That's My Old Man

By Efras_

1.8M 91.9K 893

[PRIVATE, PLEASE FOLLOW ME IF YOU WANT TO READ IT] Ansefa, seorang gadis berumur 17 tahun tidak menduga, bahw... More

Prolog
Chapter 1 : Rencana Sang CEO
Chapter 2 : Pertemuan
Chapter 3 : Melarikan Diri
Chapter 4 : Patrick
Chapter 5 : Ancaman?
Chapter 6 : Arnold
Chapter 7 : Rahasia Patrick
Chapter 8 : Sebuah Kunjungan
Chapter 9 : Aubey
Chapter 10
Chapter 11 : Sebuah Rahasia
Chapter 12 : Tindakan Ceo
Chapter 13
Chapter 14 : Kencan Pertama?
Chapter 15 : Kau
Chapter 16
Chapter 17 : Sebuah Jawaban?
Chapter 18 : Ia Sakit
Chapter 19 : Sebuah Masa Lalu?
Chapter 20
Chapter 21 : Kecelakaan
Chapter 22 : Pengungkapan Gionova
Chapter 23
Chapter 24 : Mungkin Bukan Aku
Chapter 25 : Berpisah
Chapter 26
Chapter 27 : Pamit
Chapter 28 : Tentang Dia
Chapter 29
Chapter 30 : Keputusan
Chapter 31 : Perubahan Dimulai
Chapter 32 Tawaran Cinta.
Chapter 33 : Keanehan Thessa
Chapter 34 : Sylvester vs Leonard
Chapter 35 : Terbongkar ._.
Chapter 36
Chapter 37 : Kepulangan Christopher
Chapter 38
Chapter 39 : Tak Terduga
Chapter 40
Chapter 41 : Aneh
Chapter 42
Chapter 43 : Bersamanya
Chapter 45 : Syl
Chapter 46
Epilog
Extra Chapter 1

Chapter 44

27K 1.1K 20
By Efras_

"Aku akan terus menunjukan senyumku, walau aku sebenarnya benar benar tidak baik baik saja" - Ansefa.

***

Ansefa Side

Satu minggu sudah hubunganku dengan Ceo itu kembali pulih. Walau seperti itu, tetap saja ia kuanggap hanya sebagai teman saja, tidak lebih.

Aku mengehela nafas, sekarang aku berada di loker kampusku untuk mengambil ponselku. Aku membuka layar ponselku yang mati, tetapi saat layar ponselku nyala aku melihat ada sebuah pesan masuk yang kuterima.

Aku membuka pesan tersebut dan membacanya, ternyata ia adalah Sylvester. Aku tersenyum, dia menyapaku.

Ia memang baik.

Aku membuka pesanku yang lain, tetapi aku mengerutkan keningku bingung.

Kenapa Ceo itu menyapaku? Melalui pesan?

Aku tak berniat membalasnya, tetapi saat aku hendak mematikan layar ponselku Ceo itu menelfonku.

Ah!

Aku menghela nafas kasar dan mengangkat telfon tersebut. Aku tak berniat membuka konversasi apapun.

Tetapi, hening.

Aku mengehela nafas pasrah, anak itu memang sulit ku prediksi.

"Apa?" tanyaku datar, aku mendengar ia terkekeh tertahan. Kenapa pria ini senang sekali mempermainkanku?!

"Hari ini makan ya?" tawarnya yang membuatku memutar bola mataku jengah.

Makan.

"Aku sedang diet, kalau aku gemuk gimana? Aku pasti jelek" kataku sedih, aku mendengar ia tertawa. Menyebalkan.

"Memang kenapa kalau kau gemuk? Toh kau juga akan terlihat imut. Kaya bola" katanya yang membuatku semakin menghela nafas kasar.

Bola katanya?

"Kau mengatakan itu agar aku mau menerima tawaranmu. Aku tetap tak mau, maaf" kataku dan hendak mematikan telponku.

"Ah? Lihat saja, kau harus menerina tawaranku" kata Ceo itu dengan kesal aku mematikan ponselku.

Aku mau diet, dan dia tidak boleh mengacaukan dietku. Ini sudah kukontrol dari jauh jauh hari.

Aku menghela nafas dan melewati koridor dan melangkah memasuki kelasku.

Aku sebenarnya sedikit kacau, tetapi aku tak mau karena kekacauan perasaanku aku menjadi lengah.

Aku harus kuat.

Pertama kali orang yang kulihat adalah Sylvester, jujur saja aku sepertinya memiliki sedikit perasaan tapi..

Ini seperti pelampiasanku.

Aku tak mau melampiasi perasaanku kepada Sylvester, ini tak lucu.

"Syl?" panggilku, ia yang tengah berdiri memainkan ponselnya sontak menatap kearahku. Ia tersenyum kearahku dengan manis yang membuatku semakin merasa bersalah.

Aku menyukai Sylvester, tetapi aku tak mencintai Sylvester.

Sepertinya dia adalah pelampiasan perasaanku.

"Kau sepertinya tidak baik baik saja" kata Sylvester melangkah menghampiriku membuat diriku gugup.

Syl, aku tak mau rasa pelampiasanku semakin besar.

"Aku.. Aku harus pergi" kataku menaruh tasku cepat dan melangkah pergi.

Aku harap ini bukanlah awal masalah yang buruk, jika seandainya aku mencintai Sylvester pun bukan salahku, berati janjiku kepada Ceo itu sudah kupenuhi.

Aku melangkah melewati koridor, tetapi saat aku berbelok langkahku sontak terhenti.

Aku melihat Ceo itu lagi.

Ia berdiri dan tersenyum kearahku, dadaku berdesir. Tidak, aku sudah berjanji untuk tidak mencintai Ceo itu lagi bukan?

"Makan" katanya singkat dan sedikit manja, aku mengepalkan tanganku kuat. Ia tersenyum dan jujur jantungku berdegub.

Syl, dimana dirimu? Karena aku tahu, sepertinya perasaanku bisa terbunuh saat sosok Sylvester disampingku.

Tetapi lucunya, Syl tak ada.

"Apa yang kau pikirkan? Apakah kau mau?" tanyanya, aku hanya diam memandangnya. Perasaanku dan logikaku kembali berperang.

Perasaanku kini terpecah, satu membela Syl dan satu Ceo itu. Logikaku membantu salah satu perasaanku untuk membenci Ceo itu.

Ini aneh.

"A-Aku... Aku.."

"Kau lamban" katanya dan menarik tanganku. Tubuhku sontak gemetar, aku merasa takut sekarang. Ada rasa takut dan gugup menjadi satu dan ini sungguh sangat menggangu.

Ini jauh dari kata menyenangkan.

Ia menuntunku memasuki mobilnya dan iapun juga melakukan demikian. Ia menyalakan mesin mobilnya dan mengendarainya, aku hanya diam.

"Kau kenapa? Kenapa sepertinya kau tampak aneh saat ini?" tanyanya, aku masih diam. Masih ada peperangan yang menghampiriku kini.

"Aku.. Aku tak tahu." kataku singkat dan menatap kosong kearah depan.

Sejujurnya, saat aku disisinya aku merasa sangat nyaman. Tapi disamping itu aku emosi dibuatnya. Ia telah meninggalkanku, dan kini aku tak mungkin memaafkannya begitu saja.

"Aku yang menraktik ini semua, jadi jangan keluarkan uang seperti dulu ya!" katanya yang membuatku tersenyum sinis.

Ia mengatakan sebuah masa lalu kami.

Saat sudah sampai di tempat makan yang ia tuju, kami turun dari mobil kami dan berjalan bersama. Kakiku sebenarnya lemah, tapi ada sedikit perasaanku yang bersorak gembira.

Kami menentukan tempat duduknya dan saat kami duduk, seseorang pelayan datang menghampiri kami membawa buku menu.

Aku melihat kearah buku menu tersebut secara enggan, secara aku tengah menahan emosi sekarang. Aku marah dan gembira.

"Aku mau steak, hem pancake boleh dan taco. Minumannya jus saja. Kau apa Ansefa?" tanya Ceo itu yang membuatku menutup buku menu dan melihat kearah pelayan itu serius.

Jika dilihat secara teliti ternyata ia tampan.

"Hem Ansefa?" kata Ceo itu menyadarkanku yang membuatku tersadar. Astaga..

"Aku mau.. Salad sayur" kataku dan setelah itu aku menatap kearahnya. Ia menatapku kearah diam. Maksudku, ia menatapku tetapi ada sedikit senyum tetapi ia tak tersenyum. aku menatapnya bingung dan mengangkat kedua bahuku, bukannya menjelaskan ia malah tertawa. Aneh.

"Kau diet ya? Janganlah. Berikan saja dia Seafoood dan-"

"Aku alergi seafood" kataku yang lagi lagi membuat dirinya menatap kearahku.

'Pluk'

Ahh!! Lagi lagi ia memukul jidatku!

Apa salahku.

"Baiklah, steak sama dengan kayaku dan minumannya.. Hem-"

"Jus saja"

"Baiklah. Itu pesanan kami" kata Ceo itu yang membuat pelayan itu mengangguk. Pelayan itu mengulang lagi pesanan kami, saat semua benar Ceo itu mengangguk.

Saat pelayan itu pergi, aku mendengar Ceo itu menggerutu kearahku.

"Kau yah! Diet diet, badanmu memang sudah gendut mau diapain juga akan seperti itu" kata Ceo itu yang membuatku sedikit tersinggung.

Aku gendut?

"Kau...!!!" kataku kesal dan terputus.

"Apa? Benerkan?" katanya yang membuatku berdecih kesal. Aku tak gemuk!

"Tapi biarkanlah, semakin kau gendut semakin kau sexy, biar wow badanmu itu" katanya yang membuatku berdecak kesal. Ia tersenyum dan aku cukup kesal tapi dalam hati aku tertawa akan perkataanya.

Ia sedikit lebih terbuka akhir akhir ini.

"Aku melihatmu sering dengan seorang pria.. Kau pacaran dengannya?" kata Ceo itu yang membuatku mengangguk.

"Dia adalah Sylvester, dia teman berlatih basketku" kataku yang membuatnya mengangguk.

"Tapi sepertinya hanya ada kau dan dia saja, memang timmu yang lain dimana?" tanyanya penasaran, aku hanya menghela nafas pasrah.

"Memang kami berlatih hanya berdua" kataku, matanya sontak membelalak dan menatapku tak percaya. Ada sedikit senyum diwajahnya, tapi ia cukup lucu.

"Apa! Kenapa sih harus berdua! Kalau diapa apain saja sama dia, baru deh" katanya ngegerutu, sedikit memarahiku. Aku mengerutkan keningku kenapa ia mengatakan itu, apa maksudnya, tetapi kuurungkan niatab itu karena makanan yang kupesan sudah datang.

Ah menyebalkan!

Akhirnya kami menyantap makanan kami, tetapi disaat itu juga Ceo itu selalu meledekku dengan kata katanya.

dasar!

***

Aku diantar kembali kearah kampus, karena jujur saja aku ada mata pelajaran tambahan hari ini.

Ini melelahkanku.

"Ingat! Jangan genit genit kearah pria lain!" kata pria itu dan mengendarai mobilnya pergi. Aku menatapnya bingung, apa maksud perkataanya.

Apakah ia menganggap aku adalah wanitanya seperti dulu?

Jika ya, aku harus menyadarkannya jika aku tidak seperti dulu. Aku bukan siapa siapanya lagi, aku hanya temannya. Aku bukan miliknya dan dia juga sudah bukan milikku lagi.

Kuharap tindakanku ini benar..

Hello, I'm back 😂😂

Author lagi diduakan sama dia 😂😂 mau nangis rasanya author ._.

Ah lupakan.

Sebisa mungkin Author post dua Part, mungkin sampai minggu depan baru ketemu epilognya 😂😂

I hope you'll enjoy 😅

Continue Reading

You'll Also Like

7.9M 481K 75
β˜… 𝘼 π˜Ύπ™€π™Š π™π™Šπ™ˆπ˜Όπ™‰π˜Ύπ™€ β˜… "Now, you are mine. Aku tidak menerima penolakan." "Yes, Boss, I'm yours." Steven Bennet, bos gila yang posesif akut ter...
AREKSA By Itakrn

Teen Fiction

34M 3.3M 64
"Perasaan kita sama, tapi sayang Tuhan kita beda." ****** Areksa suka Ilona Ilona juga suka Areksa Tapi mereka sadar... kalau mereka berbeda keyakina...
13M 1.4M 69
(SUDAH TERBIT, TERSEDIA DI GRAMEDIA) Agatha terpaksa tinggal bersama Raka. murid paling teladan dan juga kebanggaan di sekolah. Manusia sedingin es y...