Miss CangCut's (Terbit)

By AlmeeraShanum

358K 9K 1.1K

MISS CANGCUT'S (Baraya_Series#1) Versi Ebook bisa kalian download di GOOGLE PLAYBOOK. Sejatinya, persahabatan... More

MC - Prolog
MC - SATU
MC - DUA
MC - TIGA
MC - EMPAT
MC - LIMA
MC - TUJUH
MC - DELAPAN
Perkenalan Tokoh
MC - SEMBILAN
MC - SEPULUH
MC - SEBELAS
MC - DUA BELAS
MC - TIGA BELAS
MC - EMPAT BELAS
MC - LIMA BELAS
MC - ENAM BELAS
MC - TUJUH BELAS
MC - DELAPAN BELAS
MC - SEMBILAN BELAS

MC - ENAM

12K 408 69
By AlmeeraShanum

Happy Readinggggg...

#Miss CangCut's

"Andrew... Kalau mau ngrokok di luar dong!! Ini kelas, bukan bus umum." Seru Melva keras. Protesnya pada Andrew, asap rokok Andrew telah mencemari daerah teritorialnya. Mengganggu konsentrasinya menyelesaikan tugas karena dosen mereka harus meninggalkan kelas lebih awal.

Tokoh utama yang disindirpun segera mengambil ranselnya dan menggendongnya di bahu kanan.

"Ehhh, Kampret elo mau kemana? Tugas kita lom kelar nih." Tanya Rama cepat melihat Andrew ingin meninggalkan kelas. Jelas saja panik, mereka berdua berkelompok.

"Gue keluar," Andrew menghembuskan sisa asap rokok yang keluar dari dalam mulutnya. Lalu menghisap rokoknya kembali.

"Tugas kita?"

"Elo selesain ya. Awas kalau elo gak cantumin nama gue di kertas jawaban!!"

"Dasar kampret loe!!" Umpat Rama, "Untungnya elo punya rumah sakit, kalau kagak gak bakal elo dapet kerjaan kalau begini cara kuliah elo."

"Heheheheee..." kekeh Andrew ringan, "Hidup gue enakkan, Bro? Elo pasti ngiri banget ma gue?"

Rama jelas mengiyakan. Siapa sih yang tak merasa iri dengan hidup Andrew?

Kaya, tampan, cerdas, pokoknya masa depan terjamin deh. Kalian sebagai calon bini tak bakal khawatir sampai tujuh turunan.

"Kalau elo butuh kerjaan, elo juga bisa kirim lamaran ke rumah sakit gue. Itung-itung balas budi ke elo, Bro."

"Serius elo, Drew?" Senang Rama. Sebagai calon dokter, ia memang butuh relasi untuk mendapatkan pekerjaan, mengingat betapa banyaknya lulusan dokter yang masih menganggur. Kalau tidak mau mengabdi di daerah pelosok, tidak akan mendapatkan pekerjaan. Intinya sih begitu, lihat dari pengalaman orang.

Andrew mengangguk pasti, "Cleaning service rumah sakit gue selalu ada lamaran tiap 3 bulan sekali, Bro." Jawab enteng Andrew sambil meninggalkan Rama.

"Kamprettt...!!" pekik keras Rama tidak terima.

Bayangan Andrew mahasiswa kedokteran semester 4 ini raib ditelan pintu ruang kelas.

"Andrew kemana?" Tanya Arya pada Rama. Melihat pria tambun dengan style rambut cepak itu hanya sendirian.

"Biasa, pasti dia pergi ke kost Cynthia." Jawab Rama sekenanya, "Kemana lagi bocah itu kalau gak isi baterai."

"Anjirr elo. Kawan  sendiri elo gituin."

"Eh, tapi gue benerkan?"

"Terserah elo deh." Arya kembali fokus dengan tugas mereka. Hanya 5 soal sih, tapi pertanyaannya beranak pinak sampai ke cucu dan cicitnya. Dosennya memang luarbiasa pandai mempermainkan perasaan para mahasiswa. Ck.

*****

Deru mesin X-trail hitam metalik itu sengaja dimatikan oleh sang pemilik. Andrew mengambil ransel dan segera keluar dari mobil. Ia menekan tombol kunci otomatis, melihatnya sebentar untuk memastikan apakah mobilnya telah terparkir dengan sempurna?

Andrew membuka pagar kost di mana kekasihnya ini tinggal. Kost yang hampir dua tahun ini selalu ia sambangi. Satu tahun pertama, fase PDKT yang penuh dengan drama penolakan. Lalu satu tahun terakhir ini dengan status resmi pacaran mereka. Kekasih Andrew tipe gadis jinak-jinak merpati. Berkali-kali Cynthia menaik -turunkan perasaannya. Andrew melangkah dengan senyum simpul sembari bersiul lirih.

Pintu No. 7 yang terletak di ujung belakang, tertutup rapat. Andrew menggosok hidungnya yang tak gatal. Setahunya siang ini, kekasihnya tidak ada jam kuliah setelah sekitar pukul 9 pagi tadi selesai. Andrew memutuskan untuk mengetuk pintunya. Terakhir kali gadisnya menelepon untuk membangunkan tidurnya saat dia akan pergi ke kampus.

Sepi.

Andrew mengeluarkan ponselnya, lalu mendial angka 1 di mana nomor ponsel kekasihnya tersimpan di sana. Ia mendengar deringan ponsel kekasihnya dari dalam kamar, "Sayang, kamu di mana? Ini aku Andrew, Yang."

Dan tak lama kemudian pintu kost gadis itu terbuka, tampak kekasihnya membuka pintu yang hanya menggunakan tank top dan celana hotpans dengan wajah yang memucat.

"Kamu sakit, Yang?" Andrew sedikit panik melihat Cynthia dalam keadaan pucat, menarik pelan dan segera mendudukkan kekasihnya di ranjang. "Kamu udah makan?"

Cynthia mengangguk.

Andrew menelusuri seluruh kamar yang luasnya hanya 4x4 meter termasuk kamar mandi di dalamnya. Sangat berantakan. Andrew sedikit heran dengan keadaan kamar itu. Biasanya Cynthia akan marah jika Andrew tak sengaja membuat kamar itu berantakan. Lalu ini apa?

Andrew meraba kening Cynthia dengan punggung telapak tangannya, 'Tidak panas."

Cynthia menatap Andrew sendu. "Drew..." suara lirih itu keluar dari bibir mungil Cynthia.

"Katakan, Sayang..." Andrew menangkup pipi Cynthia dengan kedua tangannya. Mengecup bibir merah itu cepat, "Hn..."

Cynthia terus terdiam, matanya lekat menatap Andrew kini beralih ke kertas biru yang tergeletak terbuka. Andrew mengikuti arah tatapan Cynthia, dengan sedikit menajamkan penglihatannya, ia berdiri dan mendekat ke arah meja rias Cynthia. Sesaat Andrew terdiam sejenak, mengambil benda pipih panjang yang tergeletak di atas kertas itu.

Dua garis merah.

*****

'Cepat ke rumah sakit. Jika dalam 30 menit belum juga sampai, JANGAN HARAP BESOK ELO MASIH VIRGIN.'

From : 081121051990

Rachel mengeryitkan kening, 'Siapa yang sms gue?'

'Gue. Ciuman pertama elo.'

From : 081121051990

Rachel menelan ludah, "Geblekkk..."

Rachel memutuskan untuk menonaktifkan dan menyimpan ponselnya di dalam laci meja belajarnya. Ia segera masuk ke kamar mandi, menggosok gigi dan mencuci wajahnya dengan sabun pembersih muka. Lalu mengganti dress-nya dengan baby doll gambar sapi kesukaannya.

Rachel membaringkan tubuhnya, sesekali menguap karena tubuh lelahnya memang menginginkan istirahat. Ia sengaja tidak menghiraukan pesan singkat yang Andrew kirimkan, 'Emang siapa dia?' Seenak jidat merintah gue...'  

Yang ada pasti dia akan disosor lagi sama pria mesum itu.

Terakhir, serangkaian doa ia panjatkan pada Tuhan sebagai rasa syukur atas anugrah yang telah diberikan untuknya hari ini.

*****

Pagi hari, Rachel melajukan sepeda motor matic-nya menuju kampus. Bab pembahasan yang telah ia kerjakan bersama Rio baru akan dibimbingkan pada dosen pembimbing. Rachel hanya mengenakan atasan tanpa lengan abu-abu dan celana jeans biru, tak lupa tas selempang bahan kanvas yang selalu bergelayut manja di bahu kanannya.


Rachel Chandrawinata, mahasiswi semester 8 jurusan tata boga itu untuk pertama kalinya kembali ke kampus setelah seminggu ini absen bimbingan. Tujuannya langsung ke ruang dosen pembimbingnya, karena 2 jam lalu ia telah melakukan kesepakan temu janji dengan dosen pembimbingnya. Tampak Bu Ida tengah asyik membaca majalah fashion terbitan terbaru bulan ini.

"Pagi, Bu," sapa Rachel sembari memberikan senyum terbaiknya. Ia duduk di kursi yang telah disediakan dan membuka tas jinjing yang hanya berisi berkas skripsinya.

Bu Ida segera membuka lembar demi lembar halaman. Sesekali tampak beliau mencorat-coret di beberapa bagian. Rachel mengigit bibir bawahnya untuk mengurangi rasa gugup yang mulai menyerang. Merampalkan mantra berulang kali, 'Jangan sampai revisi lagi!'

Bu Ida menutup skripsi Rachel, manik matanya menatap tajam Rachel. "Siap ujian?"

"Hah...??"

"Kamu sudah siap ujian belum?" Bu Ida memperjelas ucapannya.

Rachel mengangguk, "Insha allah saya siap, Bu."

"Kalau begitu, coba tanyakan ke pembimbing dua. Bagaimana sudah bisa ujian apa belum?"

"Serius, Bu?" Tanya Rachel tak percaya. Semudah itu ia akan ujian skripsi.

"Iya. Kalau beliau setuju, segera cari tanggal."

"Baik, Bu. Terima kasih banyak." Rachel keluar dengan hati gembira. Gila!! Sepertinya dewi keberuntungan memang sedang berpihak kepada Rachel. Hari ini bimbingannya tak sesulit sebelumnya.

'Arghhh... Bu Ida kesambet jin dari mana tuh?' --tanyanya dalam hati. 'Tumben banget.'

Rachel bahagia. Ia harus bertemu Rio, dia harus tahu. Paling tidak mereka harus mengadakan pesta kecil-kecilan. Rachel mengeluarkan ponselnya, mengetik beberapa kata pada akun Whatshapp.

'Aulia, dosen gue udah kasih lampu hijau. Gue udah disuruh cari tanggal ujian. Arghhh... Gak sabar gue pengen nyusul kalian pake toga. Kapan2 kita makan bareng yuk sama Rio.'

*****

Senyum bahagia masih tersungging di sudut bibir Rachel. Langkahnya ringan menapaki lantai ubin rumah sakit besar berlantai 5 itu. Senandung lirih ia dendangkan guna menemaninya sepanjang perjalanan. Sampai di depan pintu langkahnya terhenti, tubuhnya mematung. Tiba-tiba saja pesan singkat yang ia terima tadi malam terngiang di kepalanya.

"Arghhh... Mati gue!!" Umpatnya pelan. Ia mengeluarkan ponsel, mendial nomor yang telah hapal di luar kepalanya.

Ponsel Rio tidak aktif.

Sial.

Mati gue!

Rachel bimbang antara niatnya ingin masuk atau pergi saja dari sini.

"Ngapain juga mesti mati?" Umpat Rachel. "Mau pulang tanggung banget, gue udah sampai sini."

Rachel membulatkan keinginannya untuk masuk ke kamar perawatan Andrew, persetan dengan jelmaan manusia mesum itu. Setahunya, Rio tidak akan meninggalkan kamar itu selain mengisi perut atau berkonsultasi dengan dokter.

'Separah apa sih cederanya Andrew? Lama banget dia gak keluar-keluar,' --batin Rachel. 'Mentang-mentang yang punya rumah sakit, nginepnya macam di hotel.'

Kosong dan sepi.

Rachel melongo saat melihat kamar itu telah sepi. Hanya ada seorang cleaning service yang sedang membersihkan dan merapikan kamar itu.

"Bang, tau pasien di sini?" Tanya Rachel. Lebih baik bertanya daripada sesat di jalan --putusnya. "Pak Andrew."

"Ohhh, Pak Andrew...." jawab si Abang CS, "Pak Andrew sudah keluar dari satu jam yang lalu, Mbak."

"Keluar...?"

"Iya, Mbak." Si abang CS memang ramah. Dari awal perawatan, dia memang telah sering melihat Rachel berada di kamar ini. "Pak Andrew gak ngasih tau mbak kalau pulang hari ini ya..."

Rachel menggeleng.

'Kenapa pula harus mati hapenya!!' --runtuk Rachel lagi. Ia tak suka harus dalam keadaan seperti ini.

"Tapi, Mbak," jedanya "Kalau mbak mau ketemu dengan pak Andrew, beliau ada di ruangannya."

"Lho bukannya tadi mas-nya bilang udah keluar?" Tanya Rachel heran. "Kok di ruangannya."

Pria itu terkekeh, "Keluarkan bukan berarti lantas langsung pulang, Mbak."

Rachel memanyunkan bibirnya, benar juga apa yang dibilang si abang CS itu. Ia memutuskan keluar kamar setelah mengucapkan terima kasih padanya. Kembali ke dalam lift, telunjuknya menekan angka 5. Ia sendiri heran, mengapa ia melakukannya?

Dentingan suara lift sebagai tanda telah sampai dengan membukanya pintu, segera Rachel melangkahkan kaki keluar dari dalam kubus alumunium itu. Tujuannya satu, bertemu dengan Andrew. Takut tapi harus.

Ya, ia harus meminta maaf kepada Andrew.

Rachel tersenyum ramah pada Tania, sekretaris cantiknya Andrew. Berbasa-basi sedikit menanyakan keberadaan bos-nya. Tania mengangguk, jika bos-nya memang berada di dalam. Sedikit menjelaskan jika Andrew sibuk. Banyak sekali pekerjaannya yang tertunda selama ia dirawat. Rachel sendiri tak heran, mengingat betapa besarnya rumah sakit ini.

Tania segera mempersilahkan Rachel masuk setelah mendapat persetujuan dari Andrew. Ragu dan takut menyelimuti perasaan Rachel. Ia harus berani. Ia sudah kepalang tanggung sampai di sini. Belum lagi prinsipnya yang akan selalu bertanggung jawab atas semua kesalahannya. Walaupun dalam kasus ini, bukan sepenuhnya ia salah. Jika Andrew bukan kakaknya Rio, Rachel dengan tegas tidak akan melakukan ini.

Harga dirinya telah direndahkan, tapi ia masih mempunyai hati untuk meminta maaf.

Pertama kali pemandangan yang Rachel dapati saat masuk ruangan itu adalah Andrew sedang menatapnya tajam. Tubuh pria itu terbalut kemeja abu-abu dengan kedua lengan yang tergulung sampai ke siku, dua kancing atas kemeja yang telah terbuka dan rambut sedikit berantakan. Dia bahkan seperti presdir perusahaan internasional kebanyakan, bukan seperti dokter pada umumnya. Mengingat gelar pada nama panjangnya adalah dokter spesialis bedah saraf.

dr. Andrew Baraya, Sp.BS

Rachel menggigit bibir bagian bawahnya, menatap duda beranak satu tanpa kedip.

'Tampan,' --gumamnya pelan dalam hati.

TBC

*****

Arghhh...

Maaf jika visual saya mengganggu imajinasi kalian seketikaaa....

Terima kasih banyak atas dukungannya.

Readersnya banyak banget, bikin keder buat nerusin.

Takut gak memuaskan.

Maaf, terkadang sifat kurang pede saya terlalu mendominasi.

Heheheheee...

Part ini semoga memuaskan.

Sekali lagi terima kasih sudah memasukkan cerita ini ke dalam list bacaan anda.

Semoga menghibur.

#MISS CANGCUT'S

#JOGJA, 11 JUNI 2017

#LIM ZHU QI

Continue Reading

You'll Also Like

2M 328K 66
Angel's Secret S2⚠️ "Masalahnya tidak selesai begitu saja, bahkan kembali dengan kasus yang jauh lebih berat" -Setelah Angel's Secret- •BACK TO GAME•...
2M 9.5K 17
LAPAK DEWASA 21++ JANGAN BACA KALAU MASIH BELUM CUKUP UMUR!! Bagian 21++ Di Karyakarsa beserta gambar giftnya. 🔞🔞 Alden Maheswara. Seorang siswa...
7.4M 227K 46
Beberapa kali #1 in horror #1 in thriller #1 in mystery Novelnya sudah terbit dan sudah difilmkan. Sebagian cerita sudah dihapus. Sinopsis : Siena...
30.4M 1.7M 65
SUDAH TERSEDIA DI GRAMEDIA - (Penerbitan oleh Grasindo)- DIJADIKAN SERIES DI APLIKASI VIDIO ! My Nerd Girl Season 3 SUDAH TAYANG di VIDIO! https:...