That's My Old Man

By Efras_

1.8M 91.9K 893

[PRIVATE, PLEASE FOLLOW ME IF YOU WANT TO READ IT] Ansefa, seorang gadis berumur 17 tahun tidak menduga, bahw... More

Prolog
Chapter 1 : Rencana Sang CEO
Chapter 2 : Pertemuan
Chapter 3 : Melarikan Diri
Chapter 4 : Patrick
Chapter 5 : Ancaman?
Chapter 6 : Arnold
Chapter 7 : Rahasia Patrick
Chapter 8 : Sebuah Kunjungan
Chapter 9 : Aubey
Chapter 10
Chapter 11 : Sebuah Rahasia
Chapter 12 : Tindakan Ceo
Chapter 13
Chapter 14 : Kencan Pertama?
Chapter 15 : Kau
Chapter 16
Chapter 17 : Sebuah Jawaban?
Chapter 18 : Ia Sakit
Chapter 19 : Sebuah Masa Lalu?
Chapter 20
Chapter 21 : Kecelakaan
Chapter 22 : Pengungkapan Gionova
Chapter 23
Chapter 24 : Mungkin Bukan Aku
Chapter 25 : Berpisah
Chapter 26
Chapter 27 : Pamit
Chapter 28 : Tentang Dia
Chapter 29
Chapter 30 : Keputusan
Chapter 31 : Perubahan Dimulai
Chapter 32 Tawaran Cinta.
Chapter 33 : Keanehan Thessa
Chapter 34 : Sylvester vs Leonard
Chapter 35 : Terbongkar ._.
Chapter 36
Chapter 37 : Kepulangan Christopher
Chapter 38
Chapter 39 : Tak Terduga
Chapter 40
Chapter 41 : Aneh
Chapter 42
Chapter 44
Chapter 45 : Syl
Chapter 46
Epilog
Extra Chapter 1

Chapter 43 : Bersamanya

28.9K 1.2K 22
By Efras_

"Kau adalah duniaku, kau yang kupunya. Kau adalah pondasi dalam perasaanku, jadi tak ada yang bisa mengganti tempatmu dalam duniaku"- Unknow

Ansefa Side

Aku menghela nafas dan berjalan malas. Aku harus ke ruang latihan lapangan basket sekarang.

Kenapa hidupku selalu seperti ini? Moodku sudah hancur.

Aku tak mau latihan, tetapi jika itu terjadi aku akan dimarahi habis habisan oleh Syl. Aku tak mau itu terjadi.

Aku melewati koridor dan aku benar benar malas.

Aku sedang malas.

Tetapi saat aku menatap kearah lurus, langkahku terhenti.

Aku terdiam, tubuhku kembali tegang.

Wajah itu..

Aku aku..

Ia menatapku terkejut. Dadaku berdetak nyeri, ada rasanya aku tersesak. Nafasku seperti sangat sulit.

Dia membuatku membuka luka lamaku.

Aku melangkah melewati dirinya dan menatap lurus kearah depan tanpa mengatakan apapun. Tanganku terkepak kuat.

Saat aku melintasi dirinya, aku bisa menghirup aroma tubuhnya. Masih sama seperti dulu.

Ia sangat kacau.

Saat aku melintasi dirinya, ada rasanya aku ingin menyapa dirinya tetapi sepertinya tenggorokanku sangat kering.

Saat aku selesai melewati dirinya, aku menghirup udara sebanyak mungkin. Tubuhku gemetar, aku takut.

Sangat takut.

Aku tidak memiliki mood untuk bermain basket, sungguh.

Sesampainya aku dilapangan basket, secepat mungkin aku menghampiri Sylvester. dadaku sudah bergemuruh hebat, tubuhku sudah gemetar.

Aku...

"Sylvester!" panggilku, walaupun aku memanggilnya, tetapi sayang, suaraku mengecil. Aku lemah sekarang. Untung saja Syl mendengar kearahku, jadi aku tak perlu memanggilnya berulang kali.

Aku..

"Kau kenapa Ansefa? Wajahmu terlihat pucat?" kata Syl khawatir yang membuatku menggeleng. Aku ingin menangis sekarang, sungguh ini menyakitkan.

Aku..

Aku tak bisa menepis ini.

"Kau duduk saja disana, jika kau ingin pulang atau-"

"Aku menemanimu"

"Tapi kau-"

"Aku menemanimu! Apakah kau tak mendengar itu?!" bentakku kesal, ia hanya terdiam. Ia sangat khawatir denganku, tetapi sisi lain ia mengangguk kecil. Aku melangkah lemas menghampiri kursi penonton dan duduk melihat Syl berlatih basket. Aku yakin, Syl sebenarnya ingin menghampiriku. Ia khawatir.

Aku terdiam, pikiranku kembali tepat pada lorong itu. Tepatnya Ceo itu.

Ia benar benar sangat kacau, benar benar kacau. Aku ingin menghampiri Ceo itu dan memberikan pundakku untuknya karena nyatanya melihat dirinya seperti itu membuatku terpukul. Tetapi lain sisi aku sangat sakit hati dibuatnya.

Dan parahnya, Logikaku dan perasaanku kembali berperang.

Logikaku mengatakan jika aku bodoh bila aku mendekati Ceo itu dan memberikan pundakku untuknya. Secara, Ceo itu telah mencampakkanku. Tetapi perasaanku mengatakan jika aku harus memberikan pundakku karena ia membutuhkan diriku.

Aku bingung, aku ingin menangis. Aku tak mau memanjakan perasaanku, tetapi aku sangat sakit jika aku mengikuti logikaku.

Aku ingin menangis..

"Ansefa, kau kenapa?" tanya Syl yang mengagetkanku. Aku terdiam, aku..

Aku sepertinya gagal melupakannya.

Tidak tidak, aku tak mau jatuh utuk kedua kalinya dan dicampakan untuk kedua kalinya.

Tidak boleh.

"Syl, aku aku..." kataku gagap, tanganku sudah gemetaran. Aku kau lari kearah pria itu kembali tetapi egoku..

"Aku bertemu dia lagi Syl, dia sangat kacau tadi. Aku kasihan dengannya, dan-"

"Untuk apa kau mengingatkan lagi?" kata Syl yang membuatku terdiam. "Dia sudah mencampakanmu, dan kau sekarang merasa iba dengannya. Jangan jadi wanita bodoh, Ansefa. Dia saja tega mencampakanmu!" katanya yang membuat logikaku tersenyum menang. Kini, perasaanku sungguh tak enak tetapi entah kenapa.

Sangat sangat sangat tidak enak.

"Lupakan saja dia, jika dia mencintaimu ia akan berusaha menghapus lukamu, bukan berdiam diri seperti ini. Jika ia menyukaimu, ia akan memperjuangkanmu. Jika ia menyukaimu, ia akan mempertahankanmu dan memperioritaskan dirimu dalam hidupnya karena memang ia mencintaimu" kata Syl yang membuatku terdiam.

Lukaku kembali terbuka, perasaanku tertunduk menyerah. Logikaku sekarang yang menguasai diriku dan kini..

Aku merasa lelah mengenal yang namanya 'cinta'.

"Lupakan saja dia, ada banyak pria yang bisa kau dekati. Dia tidak mencintaimu jadi.." kata Syl terputus yang membuat moodku semakin hancur.

"Aku akan pergi" kataku dan melangkah pergi meninggalkan Syl sendiri. Aku..

Aku harus terlihat bahagia dihadapannya, seolah aku bisa bahagia tanpanya. Perasaanku sudah hancur, tetapi logikaku seperti menang mengalahkan segalanya.

Aku melangkah pergi kelorong, perasaanku sangat mengganjal sekarang. Aku sangat membencinya, tetapi aku sangat mencintainya.

Dia keterlaluan.

'Bukankah sebelumnya ia mendekati dirimu? Jadilah wanita yang berbeda, jangan menjadi wanita yang terlalu gampang memaafkan.' logikaku kini kembali berbicara. Aku menepis segala perkataan itu, aku mau pikiranku kosong sekarang.

Tetapi aku langkahku kembali terhenti saat aku melihat dirinya lagi. Dia tengah terduduk didekat taman sekolah dengan keadaan melamun. Entah melamun atau apa, tetapi ia terlihat sangat sedih.

Benar benar sedih.

Tanpa kusadari, aku menghampiri dirinya. Aku harus terlihat bahagia, harus!

"Christopher?" panggilku pelan, ia sontak menatap kearahku. Ia terkejut, dan tak lama ia tersenyum. Walau masih sedih, ia masih bisa memberikan senyum untuk menutupi perasaanya.

Aku tersenyum.

"A-aku itu.." katanya canggung, aku hanya menghela nafas dan tersenyum kearahnya.

"Jangan cangung, kau kan pernah bertemu denganku sebelumnya" kataku dan aku duduk disebelahnya dan menatap kearah langit malam. Penerangan yang hanya diterangi lampu taman dan bintang bintang.

"Aku tak tahu dengan kondisimu saat ini, tetapi sejak pertama kali aku melihatmu sepertinya kau sangat kacau. Sebagai sahabat, bisakah kau bercerita denganku?" tanyaku yang masih menatap bintang bintang. Aku merasa ia memerhatikanku, dan sontak aku menatapnya dan tersenyum.

Aku melihat, ia tersenyum sedikit kearahku.

Sejujurnya, ada perasaan yang membucah dari diriku.

"Kenapa?" tanyaku masih dengan senyum, ia menggeleng kecil dan masih menatap kearahku dengan senyum kecil.

"Aku.. Aku dikhianati oleh Thessa, wanita itu" cerita Ceo itu yang membuatku terdiam.

Pantas saja dia seperti ini. Aku menatap kearah langit, aku yakin ia belum rela melepas gadis itu. Karena sejujurnya, aku pernah mengalami itu dan aku paham betul rasanya seperti apa. Aku menatap kearah bintang, sungguh perasaan mengganjal itu hilang.

"Aku.. aku tak tahu harus berkata apa, tapi kau pasti akan menemukan wanita yang lebih baik dari dirinya. Dia yang mau menerima kondisimu dengan apa adanya" nasihatku, lagi lagi merasa ditatap, aku langsung menatap kearahnya.

Dan akhirnya, mata kami saling bertemu.

Aku melihat, ia tersenyum nyaman kearahku, dan aku hanya bisa memberikan senyumku untuknya. Walau seperti itu, aku yakin bahwa kita tidak dapat bersatu karena kami sudah berjanji untuk berpisah sebelumnya.

Aku juga sudah memastikan perasaanku jika aku sudah tak memcintainya lagi, mencemaskannya adalah bentuk balas budiku karena kebaikan yang ia lakukan sebelumnya kepadaku.

"Kau tidak pulang? Ini sudah malam" kata pria itu yang membuatku mengangguk.

"Aku sebenarnya ingin pulang, tetapi melihatmu disini sendiri membuatku cemas. Terlebih, kau terlihat seperti sangat sedih" kataku.

'Pluk'

Ia menepuk jidatku pelan yang membuatku memejamkan mataku erat erat. Ia terkekeh dan menatap kearahku lagi.

"Kau menggemaskan, kau sangat lucu" kata pria itu yang membuat cemberut.

"Aku bukan badut, sudahlah! Aku mau pulang" kataku galak yang membuatnya tertawa. Aku melangkah pergi, ia menyebalkan.

"Hey! Mau aku antar kau pulang tidak?!"

"Tidak!!" balasku memekik kesal dan meninggalkannya yang masih tertawa.

Tapi dari sini aku mengetahui satu hal bahwa..

Aku sudah melupakannya.

Karena saat aku berada disampingnya, aku tak memiliki perasaan gugup seperti dulu.

Yah, mungkin ini jalan kami..


Haiiiii author here 😍😍😍

Hati author lagi diambang rasa cinta dan benci (?) #apanih. Jadi gini..

But, I hope You'll Enjoy

Continue Reading

You'll Also Like

9.8M 636K 30
"Jadi gini rasanya di posesifin sama ketua genk?" -Naya Arlan dirgantara, ketua genk Pachinko yang suatu malam pernah menolong seorang gadis, sampai...
157K 18.5K 44
Adriana Kalevi adalah Duchess yang disegani di kekaisaran Nathanael. Sifatnya yang dingin, bengis, dan tertutup menjadikannya salah satu orang yang p...
5.4M 681K 62
JUDUl AWAL HAZEL. *** Shaga Putra Mahatama, menyesal karena menyetujui perjodohan nya dengan gadis asing, enam bulan lalu. Kemudian, karma datang men...
1.9M 90K 21
Irina lulus dari pendidikannya dan meraih gelar dokter spesialis bedah Thoraks Kardiovaskular di umur yang relatif muda. Ia pun bergabung menjadi sal...