Ssstt Pacar Pura Pura

By itsyooniverse

11.4K 612 42

Conan seorang most wanted di SMA Nasional setuju dengan usulan salah seorang sahabatnya untuk mencari pacar p... More

Chapter 1
Chapter 2
Chapter 3
Chapter 4
Chapter 5
Chapter 6
Chapter 7
Chapter 8
Chapter 9
Chapter 10
Chapter 11
Chapter 12
Chapter 13
Chapter 14
Chapter 15
Chapter 16
Chapter 17
Chapter 18
Chapter 19
Chapter 20
Chapter 21
Chapter 22
Chapter 23
Chapter 25
Chapter 26
Chapter 27
Chapter 28
Chapter 29
Chapter 30
Chapter 31
Chapter 32
Chapter 33

Chapter 24

147 9 1
By itsyooniverse

"Aaaaa, Conaaan."

"Conan, i love you."

"Conan, aku padamuuuu."

"WOY... BIASA AJA DONG TERIAKNYA! KUPING GUE SAKIT, NIH!" teriak Yudhi kesal sambil menutup telinganya. Saat ini dia sedang berdiri paling depan supaya bisa melihat teman-temannya tampil dalam acara penutup classmeeting. Dan di sana, di atas panggung sudah ada dua manusia populer yang tersenyum sambil dadah-dadah ke sekumpulan cewek stress alias fans mereka.

Yudhi mendengus karena tak satupun dari mereka yang mengindahkan teriakannya. Mereka tetap saja berteriak kesetanan tanpa memikirkan orang lain.

"BERISIK LO PADA!" teriak Yudhi lagi.
Yudhi jadi kesal karena teriakan mereka semakin kencang seiring dengan terdengarnya musik. Apalagi sekarang dua orang populer itu sedang menunjukkan keahliannya. Arga dan Conan tidak melakukan atraksi neko-neko. Mereka juga tidak sedang ngedance ataupun bernyanyi, mereka hanya melakukan freestyle diiringi musik hiphop. Hal yang biasa dilakukan keduanya saat sedang berlatih basket. Hanya itu, tidak ada yang lain lagi. Anehnya para cewek yang sedang menonton itu malah berteriak seolah-olah yang mereka lihat saat ini adalah Justin Bieber.

Gain memperhatikan dari sisi kanan panggung yang terhubung dengan ruang ganti. Sejak tadi dia berdiri di sana melihat penampilan Conan dan Arga. Harus ia akui, Conan terlihat keren dengan style seperti itu. Celana army sepanjang lutut, kaos polos berwarna putih serta jaket bomber warna hitam, tak lupa sneaker hitam putih dan snapback warna hitam. Simple memang, tapi cocok untuknya.
Pandangan mereka sempat bertemu saat Conan menoleh. Dia tersenyum manis sambil melambai kecil pada Gain membuat pipi cewek itu bersemu. Namun, beberapa saat setelahnya Gain menggeleng keras-keras. Tidak seharusnya ia blushing. Conan tersenyum hanya untuk menghormati keberadaannya. Ia melambaikan tangan hanya untuk menunjukkan pada semua orang bahwa Gain sedang menontonnya. Itu saja. Jangan berpikiran yang aneh-aneh!

Gain berbalik. Ia harus pergi sebelum sesuatu yang lain terjadi. Dia tidak mau baper.

***

kamu dikirim Tuhan
untuk melengkapiku tuk jaga hatiku
kamu hasrat terindah untuk cintaku
takkan cemas, ku percaya kamu

karena kau jaga tulus cintamu
ternyata (ternyata ooh)
ternyata (oh ternyata)
ternyata kamu yang ku tunggu


Akhirnya. Gain bisa menyanyikan lagu itu sampai akhir. Meski tadi sempat gugup, tapi dia bisa menyelesaikannya. Juga mendapatkan apresiasi berupa tepuk tangan meriah membuat sebuah senyum lebar terpatri di bibirnya. Robin yang masih menggenggam tangan Gain pun ikut tersenyum. Dia sudah menduga kalau mereka akan menyukainya dan dengan berakhirnya duet mereka—Robin dan Gain—itu berarti acara juga telah berakhir. Robin selaku ketua dari acara merasa bangga karena kerja keras para anggota juga para pengisi acara tidak sia-sia.

Gain berbalik, hendak melangkah untuk kembali ke belakang panggung hingga sebuah suara memanggil namanya melalui microphone. Langkahnya terhenti, tanpa menoleh pun Gain tahu pemilik suara itu. Gain mendadak gusar. Perasaannya tidak enak.

"Aprilia..." ulang Neal karena Gain tak kunjung memberikan respon.

"Sebentar saja...." Neal masih fokus pada Gain. "Dengarkan isi hatiku," lanjutnya. Gain memegang erat microphone di genggamannya. "Jangan lanjutkan, please," pinta Gain dalam hati. Dia tahu apa yang ingin Neal katakan.

"Sebentar saja...." Kali ini Neal menunduk. "Biarkan aku mengungkapkannya," katanya seraya mendongak. Tatapan matanya seolah mengunci pergerakan Gain.

Cewek itu menoleh cepat. Matanya menatap Neal dengan pandangan yang sulit di artikan. Neal tersenyum, dia mengabaikan tatapan itu. Dia ingin menjadi jahat untuk saat ini saja.

Neal beralih menatap gitarnya. Ia tidak akan pernah bisa memulai rencananya kalau masih melihat ke arah Gain yang saat ini tengah menatapnya dengan mata berkaca-kaca.

Mengabaikan rasa ragu yang kembali datang, Neal mulai memetik gitarnya. Dia sudah sampai tahap ini. Bakal sia-sia usahanya jika dia berhenti. Meskipun dia tidak yakin kalau setelah ini hubungan pertemanannya dengan Gain yang baru kemarin terbangun akan baik-baik saja, Neal tetap melanjutkan.

Dia hanya dia di duniaku
Dia hanya dia di mataku
Dunia terasa telah menghilang
Tanpa ada dia di hidupku

Neal benar-benar melakukannya. Gain menolehkan kepalanya, dia melihat ke arah Conan yang berdiri tepat di depan panggung. Sejak kapan dia di sana? Bukankah tadi Conan bilang akan mengganti bajunya?

Sungguh sebuah tanya yang terindah
Bagaimana dia merengkuh sadarku
Tak perlu ku bermimpi yang indah
Karena ada dia di hidupku

Gain memperhatikan Conan dengan seksama. Ekspresi cowok itu perlahan berubah. Seiring dengan teriakan histeris para cewek yang iri pada Gain, Conan memasang wajah datar. Dia menatap Neal tanpa expresi.

Ku ingin dia yang sempurna (yang sempurna)
Untuk diriku yang biasa (yang biasa)
Ku ingin hatinya, ku ingin cintanya
Ku ingin semua yang ada pada dirinya

Conan tidak percaya ini. Mungkinkah dia marah? Tapi kenapa? Kenapa dia harus marah? Sekali lagi dia melihat ke arah panggung, mencoba memastikan kalau dugaannya keliru, tapi yang ia rasa masih sama. Conan merasa tidak terima dengan apa yang dilakukan Neal saat ini.

Ku hanya manusia biasa (yang biasa)
Tuhan bantu ku tuk berubah (untuk berubah)
Tuk miliki dia, tuk bahagiakannya
Tuk menjadi seorang yang sempurna untuk dia

Gain berdiri kaku. Dia tidak tahu harus melakukan apa. Disatu sisi ia merasa terharu karena ini pertama kalinya ada cowok yang menyanyikan lagu untuknya di depan banyak orang. Namun, di sisi lain ia juga takut. Dia takut Conan terluka karena ini. Gain tahu Conan tidak mencintainya, tapi bagaimanapun juga status mereka itu pacaran. Walau hubungannya dengan Conan itu hanya pura-pura, pasti Conan akan merasa dikhianati karena Gain tidak memenuhi syarat yang ia ajukan dulu.

Ku ingin dia yang sempurna (yang sempurna)
Untuk diriku yang biasa
Ku ingin hatinya, ku ingin cintanya
Ku ingin semua yang ada pada dirinya

Neal meletakkan gitarnya. Ia mengambil microphone dan berdiri, berjalan mendekati Gain yang masih setia pada posisinya.

Gain melirik Neal yang kini sudah ada di sampingnya. Cowok itu bernyanyi begitu menghayati, dia bahkan terlalu tenggelam dalam lagunya tanpa memperdulikan kekhawatiran yang dirasakan Gain.

Ku hanya manusia biasa (yang biasa)
Tuhan bantu ku tuk berubah (tuk berubah)
Tuk miliki dia, tuk bahagiakannya
Tuk menjadi seorang yang sempurna untuk dia

Arga menoleh cepat. Dia yang tadi berdiri tak jauh dari tirai menatap Neal kemudian beralih pada Gain. Dia tahu dengan jelas kalau Neal menyukai Gain, tapi mengungkapkannya di depan umum seperti ini bukanlah cara yang tepat. Apalagi orang-orang di sekolah ini tahu kalau Gain sedang menjalin hubungan dengan Conan.

Conan mengepalkan tangannya kuat-kuat. Dia berbalik, mengambil langkah meninggalkan tempat acara. Dia benar-benar sudah tidak tahan melihat ini semua.

***

Gain berjalan dengan tergesa. Dia sedang mencari sosok Conan yang tiba-tiba raib dari depan panggung padahal hanya ditinggal melirik sebentar ke arah Neal. Bukannya apa-apa. Gain tidak mau disalahkan di sini yang jelas-jelas ia tidak tahu apa-apa. Yah, selain itu Gain juga merasa bersalah.

Arga yang kebetulan sedang berbicara dengan salah satu guru tak sengaja melihat Gain berjalan begitu cepatnya. Guru yang diajak Arga bicara pun merasa bingung melihat Gain bertingkah begitu.

"Teman kamu kenapa itu?"

"Tidak tahu, Bu. Saya permisi ya, Bu," pamit Arga dengan sopan. Dia segera berlalu. Ia ingin mengikuti kemana Gain akan pergi.

Gain hampir putus asa mencari Conan. Dia bahkan sudah mengelilingi gedung IPA kalau-kalau Conan memilih kembali ke kelasnya, tapi pencariannya tidak membuahkan hasil, yang ada dia letih sendiri. Gain hendak berbalik arah ketika matanya menangkap sosok yang dicarinya tengah berjalan menuruni tangga.
"Itu... Beneran Conan nggak ya? Nanti kalau gue ikutin terus itu bukan Conan kan gue jadi ngeri," gumam Gain. Cewek itu membeku seketika. Dia baru sadar kalau berdiri seorang diri di koridor gedung IPA yang gelap. Tanpa banyak pertimbangan Gain segera menyusul sosok yang ia yakini Conan itu. Harapannya sih itu benar-benar Conan, karena jika tidak, dia akan langsung pingsan saja.

"Tunggu!" teriak Gain sebelum orang itu terlalu jauh meninggalkannya. Dia jadi ragu mendekat karena orang yang ia kira Conan itu tak kunjung menoleh.

"Conan?"

"Lo pikir siapa? Setan?" ketus Conan. Gain meneguk ludahnya. Dari nada bicaranya saja Gain sudah bisa menebak kalau cowok itu sedang dalam mood yang buruk.

"Lo marah?"

"Marah? Tentang apa? Tentang lo yang ngira gue setan atau tentang kejadian dramatis pengungkapan perasaan lewat lagu tadi?"

"Tentang... Kejadian tadi."

"Enggak," jawab Conan cepat. "Gue nggak punya hak buat marah. Lagipula... Hubungan kita hanya... pura-pura," tambahnya.

Entah kenapa Gain merasa kecewa mendengar jawaban itu, tapi niatnya di sini untuk menjelaskan. Jadi, fokus saja pada apa yang ingin disampaikan.

"Tapi..." Gain menggantung kalimatnya karena Conan sudah meninggalkannya lagi. "Conan!" panggil Gain frustasi.

Arga memperhatikan dari ambang pintu. Ia menyesal telah melibatkan Gain pada situasi rumit seperti ini. Arga segera mengambil langkah kala melihat Gain hendak mengejar Conan lagi. Ia memegang tangan Gain hingga cewek itu berhenti melangkah dan menoleh padanya.

"Biarkan saja."

"Tapi, Ga, gue nggak salah. Gue harus jelasin ini sama Conan."

"I know. Gue bilang biarkan saja, Gain. Percuma juga lo nyoba ngejelasin sama dia sekarang, Conan nggak bakal mau denger. Mending gue antar lo pulang. Muka lo kelihatan capek banget."

Gain mengangguk lesu. Dia memang sudah sangat lelah hari ini. Gain pikir Arga ada benarnya juga, jadi dia menurut saja saat Arga menuntunnya menuju parkiran untuk mengambil motor. Tak butuh waktu lama, Arga mengendarai motornya membelah jalanan bersama Gain diboncengannya.


***

Buka videonya ya, anggap saja itu cuplikan adegan pas Neal nyanyi buat Gain. Ada illustrasinya pokoknya pas bagian itu wkwkwk

Maaf updatenya lama wkwkwk

Thanks for reading



08 Agustus 2017
©Mindsweet

Continue Reading

You'll Also Like

805K 96K 12
"Gilaa lo sekarang cantik banget Jane! Apa ga nyesel Dirga ninggalin lo?" Janeta hanya bisa tersenyum menatap Dinda. "Sekarang di sekeliling dia bany...
565K 21.8K 35
Herida dalam bahasa spanyol artinya luka. Sama seperti yang dijalani gadis tangguh bernama Kiara Velovi, bukan hanya menghadapi sikap acuh dari kelua...
ALZELVIN By Diazepam

Teen Fiction

5.7M 319K 36
"Sekalipun hamil anak gue, lo pikir gue bakal peduli?" Ucapan terakhir sebelum cowok brengsek itu pergi. Gadis sebatang kara itu pun akhirnya berj...
1.6M 115K 47
Aneta Almeera. Seorang penulis novel terkenal yang harus kehilangan nyawanya karena tertembak oleh polisi yang salah sasaran. Bagaimana jika jiwanya...