Ssstt Pacar Pura Pura

By itsyooniverse

11.4K 612 42

Conan seorang most wanted di SMA Nasional setuju dengan usulan salah seorang sahabatnya untuk mencari pacar p... More

Chapter 1
Chapter 2
Chapter 3
Chapter 4
Chapter 5
Chapter 6
Chapter 7
Chapter 8
Chapter 9
Chapter 10
Chapter 11
Chapter 12
Chapter 13
Chapter 14
Chapter 15
Chapter 16
Chapter 17
Chapter 18
Chapter 19
Chapter 21
Chapter 22
Chapter 23
Chapter 24
Chapter 25
Chapter 26
Chapter 27
Chapter 28
Chapter 29
Chapter 30
Chapter 31
Chapter 32
Chapter 33

Chapter 20

233 14 0
By itsyooniverse

Gain memandangi ponselnya dengan wajah ditekuk. Tadi Conan bilang selesai rapat OSIS akan langsung menelponnya, tapi sampai sore datang dia belum juga menghubunginya. Gain bahkan makan siang lebih cepat dari biasanya agar nanti bisa bicara lama, tapi ternyata tidak sesuai harapan. Gain merutuki kebodohannya. Seharusnya ia tidak terlalu berharap. Seharusnya dia sadar diri.

"Hufh, nyebelin. Kenapa gue segininya, sih?" Gain melempar ponselnya ke atas kasur. Dia lalu mengambil handuk dan masuk ke kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya.

Selesai mandi, Gain menyisir rambutnya. Ponselnya berdering tepat setelah Gain menaruh sisirnya. Gain mengambil ponselnya dan melihat layar. Nama Conan tertera di sana.

"Halo," jawabnya jutek.

"Jutek banget jawabnya."

"Terserah gue lah. Mulut-mulut gue ini."

"Jadi gini ya rasanya dijutekin sama pacar."

"Ck. Inget! Kita cuma pura-pura pacaran!" ketusnya. "Dan jangan bikin gue baper sama kalimat lo barusan," tambah Gain dalam hati.

"Iya-iya. Gue inget. Cuma bercanda doang, sensi amat. Lagi dapet ya."

"Bercanda doang? Itu bukan hal yang bisa dibuat candaan!"

"Ya ampun! Beneran lagi dapet kayaknya deh."

"Udah deh, jangan bikin gue marah lagi."

"Iya, maaf. Eh btw, gue ada di depan rumah lo nih, lo nggak pengen bukain pintu gitu?"

"Hah? Becanda lagi pasti."

"Serius ini. Bukain napa! gue pegel nih berdiri terus." Gain menyingkap gorden kamarnya dan melihat ke arah gerbang. Benar saja, motor Conan terparkir dengan indahnya di sana. Gain lalu bergegas ke bawah untuk membukakan pintu.

"Lo ngapain sih ke sini?" tanyanya begitu pintu terbuka menampakkan wajah sok kerennya Conan.

"Mau ngapelin pacar. Gue bawain martabak loh," katanya seraya mengangkat kantong plastik yang Conan tenteng di tangan kanannya. Gain tersenyum kecut. Dia membuka pintu lebar-lebar untuk membiarkan Conan lewat. Dengan senyum lebarnya dan wajah kemenangan, ia masuk ke dalam.

"Gue ambil piring dulu, sekalian bikinin minum buat lo. Lo mau minum apa?" tanya Gain seraya melangkah menuju dapur.

"Biar gue sendiri," jawab Conan cepat. Dia berjalan mengikuti Gain sambil melihat-lihat. Ini kali pertamanya mengunjungi rumah Gain dan di buat takjub dengan puluhan foto Gain yang berjejer di semua ruangan.

"Ini rumah apa galeri foto sih?"

"Itu semua kerjaan kakak gue. Dia nggak mau kehilangan satu moment pun dari pertumbuhan gue. Gue sendiri juga heran kenapa dia sampai segitunya."

"Tapi, gue nggak lihat foto keluarga lo dari depan sampai sini. Apa di atas?" raut wajah Gain berubah saat mendengar pertanyaan Conan.

"Gue nggak punya foto keluarga. Mama meninggal saat ngelahirin gue dan Papa meninggal sebulan setelahnya karena kecelakaan, jadi gue nggak sempet foto sama mereka. Satu-satunya foto keluarga yang ada di rumah ini sudah disimpan di kamarnya Kak Jio, dia nggak mau gue sedih gara-gara nggak ada gue di foto itu."

"Maaf."

"Nggak apa-apa. Gue masih punya Kak Jio. Dia selalu mengupayakan yang terbaik buat gue. Dia tidak pernah mengabaikan gue. Sesibuk apapun, dia akan selalu ada saat gue membutuhkannya."

"Lo tenang aja. Mulai sekarang gue juga akan selalu ada buat lo, jadi lo punya satu orang lagi untuk bersandar." Gain mendengus. Tempat bersandar? Yang benar saja.

"Jadi kapan lo mau bikin minum?"

"Oh, iya. Jadi lupa kan."

Gain memandangi Conan yang tengah sibuk memindahkan martabak ke atas piring. Sampai saat ini, dia masih terus membatasi diri. Gain berusaha untuk tidak jatuh pada pesona Conan. Dia membuat pertahanan agar tidak baper dengan semua sikap manis Conan. Gain sudah berjanji pada Arga untuk tidak baper.

Gain tersentak saat mendengar bel rumahnya berbunyi. "Nan, gue buka pintu dulu ya, semua yang lo butuhin buat bikin minum ada di kulkas. Awas aja kalau sampai dapur gue berantakan!"

"Siap, Mom."

Gain berjalan tergesa. Akan jadi masalah untuknya jika yang memencet bel itu Kak Jio. Dia akan mendapat serentetan nasehat yang bahkan tidak pernah terlintas dalam benaknya satu kata sekalipun jika terlambat membuka pintu. Gain sering protes pada Kak Jio karena seringnya lupa membawa kunci, tapi memang dasarnya Kak Jio yang tidak mau mendengarkan protes dari Gain. Dia malah lebih memilih menutup telinganya dengan kedua tangan jika Gain melayangkan protes. Sungguh kakak yang menyebalkan.

"Kak Jio! Aku kan sudah sering bilang untuk bawa kun–eh, Kak Robin?" Gain agak terkejut karena ternyata yang ada di depan pintu adalah Robin—kakak kelasnya. Robin tersenyum melihat Gain—senyum manis yang bisa membuat siapa saja mati saat ini juga. Gain tertegun melihat senyum itu. Ini pertama kalinya Gain melihat Robin tersenyum dan efeknya sungguh dahsyat. Jantungnya berdegup kencang sekali. Dia sampai lemas karenanya.

"Lo nggak mempersilahkan gue masuk?"

"Ah, Kak. Maaf. Silahkan masuk!" Gain tersenyum kikuk. Dia menyingkir dari depan pintu untuk membiarkan Robin masuk. Robin kembali tersenyum.

"Silahkan duduk, Kak. Kakak mau minum apa?"

"Nggak usah repot."

"Nggak. Nggak repot kok."

"Terserah lo aja deh." Gain mengangguk paham. Dia segera melesat ke dapur. Beberapa saat kemudian ia kembali ke ruang tamu membawa dua gelas orange jus dan sepiring martabak manis. Conan yang melihat minuman yang dibuatnya dibawa oleh Gain pun merasa bingung. Karena penasaran dia mengikuti Gain dan tahulah Conan penyebab dari tingkah aneh cewek itu.

Kak Robin.

Orang yang menjadi alasan Conan mendiamkan Gain selama 2 hari terakhir. Orang yang entah kenapa membuat Conan marah saat Gain hanya menatapnya saja. Dan orang itu sekarang sedang berada di rumah Gain. Conan tidak tahu bagaimana menjelaskannya, hanya saja dia merasa sangat tidak suka Gain tersenyum menatap orang lain. Dia juga tidak suka Gain tertawa bersama orang lain bahkan jika itu Arga sekalipun. Namun, dia tidak bisa melarangnya. Bukankah keterlaluan, melarangnya berdekatan dengan cowok lain hanya karena yang diketahui orang-orang satu sekolah Gain itu pacarnya? Dia tidak bisa bersikap egois. Bagaimanapun juga Conan tidak bisa membatasi pergaulan Gain. Mereka hanya berpura-pura.

Conan mengangkat bahu. Dia kembali ke dapur dan duduk di kursi meja makan. Conan mengambil ponselnya dari saku jaket. Dia berpose lalu mengambil selfie.

"Upload di instagram, ah."

Conan_Ave Kacangin aja gue! Kacang mahal SAY @Gain_A

Lihat semua 60 komentar

Ifocans huih SAY nya biasa aja dong

Yud_dhi capslock tolong dikondisikan

Aiman_ dinego aja say, pasti bisa say, dinego sampai okay

Yud_dhi heh @Ifocans temen lo kumat

Ifocans sorry ya @Yud_dhi bukan temen gue

Conan terkekeh. Gain selalu di kelilingi orang-orang seperti mereka. Conan akui, kalau anak-anak XI IPS 3 sangat menyenangkan. Dia selalu bisa mengakrabkan diri jika bergaul dengan mereka.

***

"Ada apa, Kak? Kok Kak Robin sampai datang ke sini?"

"Gue cuma mau ngasih tahu lo doang, kok."

"Ngasih tau apa ya, Kak?"

"Lo kepilih jadi pasangan duet gue buat acara akhir classmeeting nanti."

"Hah? Ba-bagaimana mungkin? Kan gue nggak ikutan daftar buat audisi."

"Mungkin aja kok. Nyatanya lo kepilih kan?"

"Tapi, aneh aja gitu, Kak."

"Nggak aneh kok. Orang gue yang milih lo, soalnya waktu itu gue pernah denger lo nyanyi sama Arga. Para panitia classmeeting juga setuju kok. " Gain meringis malu. Ternyata saat itu ada yang mendengarnya menyanyi bersama Arga.

"Tapi, gue nggak terbiasa nyanyi di depan umum, Kak. Gue cuma berani nyanyi di depan Arga doang, itu juga kalau kita lagi berdua saja."

"Lo nggak tau ya, banyak orang yang udah denger suara lo? Lo pasti nggak tahu kalau Arga sering ngerekam suara kalian pas nyanyi kan?" Gain spontan menggeleng. Dia memang tidak tahu kalau Arga merekam suara mereka. "Dan lo pasti nggak tahu kalau suara kalian secara nggak sengaja keputer di siaran radio sekolah," tambah Robin.

"Hah?" Dan itu benar-benar membuat Gain terkejut. "Ta-tapi, kok gue nggak tahu? Kapan itu?"

"Kayaknya... Pas lo sakit deh, soalnya waktu itu lo ada di UKS sama Conan. Udahlah, mau aja jadi pasangan duet gue. Nggak akan rugi kok." Memang tidak akan rugi. Bagaimana mungkin duet dengan Robin bisa dikatakan rugi? Yang ada dia sangat beruntung. Ketua ekskul penyiaran itu kan terkenal dengan suara emasnya. Bodoh sekali jika menolak penawaran bagus seperti ini.

"Tapi, bukannya itu nggak adil buat mereka yang udah daftar supaya bisa jadi pasangan duet Kakak? Kan yang harusnya duet sama kakak itu pemenang audisi."

"Tentu adil dong. Gue ngisi dua segmen di acara itu. Satu segmen gue duet sama pemenang audisi dan yang satunya gue duet sama lo. Gimana? Lo mau kan? Gue berharap lo mau, karena gue pengen banget duet sama lo." Gain tidak punya pilihan selain menjawab iya kan? Anggap saja seperti itu karena dia langsung setuju untuk menjadi pasangan duet Robin.

Seandainya ada pilihan untuk menjawab pun, Gain akan memilih menjawab iya. Dia tidak mungkin membiarkan kesempatan sebagus ini hangus begitu saja hanya karena rasa malunya. Itu tidak akan terjadi.

"Gue pulang dulu ya, ntar gue kabarin lagi kalau jadwal latihannya udah ditentuin."

"Iya, Kak."

Setelah Robin pergi, Gain membawa gelas kosong kembali ke dapur. Dia mendapati Conan tengah tidur menelungkupkan kepala di atas meja. Gain menepuk dahinya pelan. Dia lupa kalau Conan masih ada di rumahnya.

Gain menaruh gelas di tempat cuci piring lalu duduk di samping Conan. Dia meletakkan kepalanya di atas meja bertumpu kedua tangan menghadap Conan. "Dia selalu terlihat lebih ganteng kalau lagi tidur," gumamnya.

"Jangan liatin gue kayak gitu, ntar lo naksir," kata Conan masih dengan mata terpejam. Gain terkejut. Dia segera duduk dengan tegak. Conan membuka mata dan menatap Gain.
"Gue nggak suka liat lo deket-deket sama Kak Robin," katanya to the point.

Gain terdiam. Dia masih mencerna arti dari kalimat yang barusan keluar dari bibir Conan.

Conan tersenyum lalu melanjutkan, "Maaf untuk dua hari terakhir. Gue tahu sikap gue itu berlebihan. Gue sadar nggak seharusnya gue bersikap begitu, tapi kalau boleh jujur, gue nggak suka lo dekat-dekat sama Kak Robin."

"Bilang aja cemburu."

"Enggak. Gue cuma nggak suka lihatnya, bukan berarti gue cemburu."

"Itu namanya cemburu!"

"Bukan! Ih, susah ya ngomong sama lo." Gain tidak menanggapi. Dia malah menatap Conan dengan pandangan mengejek. Conan memutar bola matanya sebal.

"Pokoknya gue nggak cemburu!"

"Lah, kan gue diem aja."

"Serah."

***


TBC
15 April 2017
©Mindsweet

Continue Reading

You'll Also Like

MARSELANA By kiaa

Teen Fiction

1.6M 53.7K 24
Tinggal satu atap dengan anak tunggal dari majikan kedua orang tuanya membuat Alana seperti terbunuh setiap hari karena mulut pedas serta kelakuan ba...
555K 21.2K 34
Herida dalam bahasa spanyol artinya luka. Sama seperti yang dijalani gadis tangguh bernama Kiara Velovi, bukan hanya menghadapi sikap acuh dari kelua...
3.4M 278K 62
⚠️ BL Karena saking nakal, urakan, bandel, susah diatur, bangornya Sepa Abimanyu, ngebuat emaknya udah gak tahan lagi. Akhirnya dia di masukin ke sek...
1.6M 113K 47
Aneta Almeera. Seorang penulis novel terkenal yang harus kehilangan nyawanya karena tertembak oleh polisi yang salah sasaran. Bagaimana jika jiwanya...