Forget Me Not

By SSUMMER

34K 4.3K 721

(in editing process) "Di kehidupan mana pun itu, aku menginginkanmu." More

• Forget Me Not •
• P R O L O G U E •
1. The beginning
2. Homework: self-love
3. Glowing up
4. An empty class
5. Imaginary friends
6. Heartbeat, letter, and cokes
7. Schoolmates
8. Don't be scared
9. Freaking chicken nugget
10. Run after him
11. Oh my heart hurt so good
12. Gone, again
13. Love is about to let go
14. Dear N
15. Our bittersweet chances
16. The firefly for him
17. His new life
18. I see his painful days
20. Until he find me again
• S T O R Y - R E C A P •
• E P I L O G U E •
• A U T H O R ' S - N O T E •

19. Our hide and seek

495 86 32
By SSUMMER

Beberapa waktu berlalu hanya dengan Niall memperhatikan setiap detail saei wajah Victoria. "Aku merindukanmu. Aku mencin..."

Victoria tersenyum mendapati Niall menahan kata-katanya. "Akan selalu begitu?"

"Sekarang aku hanya merasa takdir dan waktu sedang bekerja sama untuk mempermainkan kita, iya kan?"

Niall menunduk sejenak sebelum menatap Victoria lagi dan melanjutkan kata-katanya.

"Saat aku mengenalmu, kau menghilangkan rasa takutku dengan sosok-sosok yang orang lain tidak bisa lihat. Kemudian aku menghabiskan masa mudaku bersamamu, jatuh cinta untuk pertama kalinya. Lalu kau pergi. Karena jika kita terus bersama, jantungku tidak akan berdetak. Kemudian kita dipertemukan lagi. Dengan memori yang terhapus begitu saja. Tapi, aku selalu jatuh cinta padamu. Saat harapan untuk bersama selamanya muncul, kau pergi. Lagi. Karena jika kita terus bersama, aku tidak akan hidup lama. Setelah bertahun-tahun mengubur keegoisanku dan berdamai dengan keadaan, mereka membuatmu hadir kembali sekarang. Lalu apa dirimu akan pergi lagi?"

Victoria menatap pandangan Niall yang seolah tak ingin lepas darinya. Ia tidak menjawab karena yakin Niall sudah tahu jawaban dari pertanyaannya sendiri. "Aku mencintaimu. Dan akan selalu begitu."

"Dalam psikologi hal ini bisa dijelaskan, katanya karena suatu kenangan itu terlalu menyedihkan, maka otaku memilih untuk melupakannya. Aku pernah baca seperti itu di buku."

"Kau masih suka baca buku rupanya."

Niall mengangguk, tatapannya belum bisa beralih. "Karena memori itu hanya hilang dari ingatan, kalau dari sini," Niall menunjuk dadanya sendiri sambil tersenyum. "Kalau dari sini, tidak mungkin hilang."

Victoria tersenyum. "Oh ya, satu lagi. Saat aku berada di dimensi yang lain, aku tahu bagaimana sebenarnya." Victoria memutar posisi duduknya dan mulai menjelaskan dengan serius.

"Jadi, saat perpisahan kita ketika hujan, hujan itu menghapus ingatan kita. Bagimu itu terhapus secara bertahap sehingga kau tidak sadar kalau sebenarnya kau sedang kehilangan memori tentang kita. Bagiku memori itu terhapus sekaligus dan membuatku berada di gedung tua yang tidak berpenghuni. Kenapa aku bisa tinggal disana? Karena gedung itu adalah tempat tinggalku sebelumnya. Hanya karena aku sudah memilih untuk memakan apel dari pohon larangan agar bisa hidup di bumi seperti manusia, tempat itu menjadi tidak berpenghuni bagiku. Lalu tentang hantu The Red Lady, kau masih ingat kan?"

Niall mengangguk dan Victoria melanjutkan penjelasannya.

"The Red Lady adalah sebuah cerita rakyat lokal disana, ceritanya persis seperti yang mereka bicarakan dulu. Tapi itu bukan aku, itu Victoria yang lain dari seratus tahun silam atau bagaimana lah itu pokoknya. Dia roh jahat yang benar-benar ada, dan dia yang menginginkan nyawamu lewat aku."

"Maksudnya?"

"Seperti yang dikatakan masyarakat lokal, dia ingin mengambil nyawa setiap orang. Dan ia mengincarmu. Setiap aku berubah seperti iblis yang haus darah, itu bukan aku... itu adalah The Red Lady. Dia selalu berusaha bersatu denganku, saat ia hampir berhasil, kau selalu hampir terbunuh. Keputusanku pergi ternyata hal yang tepat, The Red Lady juga ikut pergi. Dia dikirim ke neraka, bukan aku. Aku ada di dimensi lain."

"Dasar iblis keparat." Gumam Niall dengan hatinya yang memberikan seluruh umpatan untuk kenyataan yang baru saja ia dengar. "Tapi aku lega mendengarnya, kau tidak dikirim ke neraka."

Victoria terkekeh sejenak. "Aku sempat bertanya-tanya, kenapa harus Niall yang berhasil membuka pintu rumah tua itu, sedangkan orang lain selalu aja ada hambatan. Kenapa aku sangat menyukai Niall hanya karena pria bertopi yang tersesat ini memberiku sekaleng cola dingin. Ternyata memang kita ditakdirkan bertemu lagi."

Niall juga ikut terkekeh kali ini. "Sepertinya kau memang menyukai minuman kaleng soda dingin."

"Iya! Wah, bahkan aku rindu bunyi saat membuka penutupnya. Seperti 'kreek... slurrrp...' Hm, segar!"

Victoria memperagakan gaya seakan-akan menikmati sekaleng soda dingin. Tiba-tiba Niall menyenggol bahunya dan mambuat gerakan seolah-olah merebut kaleng di tangan Victoria.

"Tidak boleh, Casper." Katanya. "Tidak boleh tanpa keripik kentang, haha." Niall seolah mengangkat sekantung kripik kentang di tangan kanannya. "Nyam... nyam... nyam.... slruuup!"

Victoria tertawa. "Haha. Kau gila!"

"Iya nih, ternyata belum sembuh." Niall menyengir lebar sambil menggaruk bangian belakang lehernya. Kemudian ia menopang dagu. "Sama sepertimu, dulu aku bertanya pada diriku sendiri, apa aku gila karena ada hantu cerewet dirumahku dan aku tidak mengusirnya. Lalu aku memfonis bahwa aku memang gila karena secepat itu jatuh cinta padanya. Ternyata memang sejak awal, sejak pertama kali mengenal cinta, kisah cintaku sudah gila."

"Haha... kenapa ya rumit sekali rasanya."

Victoria mengalihkan pandangangannya ke arah langit, Niall pun mengikuti untuk memperhatikan langit sore kali ini.

"Sudah ada bintang... aku masih percaya tentang membuat harapan pada bintang pertama yang kulihat."

"Oh, ya?" Victoria memperhatikan bintang sore hari yang Niall maksud sebagai bintang pertama.

"Suatu saat nanti, kalau aku melihat bintang pertama dan matahari terbenam, aku akan menuliskan lagu tentang hal-hal yang indah itu, termasuk tentangmu. Aku akan membuat lagu tentangmu dan berbagi dengan dunia tentangmu."

"Aku harap aku bisa mendengarkan lagu itu."

"Pasti."

"Jadi aku bisa membuat harapan sekarang?"

Niall menatapnya dan mengangguk.

"Aku harap, di masa kehidupan dan dunia yang lain, takdir dan waktu tidak mempermainkan kita. Aku harap, kita bisa bersama dengan lebih sedikit saling menyakiti dan lebih banyak saling membahagiakan."

Niall tersenyum, ia megangkat tangannya juga untuk membuat harapan. "Aku juga berharap yang sama. Bintang, dengar ya."

Dalam hatinya, Niall juga berharap kalau masa kehidupan yang lain itu benar-benar ada.

"Ayah..." Niall terkejut saat suara putrinya terdengar dari arah belakang. "Bunganya cantik, Ayah."

"Wah baru kali ini Ayah lihat bunga warna biru. Eh iya, sini deh Ayah kenalkan dengan..." Niall menggantung kalimatnya untuk memilih kosa kata yang tepat untuk Victoria. "Peri bintang."

"Peri bintang?!" Victoria kecil itu pun berlari menghampiri Niall dan bersembunyi di balik ayahnya.

"Hai, gadis cantik." Victoria menyapa putri Niall dengan mengulurkan tangannya dan tersenyum ramah.

"Hai, namaku Victoria. Siapa namamu, peri bintang?"

Victoria melirik Niall saat mengerahui namanya dipakai untuk putri dari pria itu. Sedangkan Niall hanya mengangkat bahu dan mengalihkan pandangannya sambil tersenyum.

"Nama yang cantik, seperti orangnya. Oh ya, panggil saja aku Casper."

Victoria kecil tersenyum ia mencoba meraih telinga ayahnya untuk membisikan sesuatu. "Ayah, dia cantik tapi mana sayapnya?"

Niall membawa putrinya itu dalam pangkuannya kali ini. "Kalau dia menemukan sayapnya, dia akan kembali ke langit."

"Hey, bagaimana kalau kita bermain petak umpet?" Victoria berseru dengan semangat membuat gadis cilik di pangkuan Niall juga ikut bersorak.

"Ayo, Yah! Main petak umpet dengan peri bintang."

Niall berdiri dan mengangguk. "Baiklah jadi siapa yang akan jaga?" Baru saja Niall selesai bertanya, kedua Victoria itu dengan kompak menunjuknya. "Aku? Kalian bersekongkol nih."

Sebelum Niall mulai menghitung, ia memperingatkan aturan permainan. "Pokoknya, hanya boleh sembunyi sampai batas dua pohon besar itu saja. Jangan jauh-jauh. Setuju?"

"SETUJU!" Jawab kedua Victoria dengan semangat yang sama.

Saat Niall mulai menutup matanya dan menghitung, Victoria kecil berusaha mencari-cari dimana ia bisa menyembunyikan tubuh mungilnya itu.

"Aku harus sembunyi dimana, peri bintang?" Tanyanya panik kepada Victoria.

"Sini, aku tahu." Victoria menggandeng tangan kecil itu dan membawanya di balik pohon kecil. Sebelum Victoria pergi meninggalkannya, ia membisikan sesuatu dan mengelus lembut rambut putri Niall itu.

"3... 2... 1... siap tidak siap, aku datang!" Seru Niall, dengan wajah bersemangat ia mulai mencari-cari kedua Victoria disekitarnya.

Setelah beberapa lama Niall menyusuri area permainan mereka, akhirnya ia berhasil menemukan putrinya.

"Haha, Ayah lamban!" Ejek Victoria kecil kepada ayahnya sendiri. "Casper memang pandai mencari tempat sembunyi."

Niall tertawa kemudian ia melihat jam tangannya, sudah hampir tiga menit dan ia hanya punya waktu dua menit lagi untuk mencari Victoria.

Niall mengecek seluruh semak-semak di sekitar situ, begitu juga dengan pohon-pohon dan tumpukan kayu. Namun, Victoria tidak ada disana.

Niall tersenyum, memgagumi kepandaian Victoria dalam bersembunyi. "Haha! Baiklah, waktu habis, semua orang bebas!"

Tidak ada jawaban apapun, Niall mulai merasakan ada sesuatu yang tidak beres. Ia kembali mencari-cari ke seluruh tempat.

"Casper, sudah jangan bersembunyi aku tidak bisa menemukanmu."

Victoria kecil yang sedang duduk di sebuah potongan kayu melihat ayahnya yang sedikit panik mencari si peri bintang. Ia melihat ayahnya melewati dua pohon besar pembatas.

"Casper, kau boleh keluar dari persembunyianmu sekarang. Aku menyerah."

"Ayah! Jangan melewati batas." Seru Victoria kecil. "Sepertinya dia telah menemukan sayapnya saat ia bersembunyi."

Langkah Niall terhenti, "Peri bintang menemukan sayapnya dan ia bisa kembali ke langit..." Gumam Niall.

Pria itu berbalik dan menatap putrinya, kemudian kembali lagi melihat pepohonan di sekitarnya.

"Casper... kau pergi?"

Tidak ada sahutan apapun, hanya suara kicauan burung hembusan angin hutan itu.

"Ayah, lihat! Ibu sudah datang!" Victoria kecil berseru menunjuk-nunjuk ibunya yang berdiri tidak jauh di belakangnya sambil membawa beberapa kantung keresek. "Ayah, ibu bawa oleh-oleh! Asyik, ternyata ibu tidak bohong kalau akan menyusul kesini."

Niall masih menatap pepohonan disekitarnya. "Selamat tinggal atau sampai jumpa lagi?"

Niall mengingat kata-kata Victoria, tentang harapannya bertemu dengan Niall di masa kehidupan dan dunia yang berbeda. Dengan rasa menyakiti yang jauh lebih sedikit dari rasa saling membahagiakan.

"Seperinya di masa kehidupan kali ini, aku memang harus mengucapkan selamat tinggal, Casper."

Kemudian perlahan-lahan berbalik dan menatap anak serta istrinya dari kejauhan dengan senyum yang terukir di bibirnya. Ia mulai melangkah menghampiri kedua orang tersebut dan mempercepat langkahnya dengan berlari.

Continue Reading

You'll Also Like

2M 326K 66
Tidak untuk pembaca 15 tahun ke bawah⚠️ "Masalahnya tidak selesai begitu saja, bahkan kembali dengan kasus yang jauh lebih berat" -Setelah Angel's Se...
15.5M 874K 28
- Devinisi jagain jodoh sendiri - "Gue kira jagain bocil biasa, eh ternyata jagain jodoh sendiri. Ternyata gini rasanya jagain jodoh sendiri, seru ju...
1.2M 17.3K 44
ON GOING SAMBIL DI REVISI PELAN-PELAN. Start 18 November 2023. End? Cerita bertema 🔞, Kalau gak cocok bisa cari cerita yang lain terimakasih. Mars...
2.4M 446K 32
was #1 in paranormal [part 5-end privated] âťťschool and nct all unit, how mark lee manages his time? gampang, kamu cuma belum tau rahasianya.âťžâ–«not an...