengurung diri di kamar itu. Hal itulah yang membuat Adnan semakin merasa bersalah.

Ayah dan ibu Adnan baru saja pergi ke luar kota untuk mengurusi bisnisnya di sana. Sementara adik perempuan Adnan masih ada acara perkemahan di sekolahnya. Jadi tidak ada yang tahu permasalahan Adnan dan Kanaya.

Seharian Kanaya tidak keluar kamar. Ia benar-benar mengunci dirinya di kamar. Kanaya tidak bisa menenangkan dirinya hanya untuk sholat. Karena ia sedang berhalangan untuk sholat. Mungkin karena itulah Kanaya terbawa emosi.

Kanaya POV'

Seharian aku mengurung diri di kamar ini. Tak ku pedulikan mas Adnan mengetuk pintu berkali-kali. Biarkanlah apapun terjadi, yang terpenting untuk saat ini aku tidak mau bertemu dengannya. Aku tidak ingin melihat wajahnya. Setiap aku melihat wajahnya aku akan semakin emosi. Rasa sakit ini akan semakin nyata. Dan aku belum tahu bagaimana cara mengatasinya.

Apakah aku terlalu berlebihan untuk hal ini? Entahlah aku tidak perduli dengan itu semua. Kenapa aku harus perduli dengan perasaan mas Adnan. Sementara dia saja tak pernah memperdulikan perasaanku!

Harusnya kalau mas Adnan memang tidak bisa menerima wanita lain di hidupnya, dia tidak perlu menikahiku. Dia tidak perlu mengucap ikrar pernikahan bila akhirnya seperti ini.

Apa dia pikir pernikahan itu hanya sebuah setingan, dan apa mas Adnan pikir sebuah pernikahan hanyalah sebuah hubungan tidak penting yang tidak ada artinya?

Pikiran-pikiran burukku terus berkelana. Tak pernah mau menghilang dari benakku. Semakin membuat kepalaku terasa pusing dan rasanya kepalaku ini akan pecah.

Sesaat aku menyadari aku sifat kekanak-kanakan dan juga sifat egois yang muncul. Sesaat aku juga berpikir bahwa semua ini bukan sepenuhnya salah mas Adnan. Entahlah aku bingung perasaan yang mana yang aku dahulukan.

Ku coba menenangkan semua pikiranku dengan cara berwudhu dan mendengarkan ayat-ayat Al-qur'an beserta terjemahan. Sedikit demi sedikit hatiku mulai tenang.

Kanaya mengambil hanphone nya kemudian mengganti bacaan Al-qur'an dengan radio. Ini adalah waktunya Tausiyah Islami di radio kesukaannya. Dan biasanya akan ada penceramah dan ustadz-ustadz terkenal mengisi acara Tausiah.

Assalamu'alaikum pendengar setia Tausiyah Islami. Bagaimana kabar Anda semua? Semoga Allah selalu memberikan kesehatan kepada para pendengar semua. Tema Tausiyah kita kali ini adalah sabar.

Ok baiklah, kali ini kita kedatangan pengisi Acara yang begitu hebat! Siapakah dia menurut Anda? Beliau Adalah seorang ustadz muda yang mempunyai banyak ilmu Agama.

Pasti Anda semua penasaran kan, inilah beliau Ustadz Felix.

"Halo Assalamu'alaikum ustadz Felix."

"Waalaikumsalam Warahmatullahi Wabarakatuh."

"Baikah ustadz kali ini kita akan mengusung tema Sabar. Silahkan jelaskan."

"Bersabar."

Bersabar Itu Atas Musibah, Bukan Atas Kedzaliman

"Jangan panik, saat BBM naik, Allah sudah mengatur rezeki pada hamba-Nya"

"Tenang saja, Allah tidak akan menimpakan beban lebih daripada yang mampu kita tanggung."

Kita tentu menemui pernyataan serupa diatas, terlepas apapun maksudnya, kita coba menangkap baik sajalah. Maksudnya mungkin, kenaikan BBM ini sudah terjadi, yang berlalu ya sudah, yang penting bagaimana kita menyikapinya

Namun, sebagai seorang Muslim, kita pun khawatir ada pemahaman yang salah mengenai konsep rezeki yang dicampuradukkan pemahamannya dengan konsep dakwah, amar ma'ruf dan nahi munkar, khawatir dengan logika semisal ini ummat jadi berpikir seperti kaum fatalis jabariyyah atau murji'ah yang menganggap bahwa kemunkaran dan kedzaliman pun sudah ditakdirkan Allah

Pertama, keyakinan seorang Muslim terhadap jatah rezeki tentu bagian daripada keimanan, bahwa bila dia masih hidup, maka Allah pasti akan mencukupinya, pasti masih ada jatah perutnya. Ini bagian keyakinan yang harus dimiliki oleh seorang Muslim, karena dalam Al-Qur'an Allah hanya menisbatkan rezeki pada diri-Nya yang menanggungnya.

Namun berbeda dengan menyikapi kemunkaran, ini pun bagian daripada kewajiban kaum Muslim yang telah diperintahkan oleh Allah dan Rasul-Nya, termasuk menasihati pemimpin, ini adalah bagian daripada perintah agama

"Rasulullah bersabda, "Agama adalah nasihat", kami bertanya : "Bagi siapa?" Rasulullah menjawab : "bagi Allah, bagi kitabNya, bagi Rasul-Nya, bagi para pemimpin kaum Muslimin dan kaum muslimin pada umumnya" (HR Muslim)

"Jihad yang paling utama ialah mengatakan kebenaran (berkata yang baik) di hadapan penguasa yang dzalim" (HR Abu Dawud)

Artinya saat kita menasihati penguasa bahwa kenaikan BBM ini adalah kedzaliman dan bertentangan dengan cara Islam mengatur sumberdaya alam, dan menyusahkan ummat, bukan berarti kita tidak beriman dengan rezeki Allah, namun melaksakan sebagaian kewajiban dari Allah dan Rasulullah, yaitu menasihati penguasa.

Maka dalam konteks kenaikan BBM lalu meminta agar rakyat beriman pada takdir Allah, agaknya kurang pas. Karena hal ini akan diterima sebagai "menerima kedzaliman" bukan "menerima takdir", karena yang harus dilakukan tatkala melihat kemunkaran hanya 3 hal: 1) mengubah dengan tangan (kekuasaan), 2) menasihati dengan lisan, atau 3) mengingkari dengan hati.

Inilah jalan para salafus salih saat menghadapi kemunkaran
Maka mendiamkan kemunkaran padahal kita tahu dan mampu untuk menyampaikan dakwah adalah perbuatan yang tidak dicontohkan para sahabat dan ulama salaf.

Hanya saja, memang penting sekali bagi para penyampai ayat Allah dan peringatan ini untuk berucap santun dan bijak, menasihati dengan penuh kelembutan dan kasih sayang bukan malah mencela, melaknat, berkata kotor dan menghina yang justru menjauhkan para pemimpin ini dari mendengar nasihat

"Pergilah kamu berdua kepada Fir'aun, sesungguhnya dia telah melampaui batas; maka berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan kata-kata yang lemah lembut, mudah-mudahan ia ingat atau takut" (QS 20: 43-44)

"Qaulan layyina" menurut Ibnu Katsir adalah "perkataan yang lemah lembut, santun, mudah dimengerti, dan bersahabat, agar lebih mudah meresap ke dalam jiwa serta lebih tepat dan pas"

Kita berdakwah bukan karena tidak beriman pada takdir, bukan pula memprovokasi, tapi inilah kewajiban menasihati penguasa, yang Allah wajibkan saat kita melihat kemunkaran, termasuk kemunkaran yang jelas saat BBM naik seperti ini.

Kita berdakwah bukan tersebab benci tapi karena peduli, bukan karena berang namun karena kasih sayang

Maka kita pun menyampaikan kepada penguasa, nasihat Nabi saw, dalam doanya, "Ya Allah, siapa saja yang mengurus urusan umatku ini, yang kemudian ia menyayangi mereka, maka sayangilah ia. Dan siapa saja yang menyusahkan mereka, maka susahkanlah ia" (HR Muslim).

Bersabar itu dalam berbagai hal bukan hanya satu.

bersabarlah dalam penantian, sebagaimana sabarnya Nabi Ibrahim  tatkala meminta pada Allah keturunan, lalu Allah anugerahkan padanya Nabi Ismail

bersabarlah dalam usaha, sebagaimana sabarnya Bunda Hajar dan Nabi Ismail  tatkala ditinggal suaminya tanpa bekal, lalu Allah karuniakan pada mereka air zamzam

bersabarlah dalam ujian, sebagaimana sabarnya Nabi Ismail dan Nabi Ibrahim  tatkala Allah meminta nyawanya, lalu Allah selamatkan mereka, dan Allah berkahi keturunan mereka

bersabarlah dalam dakwah, sebagaimana sabarnya Nabi Muhammad  tatkala harus difitnah, diancam, diusir, dicaci, dilempari, disakiti, lalu Allah muliakan namanya di langit dan di bumi

bersabarlah dalam kelapangan, sebagaimana sabarnya Nabi Sulaiman  yang Allah uji dengan kekayaan yang tak pernah diberi pada siapapun jua, dan dia tak pernah merasa memiliki selain berucap "Ini hanya karunia dari Tuhanku!"

bersabarlah dalam kesakitan, sebagaimana sabarnya Nabi Ayyub  yang Allah uji dengan badan dan jiwa, harta dan keluarga, lalu Allah tinggikan derajatnya di surga

bersabarlah dengan cara apapun, karena malaikat di surga nanti akan mengucapkan "salam keselamatan pada kalian, tersebab kesabaran kalian"

(yaitu) syurga 'Adn yang mereka masuk ke dalamnya bersama-sama dengan orang-orang yang saleh dari bapak-bapaknya, isteri-isterinya dan anak cucunya, sedang malaikat-malaikat masuk ke tempat-tempat mereka dari semua pintu, (sambil mengucapkan): "Salamun 'alaikum bima shabartum". Maka alangkah baiknya tempat kesudahan itu (QS 13: 23-24)

akhukum fillah,
_felixsiauw_

****

Kanaya menitihkan Air mata mendengar tausiyah itu. Kanaya begitu bersalah telah berpikiran buruk kepada Adnan. Bahkan ia sempat hilang kesabarannya. Ia sempat tidak percaya dengan kuasa Allah. Kanaya langsung berdiri dan berlari ke arah kamar Adnan. Kanaya membuka kamar Adnan dengan paksa dan melihat Adnan duduk di atas kasur dengan wajah mengarah ke bawah dan muram.

"Mas, Maafin Kanaya," Kanaya berbicara dengan penuh penyesalan.

"Kanaya bersikap kekanak-kanakan," ujar Kanaya.

Adnan langsung berdiri melihat Kanaya berbicara. Masih dengan nafas yang terengah-engah. Kanaya juga terus menitihkan air mata di sela ucapannya.

"Tidak Kanaya, kamu tidak salah, aku yang bersalah. Maafkan aku Kanaya," ujar Adnan.

"Tidak mas, aku janji aku akan menerima mas. Aku akan menunggu mas menerimaku, aku akan terus bersabar dalam penantian ini," sahut Kanaya.

"Benarkah Kanaya?"ujar Adnan.

Kanaya hanya mengangguk dengan tersenyum.

"Aku juga berjanji kepadamu, aku akan berusaha melupakan Zahira dan menerimamu menjadi istriku seutuhnya. Bukan hanya raga tapi juga jiwa dan perasaanku akan aku berikan hanya untukmu."

Adnan langsung menghampiri Kanaya yang berjarak beberapa langkah dengannya. Adnan memeluk Kanaya dengan refleks dan Kanaya hanya mematung.

Tisuu mana tisu..
Senjata makan tuan. Aku jadi baper :'(

Ini awal mula kisah cinta Adnan dan Kanaya ya.

Jangan lupa votmen.

Thank kyu.
Salam manis.
♡♡Karina♡♡

Continue Reading

You'll Also Like

6.7M 951K 52
[SEQUEL OF A DAN Z] Tumbuh dewasa tanpa kedua orang tua dan memiliki tanggung jawab yang sangat besar, terlebih harus menjadi sosok orang tua untuk k...
58.2K 6.6K 27
[Spin off Hakim, bisa dibaca terpisah] Bahagia seperti apa yang diinginkan semua orang? Apa bahagia mereka sama seperti definisi bahagia yang Husna...
113K 9.1K 38
"Yayah! Mau kan jadi Yayah benelannya Aila?" tanya Aira dengan begitu gemas. Fadhil tersenyum lembut sambil mengusap puncak kepala gadis kecil di gen...
5.9M 409K 56
Apakah seorang anak Kiai harus bisa menjadi penerus kepemilikan pesantren? Ya. Namun, berbeda dengan seorang Haafiz Alif Faezan. Mahasiswa lulusan sa...