SOMPLAK PLUS GESREK (SELESAI)

By JasAlice

190K 15.4K 4.3K

Ada rasa yang harus diutarakan. "Permusuhan antara cewek dan cowok itu biasa, yang berujung jatuh cinta. Teta... More

Prolog
1~Tertipu~
2~Senjata Makan Tuan~
3~Pemaksaan~
4~Kerjasama~
5~Aksi Milly~
6~Sahabat Terbaik~
8~Bingung~
9~Special Day~
10~He~
11~Terluka~
12~Perasaan Bersalah~
13~Tarik Hati~
14~Akhir Hubungan Joshua~
15~Rencana Balas Dendam~
16~Tertangkap~
17~Karakter Tersembunyi~
18~Terperangah~
19~Titisan Julian~
20~Merriam Else Wagner~
21~Nasib~
22~Hidup atau Mati?~
23~Sebuah Awal Buruk~
24~Keinginan~
25~Sweet Moment: Degup Jantung~
26~Sweet Moment: Kiss~
27~Syarat~
28~Tamu tak diundang~
29~Aksi Duo JeJe~
30~Posisi dia di hatinya~
31~Happy Day~
32~Perdamaian Singkat~
33~(Not) Siraman Rohani~
34~Praktik: Kebun Teh Rancabali~
35~Praktik: Membuat Perhitungan~
36~Terbongkar~
37~Friendship~
38~Rahasia Yang Sebenarnya~
39~Throwback: 1~
40~Throwback: 2~
41~Cemburu?~
42~Tanpa Judul~
43~Dia?~
44~Perihal Hati~
45~Persiapan Gencatan Senjata~
46~Tanpa Judul~
47~Tanda Tanya~
48~Derana~
49~Peran~
50~Melupakan Ego~
51~Risiko OTT~
52~Perhatian Olyn~
53~Kabar~
54~Di balik Senyum Manis~
55~Pupus~
56~Terlihat Asing~
57~Ingin Menjadi Perisai~
58~She?~
59~Kita~
60~Rasa~
61~Janji Masa Lalu~
62~Gangguan~
63~Panik~
64~Pernyataan dan Sebuah Fakta~
65~Memoar Rindu~
66~Rasa Nyaman~
67~Dukun Jadi-Jadian~
68~Masalah~
69~Penyembuh Luka~
70~Pencuri Hati~
71~Modal~
72~Awal Kisah?~
73~Gue Bersama Lo~
74~Luka~
75~Semua Tentang Kita~
Epilog
NEW GENERATION

7~Perasaan Tak Tersampaikan~

4K 330 158
By JasAlice

Mungkin bisa saja kita melumpuhkan mereka Josh. Bahkan, dengan keahlian Judo yang gue kuasai. Tapi, gue takut untuk mengecewakan mereka lagi.

Nandish Julian Schmidt

***

Julian mengendarai Range Rover putih nya dengan kecepatan sedang.

Dua jam lalu, ia telah menghubungi Olyn dan Joshua untuk bertemu di sebuah kafe yang telah ditentukan. Otaknya sudah bekerja saat sebuah ide terlintas, untuk menjemput Olyn. Namun, sayangnya gadis itu terlalu pintar. Sehingga meminta Milly yang menjemputnya.

Rencana pdkt gagal.

Ia segera memarkirkan mobilnya setelah sampai di pelataran kafe tersebut. Joshua datang mengampiri Julian, ketika ia menutup pintu mobil.

"Mereka belum datang." Ucap Joshua. Pria itu mengenakan kaos santai di balut jaket kulit dipadukan jeans serta sepatu convers.

"Kalau gitu kita masuk aja, tunggu mereka di dalam." Balasnya.

Mata para pengunjung melirik mereka yang berjalan bersamaan. Terutama para gadis-gadis di sana. Julian hanya melihat dari sudut matanya di saat seorang gadis menggodanya. Joshua? Ia bahkan menanggapi sahutan tersebut.

"Josh-"

Julian melirik kanan dan kiri, mencari Joshua. Ia pun menoleh ke belakang mendapati Joshua sedang duduk berhadapan dengan beberapa gadis. Pria itu tertawa bersama mereka seolah sudah kenal bahkan akrab. Ia menggeleng tidak percaya.

"Joshua,"

Joshua yang merasa namanya di panggil mendongak. Mendapati Julian dengan pandangan datar, namun dengan tatapan tajam dari manik cokelatnya. "Udah selesai?"

Ia nyengir mendapati pertanyaan yang lebih tepat bermakna, Sudah selesai tebar pesonanya?

Tanpa menunggu jawaban darinya, ia segera menarik Joshua. Gawat bila Olyn melihat semuanya. Joshua memang tidak tahu terima kasih. Ia sudah bersusah payah ingin membantunya untuk mendapatkan Kania kembali. Tetapi pria itu justru menggoda gadis lain. Playboy. Satu kata yang ia dapat sejak mengenalnya di putih abu-abu.

"Eh, tadi namanya Gina Lho. Gimana? Cantik gak?"

"Biasa aja." Balasnya mengambil posisi duduk berhadapan.

Joshua mendengus mendengar jawaban Julian. Tidak lama seorang pelayan datang menghampiri mereka. Julian menyebutkan beberapa menu kecil serta empat gelas jus untuk mereka.

"Silakan ditunggu dulu ya, Mas." Julian tersenyum sekilas sebelum pelayan pria itu berlalu.

Joshua memalingkan wajahnya menatap ke setiap ruang kafe. Cukup ramai. Pikirnya.

"Ini yang gue tunggu dari tadi." Julian memalingkan wajahnya dari ponsel. Mengikuti arah pandangan Joshua yang tertuju pada pintu masuk kafe.

Disana Olyn dan Milly celingukan bila saja Julian tidak melambaikan tangannya. Segera mereka menghampiri, Milly pun terlihat semangat bertemu dengan Joshua.

"Balikin dompet gue!" Kesalnya berdiri. Tangannya sudah menengadah, sedangkan Milly hanya menganggap angin lalu. Ia mengambil posisi duduk di samping Joshua. Olyn yang awalnya ragu untuk duduk bersebelahan dengan Julian pun pasrah.

Mulai lagi ini jantung.

Julian mencoba menenangkan detak jantungnya. Tanpa sadar membuang napas pelan. Ia menatap Olyn sebentar. Ia tetap terlihat manis dengan baju yang dipadukan jeans selutut serta rambut yang di kuncir kuda. Sederhana. Dan Julian menyukainya. Gadis itu justru sibuk mengamati pertengkaran di depannya.

"Nih!" Balas Milly.

Joshua mengecek dompetnya dengan teliti. Takut ada yang kurang. Julian menegang sesaat. Tiba-tiba ia teringat oleh foto tersebut. Lalu mengecek posisi foto tersebut.

Julian menatap Milly ragu, "Lo.. buka dompet gue?"

Gadis itu menggeleng, "Nggak." Ucapnya. "Gue gak sempat, dan terlalu kepo sama dompet temen lo." Lanjutnya tertawa kecil yang dihadiahi toyoran Joshua.

"Dasar sipit!" Kesalnya.

Pelayan pun datang mengantarkan pesanan Julian. Dengan sigap Joshua dan Milly mengambil makanan mereka. Olyn terkekeh melihat aksi mereka.

Julian tersenyum tipis. Ternyata sesederhana itu melihat orang yang kita suka senang.

"Jadi, kapan kita melakukannya?" Tanya Olyn.

Julian mengedikkan bahunya. Sedangkan Milly memicingkan matanya menatap Joshua.

"Biasa aja sipit! Mata lo tambah gak keliatan," Joshua tergelak mendengar ucapannya sendiri. Julian dan Olyn pun ikut tertawa. Sedangkan gadis yang menjadi objek sasaran, wajahnya sudah memerah menahan amarahnya.

Milly berdecak kesal, "Terus lo apa? Dasar tiang listrik!"

"Sialan lo!" Balasnya merasa tersindir.

Dan adu mulut pun terus berlanjut. Mereka semakin sengit menjatuhkan lawan masing-masing. Julian memilih menundukkan wajahnya malu mendapat tatapan para pengunjung. Sedangkan Olyn menutup wajahnya menggunakan buku menu.

"Kalian bisa diem gak, sih?"

"Iya. Malu tau," Timpal Olyn.

Mereka sama sekali tidak menggubrisnya. Justru Milly memindahkan makanan Joshua ke arahnya. "Ini jadi punya gue!" Tunjuknya pada makanan yang sama sekali belum pria itu sentuh. "Lo makan yang lain."

"Gak mau."

"Bodo amat!"

"Balikin!"

"Gak!"

"Balikin!"

"Ga-"

"DIAM!!"

Joshua dan Milly melongo sekaligus menganga. Jelas saja. Sekarang mulut mereka berisi beberapa potong kentang goreng yang dimasukkan bersamaan oleh Julian dan Olyn.

"Gini kan enak"

Julian dan Olyn menoleh bersamaan.

"Ngapain lo ngikutin gue?" Olyn mendelik kesal.

"Elo yang ngikutin gue!"

"Elo!"

"Elo!"

"Ih... gue bilang elo!"

"Elo. Ya tetep elo!"

"E-"

"STOP!"

Gantian. Joshua dan Milly menyumpal mulut mereka dengan sedotan yang bertengger manis di Jus mereka.

"Enak." Ucap Julian mengambil alih Jus nya dan meminumnya. Konyol.

Begitupun dengan Olyn. Ia menghabiskan hingga setengah gelas. "Tau aja gue suka Jus alpukat." Ia tersenyum kecil. "Siapa yang pesan?"

"Aa yang pesan," Ucap Julian. "Kenapa? Terkesan ya?" Ia menaik turun kan alisnya, menggoda Olyn sesekali menoel-noel pipi nya yang sedikit chubby.

Gadis itu menepis tangan tersebut, "Gak usah gatel tangannya." Ucapnya memperingati yang di balas kekehan Julian.

Joshua menatap mereka berdua kesal, "Bro! Gimana nih nasib gue? Lo asik sendiri. Balik ke tujuan kita datang kesini."

Lo sahabat apa bukan sih? Gue lagi asik-an aja diganggu. Awas lo gue bales nanti.

Julian mengubah posisi duduknya seperti semula. Wajahnya sedikit ia tekuk. Masih kesal. "Yaudah, gimana Oli, Mil? Punya ide gak?"

Dalam hati Olyn kesal. Selalu saja kata Oli motor itu ia pakai. Memalukan.

"Apa aja yang lo ingat tentang Kania?" Tanya Olyn menatap Joshua.

Kali ini tidak ada aksi kekanak-kanakan. Wajah Joshua mulai serius. Menampilkan sosok pria dewasa yang sesungguhnya pada diri Joshua.

Pria itu mencoba mengingat sesuatu, "Kania bukan tipe cewek melankolis, gak suka warna pink, gak terlalu mengikuti perkembangan zaman dalam artian seperti fashion, apalagi drama Korea misalnya, dan musik."

"Nah itu!" Seru Milly tiba-tiba.

"Apa?" Tanya Julian.

"Lo mending nyanyi aja. Kebetulan besok denger-denger kita pulang cepat. So, lo harus sudah siap, dan buat dia kembali terkesan sama lo." Jelasnya.

"Udah gue bilang. Kania itu gak suka dengan musik yang ngehits sekarang."

"Gak suka, bukan berarti dia gak punya lagu favorit."

"Gue setuju." Timpal Olyn.

"Aa Julian ikut aja deh, kaya neng geulis," Ucapnya. "Aduh.." Ia meringis. Mengelus lengannya yang dicubit.

"Sakit tau!"

"Gak peduli." Balasnya mengalihkan pandangannya.

"Tapi, kira-kira berhasil gak?"

"Ya ampun tiang listrik..."

Terdengar helaan napas Milly. "Lo itu cowok. Istilahnya, jangan menyerah sebelum berperang." Ia menepuk pundak Joshua. "Semangat!"

"Yup! Semangat!"

Julian dan Olyn menoleh bersamaan. Sok kompak banget, pikir mereka masing-masing. Jari telunjuk mengacung di depan wajah mereka bersamaan.

"Dasar jelek!" Ucap mereka bersamaan.

***

Olyn berlarian menuju toilet. Rasanya perutnya semakin mual. Beberapa kali perutnya ingin memuntahkan sesuatu namun tidak bisa. Ia berdiri di depan wastafel, lalu menghidupkan air. Membasuh wajahnya perlahan.

"Bau banget tuh ikan, gak pernah mandi kali ya." Ucapnya asal.

Ia pun merasa lega bisa keluar dari Lab. Biologi setelah sang guru pamit di jam terakhir pelajarannya. Membedah ikan, dan melakukan berbagai instruksi membuatnya harus menahan bau amis beberapa jam.

"Lo Olyn, 'kan?"

Ia menoleh, dan mendapati Ketua dancer yang berjalan ke arahnya bersama dua temannya. "Iya Kak. Kenapa, ya?" Tanya nya memperhatikan nametag, sekadar memastikan. Nevata Andira.

"Gue peringatin gak usah deketin Julian. Jadi cewek gak usah ganjen, selalu cari perhatian ke dia." Olyn membelalakkan matanya tak percaya.

Wah.. senior songong nih. Kalau kaya gitu, gue gak perlu sok kemayu tadi.

"Sorry ya. Gue rasa itu omongan harus di ralat sedikit. Siapa tadi? Gue?" Ucapnya pura-pura tidak mengerti. "Gue ngedeketin si bule gesrek itu? Wake up girl! Please deh.. yang ada dia selalu gentayangan di sekitar gue." Balasnya. Membuat Eva dan yang lain tercengang.

Eva yang tadi melipat kedua tangan di depan dada, ganti mencengkeram lengan Olyn. Gadis itu sedikit meringis. Lalu melepasnya kasar. "Don't touch me!"

"Kurang ajar ini bocah, Va." Ucap salah satu temannya.

"Iya. Kasih dia hukuman." Timpal yang satu nya. Dengan emosi menggebu, ia mendorong Olyn ke tembok sebelah wastafel. Ia yang tidak siap menjadi tersudut.

Ia jadi heran. Kenapa dalam keadaan seperti ini, tidak ada siswi yang mondar-mandir memasuki toilet.

"Lo tinggal nurutin perintah gue aja kok susah?" Tanya nya

"Ya amsyong... udah gue bilang. Dia yang selalu gentolin gue, tanpa lo suruh pun gue selalu ngejauhin dia." Jelasnya.

"Sombong banget lo," Tangannya ingin menarik rambut Olyn. Dengan sigap ia menahannya. Lalu memiting ke arah belakang menjadi satu. Eva meneriaki temannya untuk minta tolong.

"Kalian maju, gue bikin kepala kalian botak." Mereka yang maju menjadi mundur beberapa langkah. "Oh iya, kuku gue lagi panjang. Enak nih buat cakar wajah yang kalian anggap cantik."

Eva menelan salivanya susah payah. Ia tidak tahu kalau saingannya ini sangat kuat dan pemberani. Ia meminta pertolongan pada temannya. Namun mereka tidak ada yang berkutik.

"Lepasin tangan gue. Sakit tau!" Eva memberontak ketika Olyn mengeratkan pitingannya.

"Lo yang mulai, tapi lo yang langsung kalah." Desis Olyn tepat di telinga Eva. Ia akui Eva memang cantik dan banyak diincar para pria di sekolah. Tapi ia selalu angkuh, berteman hanya sederajat dengannya, dan terlebih semua keinginannya harus dapat.

"Oke. Gue ngaku kalah." Balasnya frustrasi. "Sekarang lepasin gue!" Lanjutnya. Sedetik kemudian Olyn melepasnya dan berlalu keluar.

Langkahnya terhenti di depan pintu. Maaf toilet rusak dan sedang dalam perbaikan.

"Bener-bener keterlaluan," Gumamnya menarik kertas tersebut lalu membuang ke kotak sampah tepat di sebelahnya.

"Ngapain lo di sini?"

Julian berdiri di depannya yang masih menggunakan jas Lab. "Penasaran aja. Lo pake acara mual segala, gue pikir..." Olyn memukul lengan Julian, kesal.

"Hapus semua pikiran yang gak bener dari otak lo." Ucapnya tidak terima. "Sembarangan aja, lo pikir gue cewek apaan."

"Ya kali aja." Balasnya santai. Olyn hanya mendengus sebal.

"OLYN.. DASAR CEWEK GATEL LO!"

Olyn menegang mendengar suara tersebut. Ia masih lupa kalau Senior belagu itu, masih di dalam.

"Kyaaa.. kaboorr.."

Ia langsung lari menuju kelas. Meninggalkan Julian yang memanggil namanya dengan kening berkerut. Kemunculan Eva membuat ia menjadi mengerti.

"Eh ada Julian.." Kagetnya dan segera merapikan seragam serta rambutnya yang sedikit berantakan.

Yang di sapa hanya melengos, meninggalkan Eva yang menghentakkan kakinya, kesal.

***

"Lo yakin ini berhasil?"

Olyn menatap Milly yang tengah meneropong rumah Kania. Disana terlihat Joshua tengah meneriaki sesuatu dari lantai bawah. Karena kamar gadis itu di lantai dua.

Disampingnya Julian sedang memeriksa alat penyadap. Dan berfungsi setelah mendengar suara Joshua.

"Antara yakin sama enggak sih," Kekehnya.

"Gue rasa kaya gitu." Balasnya memperhatikan rumah mewah di seberang jalan sana. Mereka bersembunyi di semak-semak yang berhadapan langsung dengan rumah Kania.

"Ayo kita dengar sama-sama."

Mereka pun mendekat bersama. Mendengar kejadian di seberang sana.

Disisi lain..

"Kania! Aku tau kamu masih sayang sama aku. Please.. kasih aku kesempatan sekali lagi." Joshua berteriak dari bawah. Sedangkan Kania hanya duduk di bangku meja belajarnya. Ia diam, mendengarkan semua perkataan pria itu.

Tidak ada sahutan dari sana. Namun bukan Joshua namanya jika ia menyerah.

Suara gitar mulai terdengar dari dua sisi masing-masing. Kania memejamkan matanya saat mendengar lagu tersebut. Diseberang sana, ketiga manusia itupun hanyut dalam lamunan masing-masing.

Cinta terpisah ruang waktu
Tetap cinta bersatu dalam hatiku
Walau raga kita tak mungkin bersama
Ku yakini hati kan tetap setia

"Lyn, aku akan lanjut sekolah di Finlandia,"

"Ap-pa?"

"Maafin aku. Tapi satu yang harus kamu ingat." Gadis itu mengernyit bingung meminta penjelasan.

"Kamu harus ingat kalau aku sayang kamu. Dan..."

"Aku menyukai mu, lebih dari seorang teman."

Ku percaya ke mana pun kau berjalan
Suara cinta menuntunmu kepadaku
Kerna bila cinta sudah bersenandung
Takkan terpisah hati

"Aku tau kamu juga memiliki perasaan yang sama seperti ku. Tapi ini bukan saatnya."

"Jadi, kamu tunggu aku ya?"

Demi cinta dalam hatimu
Ku yakin engkau untukku
Meski jejak pisahkan kita
Cinta kan bawa kembali padamu

Julian memerhatikan Olyn yang sedang melamun. Gadis itu menunduk dan sesekali menyeka air matanya.

Kenapa? Kenapa lo jadi cewek terlalu setia banget, sih? Dia udah lama gak pernah kasih kabar, dan lo masih nunggu dia.

Pria itu merasa hatinya nyeri. Sesakit ini kah rasanya, dimana orang yang kita suka tidak pernah memandang kita dengan perasaan yang sama?

Gue iri... kapan nama dia bisa tersingkir di hati lo, dan berganti dengan nama gue untuk terpatri di hati lo.

Demi cinta dalam hatimu
Biarkan aku merasuk (merasuk dalam hati)
Cinta

"Ich liebe dich.."

"Hah? Lo ngomong apaan?"

Julian tergagap saat Olyn mendengar apa yang ia ucapkan."Ng.. itu.."

Brak!

Dung!

***

Ini chapter paling panjang dari yang lainnya 2000+

Dan ini khusus buat kamu(?) yang pernah minta panjang di chapter sebelumnya😄😄😄

Makasih juga buat komentar beserta bintang-bintangnya 😆😆 semoga juga ada yang suka dengan adegan kali ini.

Entahlah.. kayaknya chapter ini terlalu dipaksakan😳😳 Maybe.

Continue Reading

You'll Also Like

64.5K 4.4K 63
Memuat berbagai informasi tentang kesehatan yang dibalut dengan pengetahuan, fakta unik, dan wawasan terkait ilmu medis.
2K 261 42
Bertemu secara virtual ditambah dengan berbeda keyakinan. Kenyataan yang cukup pahit bagi Riksa dan Clara. Dua orang yang tidak sengaja bertemu dalam...
150K 6.5K 130
terkadang kita perlu mengenali diri kita terlebih dahulu,agar semakin kita melangkah kita tahu apa yang terbaik untuk diri kita,bukan orang lain yang...
831K 56.2K 40
"Enak ya jadi Gibran, apa-apa selalu disiapin sama Istri nya" "Aku ngerasa jadi babu harus ngelakuin apa yang di suruh sama ketua kamu itu! Dan inget...