Why ? [ SUDAH DISERIESKAN]

By Stephn_

20.2M 1.1M 132K

‼️SERIES WHY SUDAH TAYANG DI APP VIDIO ‼️ [PART MASIH LENGKAP] Kisah ini bukan tentang aku dan kamu yang dipe... More

WHY? DISERIESKAN?!
☀️Special Chapter 🌙
Prolog
Cerita Private
Why(?)- One
Why(?)- Two
Why(?)- Three
Why(?)- Four
Why(?)-Five
Why(?)-Six
Why(?)-Seven
Why(?)-Eight
Why(?)-Nine
Why(?)-Ten
Why(?)-Eleven
Why(?)-Twelve
Why(?)-Thirteen
Why(?)-Fourteen
Why(?)-Fifteen
Why(?)-Sixteen
Why(?)-Seventeen
Why(?)-Eighteen
Why(?)-Nineteen
Twenty
Twenty One
Twenty Two
Twenty Three
Twenty Four
Twenty Five
Twenty Six
Author Notes
Twenty Seven
Twenty Eight
Twenty Nine
Thirty
Thirty One
Thirty Two
Thirty Three
Thirty Four
Thirty Five
Thirty Six
Thirty Seven
Thirty Nine
Forty
Forty One
Forty Two
Forty three
Forty Four
Cast Tokoh
Forty Five
Forty Six
KOSONG
Forty Seven
Forty Eight (1)
Forty Eight (2)
Forty Nine
Pengumuman
Fifty
AKU HIATUS
Fifty (2)
Bantu jawab ya
Trailer Why (Book One)
Vote Cover
Cuplikan book ver
PRE-ORDER

Thirty Eight

232K 15.5K 556
By Stephn_

"Banyak orang bisa dengan mudah meneriakkan 'cinta' tapi tidak banyak yang bisa bertahan pada pendirian. Lebih banyak yang memilih pergi tanpa peduli ada hati yang terlanjur berharap terlalu tinggi."

----------


"Ven, nanti sore jadi? "

Gladys mengerutkan kening menatap bingung Given yang sejak tadi lebih banyak diam. Beberapa kali ia menangkap basah Given sedang melamun sesekali menghela nafas panjang, seperti ada masalah yang sedang cowok itu pikirkan.

Sebenarnya kejadian ini bukan hanya sekali saja terjadi, sudah dua hari Given menjadi pendiam dan terlihat frustasi. Sering sekali Given tidak fokus mendengarkan saat Gladys sedang berbicara dengannya. Tentu saja hal itu membuat Gladys bingung, setiap kali ia bertanya kenapa Given lebih banyak melamun jawaban cowok itu masih sama 'Nggak papa." padahal jelas sekali ada yang sedang disembunyikan.

Gladys bukan tipe pasangan possessive yang selalu ingin tahu setiap masalah pribadi pacarnya, jika memang Given tidak ingin bercerita maka ia tidak akan memaksa. Gladys lebih senang diam menunggu sampai Given terbuka dan menceritakan sendiri masalah yang sedang dihadapi. Keterbukaan Given jauh lebih penting menurutnya.

"Ven." Gladys menepuk pelan lengan Given membuat cowok itu terlonjak kecil sadar dari lamunan.

"Ya? "

"Melamun terus nanti kesambet gimana? " cibir Gladys berlagak cuek membereskan buku dan alat tulis diatas meja. "Jadi kekantin nggak? "

Given hanya menganggukkan kepala,  tangan kanannya menggenggam jemari Gladys membawa gadis itu keluar kelas. Istirahat sudah berjalan sejak sepuluh menit yang lalu tapi karena Gladys harus mengurus jurnal kelas terpaksa waktu istirahat mereka harus berkurang. Tidak masalah bagi Given karena sebenarnya beberapa hari ini nafsu makannya berkurang,  banyak beban pikiran yang mengganggu.

"Jadi gimana latihan kamu kemarin? Nana nggak nyiksa kamu kan? " tanya Given memecah keheningan yang sempat terjadi diantara mereka.

Gladys menggeleng samar. "Nana baik kok, malah aku jadi merasa aikido lumayan seru. Lumayan kalau bisa biar kalau ada yang berani macem-macem aku bisa lawan. "

Melihat tangan kiri Gladys mengepal tawa Given pecah seketika. Tanpa bisa ditahan ia mengulurkan tangan mengacak gemas puncak kepala gadis disampingnya. "Gaya banget padahal baru sekali latihan, kalau udah jago bolehlah tanding sama aku. "

"

Eh, nantangin? " Gladys mendonggakkan wajah sengaja menyunggingkan senyum sombong. "Jangan nangis kamu kalau nanti babak belur."

"Babak belur? " tawa Given semakin keras. "Kamu buat aku babak belur? Nggak mungkin bisa. "

Gladys mengerucutkan bibir kesal. "Kenapa nggak mungkin? "

Tawa Given perlahan hilang berganti senyuman dibibir, tatapannya meneduh menatap dalam Gladys. "Pertama, sekuat apapun kamu nggak mungkin bisa kalahin aku karena kekuatan cewek tetep kalah sama cowok itu udah hukum alam. "

"Belum tentu, banyak kok suami takut istri. "

"Bukan itu maksud aku,  aduh pinter."  Given mendorong pelan kening Gladys dengan jari telunjuk. "Tenaga maksudnya,  kalau suami takut istri itu karena telinganya nggak kuat denger omelan panjang lebar dari istri. Cewek kan memang cerewet. "

"Jangan protes dulu, " sela Given saat melihat Gladys sudah siap membalas ucapannya. "Mau denger alesan yang kedua nggak? "

Walaupun kesal karena secara tidak langsung Given mengatainya cerewet, tak urung ia menganggukkan kepala. "Apa alesan kedua? "

Given tersenyum lebar, kedua matanya mengerling jahil membuat Gladys jadi menyesal mengangguk barusan.

Gladys melengos. "Nggak jadi deh. "

"Lho, nggak bisa gitu dong. " protes Given menggoyangkan lengan Gladys. "Tadi kan udah setuju mau denger."

"Nggak penting kan pasti? Udah kelihatan dari ekspresi kamu barusan. " ucap Gladys menatap lurus koridor tanpa berniat menanggapi Given yang sedang merajuk disampingnya.

"Glad,  dengerin dulu. " Given mencebikkan bibir, tangannya masih sibuk menggoyangkan lengan Gladys.

"Apasih kayak anak SD," Gladys menarik lengannya menjauh. "Inget umur kak. "

"Nggak papa tua yang penting kamu masih sering gemes sama aku. "

Mulut Gladys terbuka lebar tapi tidak ada satupun kata yang mampu diucapkan. Mendadak ia speechless tidak tahu harus berkomentar apa mendengar ucapan Given barusan. Terlebih melihat bagaimana ekspresi cowok itu saat ini. Tidak bisa dihindari Given memang selalu membuatnya merasa gemas,  mungkin itu jadi alasan kenapa sulit sekali jika harus berjauhan dengannya. Wajar sulit move on kelain hati,  sikap manis, manja,  dan humoris Given terlalu sulit ditemukan pada lelaki lain. Hanya Given yang bisa membuat Gladys merasa nyaman dan dihargai.

Sebelum bertemu Given, Gladys memang belum pernah berpacaran. Banyak cowok yang akrab dan dekat dengannya tetapi tidak ada yang bisa membuat hatinya berdebar tak karuan seperti saat berdekatan dengan Given. Awalnya memang biasa saja tapi semakin dekat dan mengenal Given, tiba-tiba hatinya jatuh begitu saja tanpa tahu apa alasan awal perasaan itu tumbuh. Mungkin karena perasaan kesal karena sikap usil Given, bisa juga karena tingkah konyol cowok itu. Yang jelas Gladys jatuh cinta apa adanya dan merasa beruntung mendapat kekasih pertama sebaik Given.

Gladys tersentak kaget saat Given menarik lengannya. "Kalau jalan itu lihat kedepan jangan lihatin aku, mau kesandung tong sampah? "

"Siapa yang lihatin kamu, kepedean. " Gladys mengalihkan wajah malu, kedua pipinya merah padam. Padahal sudah jadi pacar bahkan mantan juga pernah, tapi masih saja ia sering malu sendiri jika ketahuan sedang mencuri pandang. Rasanya seperti ketahuan maling.

"Halah, masih ngeles. " cibir Given.

"Nggak, kamu aja yang over pede! "

"Kamu over mau gengsi. "

Given mengulum bibir menahan gemas melihat Gladys menggembungkan pipi dengan kedua pipi masih memerah karena malu. Tapi senyuman Given langsung hilang saat tatapannya tak sengaja bertemu mata dengan seorang gadis yang baru saja keluar dari toilet perempuan.

Liana agak menunduk sibuk merapikan poni, merasa ada yang sedang memperhatikannya ia jadi mendongak. Tubuhnya menegak tegang melihat siapa pasangan yang berdiri tak jauh darinya.

Selama beberapa saat keduanya mematung, tatapannya seolah saling terkunci satu sama lain. Rahang Given mengeras entah mengapa ada gejolak dihatinya saat melihat gadis itu. Ada perasaan sakit dan kecewa saat kembali teringat pembicaraan terakhir dengan Liana. Given kecewa kenapa Liana lebih memilih percaya padq Ivan dari pada ucapannya.

Gladys menaikkan sebelah alis mengamati Given yang tiba-tiba diam mematung dengan tatapan terlihat menyendu. Gladys refleks mengikuti arah pandang Given, bibirnya terkatup rapat menyadari Liana berdiri tak jauh darinya.

Cukup lama Given dan Liana saling bertatapan tanpa menyadari Gladys mengamati hal itu. Gladys memang bukan orang yang pandai menganalisis situasi, tapi untuk kali ini ia merasa ada yang tidak beres dengan kedua orang itu. Terlebih bagaimana cara Given menatap Liana. Pernah sekali ia melihat ekspresi sendu itu saat dulu Given memutuskan untuk pergi dari kehidupannya.

Liana mengerjapkan mata memilih berbalik melangkah pergi tanpa mengatakan apapun. Sedangkan Given menghela nafas panjang mengendalikan emosinya.

"Ayo nanti kamu nggak sempet makan, " Given tersenyum tipis kembali menggandeng tangan Gladys menuju kantin.

Gladys mengangguk patuh berlagak tidak menyadari apapun. Sikap Given yang berusaha terlihat baik-baik saja dapat disadari oleh Gladys,  tapi untuk kesekian kalinya ia memilih diam berlagak bodoh. Walau tak dapat dihindari, ada perasaan takut yang menghampirinya. Ingin sekali ia bertanya kenapa Given dan Liana tidak saling menyapa seperti dulu, tapi takut hal itu akan membuat mood cowok itu memburuk.

Given sedang bertingkah biasa saja sekarang,  seperti sedang berusaha menutupi masalahnya. Kalau memang sekeras itu usaha Given untuk menutupi masalah dengan Liana, apa hak Gladys mengungkit masalah itu?

Itu masalah pribadi tidak seharusnya Gladys ikut campur. Tapi semua perempuan pasti merasakan hal yang sama dengan Gladys jika melihat kekasihnya terlihat sedih karena ada masalah dengan perempuan lain. Apalagi perempuan itu sempat menjadi bagian penting yang mengisi lembaran masa lalunya. Wajar merasa takut kehilangan, curiga, dan kecewa.

Semenjak melihat kejadian tadi nafsu makan Gladys langsung hilang, tapi ia tetap melahap roti bakar dihadapannya karena sejak tadi Given mengawasi pergerakannya.

Given memang lebih banyak diam tapi tatapannya sama sekali tak terlepas dari Gladys,  mengawasi hingga roti didepan gadis itu habis. Given memang protektive pada kekasihnya terutama dalam hal makan.Gladys punya penyakit maag yang lumayan akut, tapi sering sekali gadis itu lupa makan karena terlalu sibuk.

"Makan yang bener, harus habis. " ancam Given saat melihat Gladys terlihat malas mengunyah roti bakarnya.

"Kalau lagi kayak gini kamu mirip nenek aku, Ven. " cibir Gladys kembali menyuap roti dengan gigitan cukup besar membuat pipinya menggembung.

Given memajukan bibir bawah balas mencibir. "Kemarin papa sekarang nenek. Kalau kode pengen masukin aku dalam daftar keluarga kamu bilang aja. Sabar,  nanti berapa tahun lagi juga kita jadi keluarga tinggal ganti nama belakang kamu aja. "

Mendengar itu Gladys langsung tersedak, roti bakar yang ada dimulutnya terasa mengganjal ditenggorokkan. Gladys menyambar gelas es teh meneguknya rakus. Merasa cukup lega,  Gladys beralih menatap kesal Given yang sedang tertawa terbahak-bahak penuh kemenangan.

"Gue jadi nggak tega, " komentar Armand mengamati dua pasangan yang duduk dimeja pojok dekat pintu kantin. "Beberapa hari ini dia diem murung, tapi kalau lagi sama Gladys kelihatan beda. "

"Itu namanya kekuatan cinta." kata Lilo dengan mulut asik mengunyah tahu goreng.

"Kalau memang dia sebahagia itu karena Gladys, kenapa masih bingung siapa yang mau dilindungi? " Hans menggelengkan prihatin. "Sikap dia yang nggak tegas justru bakal melukai banyak pihak."

"Itu juga yang buat gue heran, " Armand mengangguk setuju. "Gue tahu betul hati Given sebenernya punya siapa, pertanyaan kemarin cuma buat memastikan aja apa pilihannya udah yakin atau belum. Jujur, gue nggak nyangka Given bakalan bingung gitu. Gue yang goblok aja bisa tahu siapa cewek yang ada dihati Given."

"Kalau gue nggak setuju sama pendapat kalian. Karena adanya perasaan bimbang itu justru jadi bukti kuat kalau ada hati lain yang berhasil mengusik. Itu awal mula bibit perselingkuhan."

"Yaelah itu sih teori lo," Armand menjitak keras kepala Lilo. "Given nggak sebejat elo tong.".

Lilo menggerutu kesal. "Cinta itu datang tanpa kita sadari coy, lagian Liana itu bukan orang asing dihidup Given bahkan cewek itu udah duluan deket sama dia sebelum kedatangan Gladys. Menurut gue wajar kalau dia bingung karena Liana juga bagian penting dan mungkin rasa sayangnya lebih gede dari pada ke Gladys. "

Armand menutup kedua telinga hanya dengan telapak tangan. "Nggak, gue tetep jadi Double Ge lover."

"Memang kenapa kalau lo jadi Double Ge Lover?  Kayaknya ada atau nggak adanya lo diantara mereka tetep nggak berguna. " ucap Lilo sinis.

"Sebenernya kalian ribut sekarang ini juga nggak berguna, " celetuk Hans langsung membuat bibir Armand dan Lilo terkatup rapat. "Given pilih siapa itu hak dia kita nggak boleh ikut campur. Nyesel atau nggak nantinya itu udah jadi tanggungan dia, lagian kita cuma lihat masalah perasaan dia dari luar aja."

"Gue bukan bermaksud ikut campur,  tapi lo tahu sendiri Given itu kalau pinter bisa pinter banget melebihi orang berotak diatas rata-rata. Tapi kalau lagi bego, dia bisa jadi orang paling idiot yang pernah ada dibumi ini!" Armand berdecak keras. "Inget gimana dulu Given milih bertingkah bejat biar Gladys benci sama dia? Gue takut itu bakal terulang lagi. Untung masih ada kesempatan mereka balik, kalau enggak? "

Kini gantian Hans dan Lilo yang diam merenungi ucapan Armand. Mereka memang khawatir jika sampai Given salah mengambil keputusan apalagi sampai detik ini belum ada kejelasan rencana Ivan selanjutnya. Ingin meminta pendapat dan bantuan Henry tapi yang benar saja?  Bisa kacau jika Henry mengetahui Given ragu melindungi putrinya karena perempuan lain. Lampu hijau sebagai calon mantu bisa hancur.

Sekarang semua keputusan ada ditangan Given sendiri. Sebagai sahabat mereka hanya bisa mendukung dan membantu jika Given membutuhkan mereka.

"Kalau memang akhirnya Given salah pilih, itu udah jadi tanggungan dia sendiri. Kalau memang mereka ditakdirkan bersama,  serumit apapun masalah bakal tetep ada jalan buat bersatu. " kata Lilo mendadak bijak.

Armand membasahi bibir bawah mendadak tegang. "Kalau misalnya enggak? "

Hans tersenyum tipis mengalihkan tatapan mengamati Given yang sedang tertawa bersama Gladys. "Kalau memang enggak ya berarti mereka nggak jodoh. Karena cinta nggak cukup kuat untuk menghindari sebuah perpisahan. "

----


Maaf banget ya kalau updatenya lama :(

Ingin libur lagi biar bisa cepet selesain cerita ini tapi kayaknya masih lama 😂

Makasih ya udah sabar nunggu, maaf gak bs bales komentar satu2 besok kalau lagi nyantai bakal aku bales hehe

Continue Reading

You'll Also Like

755K 53.4K 33
Aneta Almeera. Seorang penulis novel legendaris yang harus kehilangan nyawanya karena tertembak oleh polisi yang salah sasaran. Bagaimana jika jiwany...
300 5 2
"Garnetta kirania fradella bettencour " jika mencintai mu hanya menimbulkan rasa sakit,maka biarkan rasa sakit itu terus ada agar aku bisa selalu ber...
3.9M 193K 30
The Rules Series (2) : Matthew Rizki Akbar Biasa, cowok dan cewek bersahabat sejak kecil. BIasa, cowok dan cewek saling memendam rasa di hati kecil...
58.4K 2.9K 25
-[BOOK 1]- IMPORTANT NOTESノಠ_ಠノ So guys, this is the book that I wrote 3 or 2 years ago and I surely don't remember why I did this at the first place...