Ssstt Pacar Pura Pura

By itsyooniverse

11.5K 612 42

Conan seorang most wanted di SMA Nasional setuju dengan usulan salah seorang sahabatnya untuk mencari pacar p... More

Chapter 1
Chapter 2
Chapter 3
Chapter 4
Chapter 5
Chapter 6
Chapter 7
Chapter 8
Chapter 9
Chapter 10
Chapter 11
Chapter 12
Chapter 13
Chapter 14
Chapter 15
Chapter 16
Chapter 17
Chapter 18
Chapter 19
Chapter 20
Chapter 21
Chapter 22
Chapter 24
Chapter 25
Chapter 26
Chapter 27
Chapter 28
Chapter 29
Chapter 30
Chapter 31
Chapter 32
Chapter 33

Chapter 23

170 10 0
By itsyooniverse

"Lo ngerasa ada yang aneh nggak dengan hubungan Conan dan Gain?"

"Aneh gimana maksud lo?"

"Gimana, ya? Ya, mereka itu pacaran, tapi kayak orang nggak pacaran."

"Kalo ngomong yang bener, ntar kalau ada yang denger bisa salah paham."

"Gue nggak tahu ini beneran atau tidak, tapi Gain nggak pernah cerita soal hubungannya sama Conan. Ya, gue pikir awalnya dia memang nggak pengen gembar-gembor, secara sejak awal memang tidak ada yang tahu hubungan mereka sebelum lihat postingan Conan di instagramnya. Hanya saja, gue merasa ada yang janggal. Mereka tuh kayak nyembunyiin sesuatu gitu."

"Nyembunyiin apa?"

"Gue juga belum tahu. No, lo orang yang sering jadi tempat curhatnya Conan, kan? Apa dia pernah cerita sesuatu tentang hubungan mereka?" Reno termenung. Dia teringat dengan percakapannya tempo hari bersama Conan. Sahabatnya itu tidak menjawab dengan pasti tentang perasaannya saat Reno menanyakan itu. Conan malah membalasnya dengan pertanyaan lain. Dia juga tidak pernah menceritakan bagaimana awalnya Conan dan Gain kenal karena setahu Reno mereka tidak pernah bertemu sebelumnya.

"Nggak. Conan nggak pernah cerita apa-apa sama gue, tapi mungkin saja Arga tahu. Gue lihat beberapa kali Arga ngomong serius sama dia, tapi gue nggak tahu mereka ngomongin apa. Tiap kali gue tanya, keduanya nggak ada yang mau ngasih tahu."

"Iya. Kalau ada orang yang tahu sesuatu tentang Gain pasti itu Arga. Gimana kalau kita tanya dia saja?"

"Gue nggak yakin soal itu, Man. Udah deh, Man, jangan kepo. Lo tahu Arga bagaimana kalau sudah menyangkut Gain, kan? Jangan sampai lo nyinggung dia."

"Iya juga sih. Ah, tahu lah. Gue jadi pusing sendiri."

"Makanya, Man, jangan suka ikut campur sama masalah pribadi orang. Biarkan saja, nanti juga bakal ada kejelasan kok soal hubungan mereka. Mungkin saat ini mereka masih saling berusaha buat melupakan masa lalu. Lo tahu kan kalau Gain dan Conan punya masalalu yang sama menyakitkannya, jadi maklumi saja sikap mereka saat ini."

"Iya deh."

***

Gain duduk di bangku panjang pinggir lapangan. Baru saja beberapa menit yang lalu dia keluar dari aula. Tidak terasa kalau hari ini hari terakhirnya latihan bersama Robin. Gain jadi gugup sendiri mengingat besok akan bernyanyi bersama Robin untuk yang pertama kalinya, apalagi dia akan ditonton oleh banyak orang.

Kursi yang Gain duduki sedikit bergerak. Ia menoleh untuk melihat siapakah gerangan yang menduduki kursi itu. Gain agak terkejut karena Conanlah yang ada di sana.
"Gue nggak ganggu kan?" tanya Conan. Gain menggeleng lalu kembali menatap ke arah depan.

Gain memasang headset pada kedua telinganya dan mulai memutar lagu sambil menunggu pertandingan selesai. Gain bukannya ingin mengacuhkan Conan, tapi dia bingung saja harus bagaimana.

Conan memperhatikan Gain. Cewek itu sedang serius mendengarkan lagu sambil menggerak-gerakkan kepala mengikuti alunan musik. Conan tersenyum sendiri melihatnya. Gain terlihat begitu cantik. Conan bahkan enggan memalingkan pandangannya dari cewek itu.

Conan tersentak karena secara tiba-tiba Gain menoleh padanya. Dia menggaruk pelipisnya yang tidak gatal lalu menunduk. Malu karena telah tertangkap basah sedang memperhatikan Gain.

Gain tersenyum kecil melihat tingkah Conan. Dia sengaja menoleh karena tahu sedang diperhatikan. Gain penasaran saja dengan reaksi Conan kalau dia menoleh dan ternyata reaksi cowok itu sama seperti yang ia kira.

Gain mendongak karena merasakan sesuatu menempel di kepalanya. Gain mengerjap. Saat ini Neal dengan tanpa permisi memakaikan topinya di kepala Gain.
"Panas," kata Neal ketika Gain membuka mulut ingin menanyakan alasan dari sikap Neal saat ini. Setelahnya dengan sesuka hati Neal pergi begitu saja tanpa mengatakan apa-apa lagi. Gain menggigit bibir bawahnya. Perlahan ia menoleh untuk melihat reaksi Conan. Sungguh. Demi apapun. Gain takut kalau Conan akan marah. Neal melakukannya di depan umum dan saat ini di sampingnya ada Conan. Apa yang akan dipikirkan orang-orang itu saat melihatnya? Mereka pasti berpikir yang bukan-bukan tentang Gain.

Di luar dugaan. Conan tidak marah ataupun kesal. Dia malah tersenyum manis. Bahkan Conan membalik topi itu lalu berkata, "Lo keliatan cantik kalau begini." Gain tidak menanggapi. Dia terlalu bingung harus bersikap bagaimana. Maka ia hanya menunduk dan kembali tenggelam dalam lagu yang didengarnya.

"Lagi dengerin apa sih?" tanya Conan menghilangkan keheningan di antara keduanya. Gain diam. Mendengarkan apa? Dia bahkan tidak tahu judul dari lagu yang saat ini ia dengarkan.

"Nggak tahu judulnya."

"Loh?" seru Conan. Gain menggaruk ujung hidungnya melihat Conan kebingungan. Lalu dia melepas sebelah headsetnya kemudian memasangnya di telinga kiri Conan membuat cowok itu memantung untuk sepersekian detik.

"Dengerin sendiri. Siapa tahu lo tahu judul lagunya," jelas Gain sebelum Conan memikirkan hal yang salah. Gain lalu kembali menunduk. Dia membalik lagi topi yang tadi dibalik Conan membuat bagian depan topi menutupi sebagian wajahnya. Dia melakukan itu bukan tanpa alasan. Gain hanya tidak ingin Conan melihat wajahnya yang sudah bersemu merah karena malu.

Berdiriku disini hanya untukmu
Dan yakinkan ku untuk memilihmu

Dalam hati kecil ku inginkan kamu
Berharap untuk dapat bersamamu

Aku ‘kan ada untuk dirimu
Dan bertahan untukmu

Terlukis indah raut wajahmu dalam benakku
Berikan ku cinta terindah yang hanya untukku
Tertulis indah puisi cinta dalam hatiku
Dan aku yakin kau memanglah pilihan hatiku

Gain membeku ketika Conan ikut menyenandungkan lirik lagu yang mereka dengarkan bersama. Dengan gerakan cepat ia menoleh. Gain menelan ludahnya. Saat ini Conan sedang menatapnya lembut. Dia tidak tahu pasti arti dari tatapan itu, tapi yang pasti saat ini adalah jantungnya berdebar tidak karuan. Gain sampai merasa jantungnya bermasalah karena detaknya begitu cepat. Seperti habis lari marathon ratusan kilometer saja.

"Oy... Awas!"

Bersamaan dengan seruan itu, bola basket menghantam kepala Conan hingga membuat cowok itu terjengkang ke belakang. Gain menutup mulutnya. Antara kaget juga menahan tawa.

"Nah, kena bola kan. Makanya pacaran jangan di lapangan!" seru seorang siswa yang Gain tahu dia teman sekelasnya Conan.

"Kampret! Main bola lihat-lihat, dong, Bram!"

"Ye, salahin bolanya sana! Orang yang nabrak pala lo itu bola, bukan gue."

"Kan elo yang lempar."

"Lo juga nggak bakal kena bola kalau nggak bengong di sana. Mentang-mentang ditemenin pacar jadi nggak fokus lo."

"Oy lanjut!" seru ketua acara supaya pertengkaran tidak berlanjut.

Bram menurut. Mereka meneruskan permainan dengan bola baru sedangkan bola yang menghantam kepala Conan tadi dibiarkan begitu saja. Gain mendekati Conan, membantunya berdiri lalu memeriksa dahi cowok itu.
"Lo nggak apa-apa?" tanya Gain. Conan menggeleng.

Gain menutup mulutnya. Mencegah tawa yang ingin keluar dari bibirnya. Sungguh. Kejadian tadi sangat lucu. Apalagi saat Conan terjengkang.

"Ketawa aja, nggak usah ditahan!" kata Conan pada Gain. Cewek itu menggeleng-gelengkan kepala, tapi sedetik kemudian tawanya pecah. Conan memang kesal. Namun, melihat Gain tertawa seperti itu membuatnya lupa pada rasa kesalnya.

"Maaf," ucap Gain karena Conan terus saja melihatnya. Dia takut Conan tersinggung dengan tawanya.

"Nggak masalah. Lo keliatan lebih cantik kalau tertawa."

Astaga!

Ada apa dengan Conan hari ini? Kenapa sedari tadi dia terus saja menggunakan kata cantik hingga membuat Gain kepedean seperti itu. Dia bisa baper kalau Conan terus saja mengatakan itu. Padahal kan Gain sudah sekuat tenaga supaya tidak baper dengan segala tingkah juga ucapan Conan. Namun, jika Conan terus begitu bisa-bisa pertahanannya runtuh.

***

Seluruh penghuni XI IPS 3 menatap jengah pada Conan. Menurut mereka, hari ini cowok itu bersikap aneh. Dia selalu mengikuti Gain kemanapun cewek itu pergi. Tidak seperti Conan yang biasanya bersikap cool dan terkesan tidak perduli.

Gain menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Jangankan mereka, dia juga tidak tahu alasan dari sikap aneh Conan hari ini.

"Gue boleh tanya sesuatu?" tanya Iman yang tahu-tahu sudah ada di hadapan Gain dan Conan. "Ini sedikit pribadi sebenarnya, tapi gue bertanya mewakili mereka yang bingung dengan hubungan kalian."

"Ada apa dengan hubungan kami?" tanya Conan yang mulai sedikit tahu tentang apa yang akan Iman tanyakan.

"Sebenarnya... Hubungan kalian itu apa?"

"Kita pacaran."

"Oh ya? Begitu? Kalian pacaran? Tapi, apa yang gue lihat nggak kayak gitu."

"Maksud lo?"

"Tempo hari, gue lihat Gain dan Neal berduaan di aula. Lo ada di sana, lo lihat mereka juga, tapi lo nggak ngelakuin apa-apa. Padahal gue lihat dengan jelas, lo udah mengepalkan tangan. Gue juga gak pernah lihat kalian jalan berdua setelah Conan ngeshare foto tangan itu. Apa kalian benar-benar pacaran?"

"Kenapa lo nanyain hal seperti itu?" Gain angkat suara.

"Lo bener, Man. Tempo hari gue emang ada di aula, gue memang lihat Gain dan Neal, tapi lo nggak tahu kan alasan kenapa gue memilih pura-pura nggak lihat mereka? Gue sengaja. Gue cuma nggak pengen hubungan gue hancur hanya karena sikap egois gue. Maka saat itu, gue lebih milih meredam emosi dan tanya ke Gain tentang apa yang mereka lakukan. Hanya itu. Apa gue salah?" Iman diam. Conan tersenyum lalu melanjutkan, "Kalau soal jalan berdua. Kita memang nggak jalan berdua. Kita juga tidak pergi kemana-mana saat malam minggu seperti yang dilakukan pasangan lain, tapi lo nggak tahu kan kalau gue dateng ke rumah Gain? Ya, tidak sering memang, tapi pasti lo tahu alasannya kenapa, iya kan? Gue punya pengalaman buruk tentang itu."

"Tapi, setidaknya bersikaplah kalau lo memang sayang sama Gain."

"Gue sayang sama dia. Hanya saja caranya yang berbeda. Kita memang tidak seperti pasangan lain. Gue sama dia punya cara yang berbeda untuk mengekspresikan perasaan kami karena inilah cinta versi kita," kata Conan sambil merangkul Gain.

"Apa sekarang lo udah ngerti, Man?"

"Hem, yah. Gue ngerti." Iman menganggukkan kepalanya. Dia kemudian kembali ke tempat duduknya.

Gain terdiam. Jawaban panjang lebar dari Conan membuatnya tidak bisa mengatakan apa-apa. Yah, Conan memang bisa mengatasinya, tapi yang baru saja ia katakan itu terlalu dalam untuk pasangan pura-pura seperti mereka.

***



TBC
17 Juni 2017
©Mindsweet

Continue Reading

You'll Also Like

3.3M 207K 45
Hanya Aira Aletta yang mampu menghadapi keras kepala, keegoisan dan kegalakkan Mahesa Cassius Mogens. "Enak banget kayanya sampai gak mau bagi ke gu...
778K 57.4K 62
Namanya Camelia Anjani. Seorang mahasiswi fakultas psikologi yang sedang giat-giatnya menyelesaikan tugas akhir dalam masa perkuliahan. Siapa sangka...
212K 25.6K 23
⚠️ BL Gimana sih rasanya pacaran tapi harus sembunyi-sembunyi? Tanya aja sama Ega Effendito yang harus pacaran sama kebanggaan sekolah, yang prestas...
867K 6.2K 10
SEBELUM MEMBACA CERITA INI FOLLOW DULU KARENA SEBAGIAN CHAPTER AKAN DI PRIVATE :) Alana tidak menyangka kalau kehidupan di kampusnya akan menjadi sem...