Miss CangCut's (Terbit)

By AlmeeraShanum

358K 9K 1.1K

MISS CANGCUT'S (Baraya_Series#1) Versi Ebook bisa kalian download di GOOGLE PLAYBOOK. Sejatinya, persahabatan... More

MC - Prolog
MC - SATU
MC - DUA
MC - EMPAT
MC - LIMA
MC - ENAM
MC - TUJUH
MC - DELAPAN
Perkenalan Tokoh
MC - SEMBILAN
MC - SEPULUH
MC - SEBELAS
MC - DUA BELAS
MC - TIGA BELAS
MC - EMPAT BELAS
MC - LIMA BELAS
MC - ENAM BELAS
MC - TUJUH BELAS
MC - DELAPAN BELAS
MC - SEMBILAN BELAS

MC - TIGA

14.8K 448 19
By AlmeeraShanum

Happy reading all...




"Kenapa harus gue sich?" Runtuk Rachel pelan, sepanjang jalan mulutnya tak berhenti mengomel.

Siang ini Rachel datang ke hotel di mana tempatnya bekerja tepat waktu. Rachel bekerja di bagian restoran yang terdapat di hotel tersebut. Hotel yang terletak di sudut ibukota. Hotel Guest.

Rachel telah bekerja selama hampir 4 tahun di sana. Awal bekerja ia hanya menjadi tukang cuci piring, sesekali merangkap sebagai pelayan. Dan sekarang, ia dipercaya menjadi seorang kasir. Gajinya memang tak seberapa, namun sangat cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hati. Tak lupa ia juga menyisihkan hasil jerih payahnya untuk masa depan dan membeli 'anak-anak'-nya. Underware Victoria's Secret.

Rachel memang gila. Dia tidak seperti gadis pada umumnya. Dia lebih suka membeli koleksi victoria's  secret ketimbang barang branded lainnya. Siapa sangka? Demi underware merk Amerika itu, Rachel rela puasa berminggu-minggu.

Apakah uangnya cukup? Tentu saja tidak, ia akan merengek pada Rio untuk menambahkan kekurangan dari jumlah uang yang dapat Rachel kumpulkan. Yah, walaupun itu lumayan banyak dan biasanya Rio tidak akan banyak komentar. Mungkin Rio akan bicara seperti biasanya, "Itung-itung buat ngejagain aset langka elo, Chel."

Rachel hanya menyengir dan merona jika Rio telah berkata seperti itu. Membuat hati Rachel merasa kurang nyaman. Selama ini Rio sering membantunya, baik secara finansial maupun perlindungan. Terkadang Rachel berpikir, haruskah ia mendedikasikan hidupnya untuk Rio. Tapi, apakah dirinya pantas untuk Rio?

Rachel tahu, Rio menyimpan sejuta perasaan untuknya. Sinyal-sinyal Rio terlalu kuat untuk Rachel abaikan. Dan sayangnya, Rachel dari awal sudah sadar diri. Dia dan Rio terbentang sangat jauh. Bagai bumi dan langit. Untuk itu Rachel selalu membentengi hatinya untuk tidak membalas perasaan Rio. Ditambah lagi mengenai kejadian masa lalunya, membuat Rachel takut berkomitmen. Dia takut menikah, apalagi mendapatkan pria seperti papanya.

Dengan seragam hitam berlogo restoran Hotel Guest dan rok span di atas lutut, Rachel melangkahkan kaki jenjangnya memasuki sebuah rumah sakit besar. Hari ini, setibanya ia di restoran. Orang restoran minta tolong. Ia mendapatkan tugas untuk mengantarkan pesanan. Seharusnya ini menjadi tugas orang lain, namun mereka sedang keluar mengantar pesanan yang lain.

Rachel segera masuk ke sebuah lift yang terdapat di sana. Ia menekan tombol angka 5, di mana pelanggannya bekerja. Rachel tahu, siapa si pelanggan itu? Orang restoran menyampaikan jika si pelanggan adalah presdir rumah sakit tersebut. Pelanggan tetap mereka.

Pintu lift terbuka, Rachel segera keluar dan langsung mendapati seorang wanita cantik yang sedang mengerjakan sesuatu di layar komputer.

'Pasti dia sekretarisnya,' pikir Rachel.

"Permisi." Rachel memberikan senyum terbaiknya.

"Iya, ada yang bisa saya bantu, Mbak." Jawab sekretaris cantik itu ramah.

"Saya dari Restoran Hotel Guest mau mengantar pesanan makanannya atas nama bapak Baraya." Rachel menyerahkan paper bag berlogo Hotel Guest. "Dan ini struck tagihannya."

"Oh, pesanan bapak ya. Silahkan duduk, Mbak. Saya antar dulu ke ruangan bapak."

Rachel segera mendudukkan pantatnya di sofa panjang yang tersedia di sana. Sepeninggalan sekretaris itu, kedua mata Rachel menelusuri isi lorong yang terdapat di lantai 5 rumah sakit tersebut berada. Lantai di mana posisi puncak gedung itu. Di sana hanya terdapat meja sekretaris, sofa panjang yang sekarang ia duduki, pintu bertuliskan 'toilet', dan sebuah pintu besar di mana sekretaris tadi masuk. Pasti ruangan presdir rumah sakit itu berada di dalam sana.

Tak lama, Rachel pun berdiri begitu sekretaris itu keluar. "Mbak, ini uangnya. Kata bapak kembaliannya mbak ambil aja. Terima kasih banyak."

Kening Rachel berkerut, "Wah, ini sisanya terlalu banyak, Mbak." Seru Rachel setelah menghitung jumlah uang yang diberikan. Rachel kemudian merogoh tas selempangnya, mengeluarkan sejumlah uang sesuai kembalian yang semestinya dari dalam dompetnya. "Ini, Mbak. Maaf saya gak bisa ambil."

Terjadi adegan kecil antara Rachel dan sang sekretaris. Rachel yang keras kepala tidak mau menerima sisa kembalian, dan sekretaris juga tidak kalah keras kelapanya menolak uang kembalian dari Rachel. Hingga aksi dorong-dorongan terjadi dan secara tidak sengaja mereka berdua menerobos pintu besar ruangan presdir.

Brakkkk...

Suara pintu terbuka keras.

Indra penciuman Rachel dipenuhi aroma khas, ia mencium aroma pinus mint.  Sesaat Rachel menikmati aroma itu dengan matanya yang terpejam. Sungguh menenangkan pikiran bagi siapapun yang menciumnya. Rachel jamin, ia akan betah jika terkurung berlama-lama di ruangan itu.

"Maaf, Pak." Suara lirih bernada menyesal membuat Rachel sadar dari lamunannya. Ia shock sekarang posisinya berada di mana. Ia melihat sekretaris tadi membungkuk di depannya.

"Kau keluarlah, Tania." Suara bariton itu sangat tegas.

Tania?

'Ahhh, itu pasti nama sekretaris cantik ini,' --batin Rachel.

"T-Tapii, Pak." Bantah sekretaris takut.

"Tinggalkan kami berdua."

"Baiklah." Rachel dapat melihat sekretaris tadi membungkuk sekali lagi dan segera meninggalkan mereka.

"Ada perlu apa anda masuk ke ruangan saya?" Pertanyaan itu membuat Rachel mau tak mau harus membalikkan tubuhnya agar dapat berhadapan langsung pada sang pemilik suara.

Tebaklah, bagaimana perasaan Rachel saat ini? Malu campur takut jadi satu. Rachel menundukkan kepalanya. Ia tidak berani menatap pemilik rumah sakit ini.

"Saya sedang bertanya kepada anda, Nona. Apakah anda tidak bisa berbicara?" Pertanyaan itu pelan namun menusuk hati Rachel. Serendah itukah orang kaya menilai karyawan kecil sepertinya?

Rachel menggertakkan gigi rahangnya, menaikkan pandangannya sedikit. Ia hanya berani melirik setinggi batas meja berwarna hitam yang jaraknya sekitar 7 meter di depannya. Gila. Setakut inikah dirinya? Nyalinya memang sangat kecil, jika dibandingkan dengan mulutnya yang terkadang susah ia saring.

Kini pandangannya terkunci pada satu titik. Pada papan nama yang terdapat di ujung meja tersebut. Demi apapun, mulutnya seakan susah sekali mengeja nama yang tertulis di papan kecil itu.

dr. Andrew Baraya, Sp.BS

*****

'Ya Tuhan, tolong kirimkan malaikat maut detik ini juga. Rasanya ingin mati saja,' --pinta Rachel dalam diam.

Sepasang mata elang itu masih terus saja menatap Rachel tajam, sedangkan Rachel terus saja menunduk tanpa ingin melihat siapa sosok yang kini terus membuat atmosfer di sekelilingnya terasa begitu mencengkam. Kini Rachel sangat meruntuki niat baiknya untuk mengembalikan sisa kelebihan pembayaran total tagihan tadi.

'Kenapa gue musti ngotot ngembaliin duitnya sich? Harusnya gue terima aja tadi, lumayan buat tambah-tambah beli koleksi baru,' runtuk Rachel. 'Mampus gue!! Kenapa gue gak inget kalau rumah sakit ini milik Rio sich? Arghhh... Mampus gue!!'

"Nona...?" Tegur Andrew. Mulutnya risih jika terus saja hanya diam, ia mengenali gadis di depannya itu. Ia masih ingat dengan wajah dan postur tubuhnya. Sosok yang secara tidak sadar membuat 'adik'-nya menegang.

Melihat dari pakaian yang gadis itu kenakan, Andre dapat menilai jika gadis itulah yang mengantarkan pesanan makanannya. Kelopak matanya menyipit, 'Jadi gadis itu bekerja di sana.'

Fakta baru yang menyenangkan.

Andrew menyunggingkan smirk-nya. Semakin mudah mencari identitas gadis itu. Andrew memutuskan untuk menyudahi pekerjaannya. Lalu ia segera berdiri dan mulai mendekat ke arah Rachel.

Langkah demi langkah yang semakin mendekat, membuat Rachel semakin menciut. Masih ingat dalam benak Rachel tentang orang yang memiliki nama itu. Pria yang ia temui beberapa jam yang lalu di apartemen sahabatnya.

Kak Andrew, Rio selalu menyebutnya begitu.

Rachel menatap sepasanh sepatu kulit tepat di depannya. Andrew hanya menyisakan jarak kurang dari satu meter, hingga Rachel dapat merasakan hawa panas yang tiba-tiba menjalar di seluruh tubuhnya.

"Nona...??" Suara lirih itu terdengar seduktif di telinga kiri Rachel, membuat kelopak matanya memejam pelan. Kedua pipinya memanas, merasakan pergerakan lembut jemari pria itu yang seringan kapas.

"K-kak..." Rachel shock. Mulutnya terbata seraya memundurkan langkahnya.

"Kak...?" Kening Andrew mengerut. Bibirnya menyungging senyun tipis. Telunjuk kanannya sengaja ia arahkan ke dagu Rachel, mendongakkan wajah gadis itu agar sedikit naik dan menatapnya. "Katakan sekali lagi!!"

Rachel ketakutan hingga kembali menurunkan pandangannya dari manik mata elang Andrew. Mata itu benar-benar menusuk. Mengoyak nyali Rachel dalam sekejap.

"Katakan lagi , Sayang..."

Sayang?

Rachel memberanikan diri untuk menatap Andrew dan senyum manis Andrew langsung menyambutnya membuat hati Rachel berdesir. Hanya Rio-lah yang berani memanggilnya, 'Sayang.'

Tidak.

Pria ini menggodanya.

"Tuan, Maafkan saya." Rachel menekatkan hatinya, memberanikan diri. Harga dirinya telah terinjak oleh pria yang bernama Andre Baraya. "Singkirkan tangan kotor anda dari wajah saya!!"

Andrew langsung menaikkan kedua tangannya di antara kepala. Lalu menyunggingkan smirk-nya lagi, "Opps... Maaf, Nona."

Andrew mengerti, situasi saat ini. Ia membawa tangan kirinya ke dalam saku celana hitamnya. Dan mendudukkan pantatnya di sofa merah yang terdapat di ruangan itu, "Duduklah..."

"Terima kasih. Saya rasa, saya hanya perlu berdiri saja." Tolak Rachel cepat. Ia tidak perlu berlama-lama dengan pria itu, tujuannya hanya satu. Sesegera mungkin memberikan uang yang lebih tadi. Rachel sengaja meletakkannya di meja sofa, tepat berada di depan Andrew duduk. "Ini uang kembalian anda, Tuan."

"Ambillah. Saya tidak membutuhkannya." Andrew melirik beberapa lembaran uang itu, "Dan aku rasa... Kau lebih membutuhkannya..."

"Tidak. Terima kasih banyak, Tuan." Tidak ada yang perlu lagi untuk dibahas bersama pria itu. "Saya permisi, Tuan."

Rachel berbalik dan meninggalkan ruangan Andrew. Satu dua langkah, Rachel mulai menetralkan hatinya yang terlalu mendidik. Ia membuka kenop pintu seiring merasakan dorongan kuat pintu itu justru menutup kasar.

Brakkk...

Secepat kilat Andrew mencengkeram bahu gadis di depannya. "Tidak semudah itu meninggalkan tempat ini, Nona."

Andrew kembali tersenyum, bukan senyum manis saat pertama Rachel berani menatapnya, bukan smirk khas yang selalu Andrew berikan padanya, tapi senyum dingin nan meremehkan yang sangat mengerikan. Rachel menelan ludahnya, tubuhnya membeku sekeras cengkeraman itu.

Andrew mendorong tubuh Rachel cepat, secepat merapatkan bibirnya ke material lembut nan basah itu. Rachel terkesiap. Kedua matanya membelalak.

'Gila. Pria ini gila!' Pekiknya keras dalam hati. Rachel berusaha sekuat tenaga untuk melepaskan cengkeraman Andrew.

Brengsek!

Kelakuan Andrew lebih brengsek dari pada ucapannya.

Rachel memberontak hingga berhasil melepaskan ciuman paksa Andrew. Dan lagi-lagi Andrew hanya mengeluarkan smirk-nya. "Pantas saja adik gue mau sama elo." Telunjuk kanan Andrew menghapus salivanya yang menempel di bibir merah milik Rachel. "Elo. emang. nagih!!" Ucap Andrew penuh penekanan.

Plakkk...

*****

Jreng Jrenggg Jrenggggg....
Arghhh...
Segini aja dlu yaa....



#Miss CangCut's

#Jogja, 5 Juni 2017

#Lim Zhu Qi

Continue Reading

You'll Also Like

15.5M 875K 28
- Devinisi jagain jodoh sendiri - "Gue kira jagain bocil biasa, eh ternyata jagain jodoh sendiri. Ternyata gini rasanya jagain jodoh sendiri, seru ju...
1.8M 86.7K 55
Rasa cinta terlalu berlebihan membuat Lia lupa bahwa cinta itu tidak pernah bisa dipaksakan. Rasanya ia terlalu banyak menghabiskan waktu dengan meng...
6.2M 483K 57
Menceritakan tentang gadis SMA yang dijodohkan dengan CEO muda, dia adalah Queenza Xiarra Narvadez dan Erlan Davilan Lergan. Bagaimana jadinya jika...
54.6M 4.2M 58
Selamat membaca cerita SEPTIHAN: Septian Aidan Nugroho & Jihan Halana BAGIAN Ravispa II Spin Off Novel Galaksi | A Story Teen Fiction by PoppiPertiwi...