A Perfect Hollow (Complete)

By honeydee1710

452K 38.3K 4K

Lihat, betapa tampannya laki-laki itu. Wajah tampannya menutupi otak yang kosong dan hati yang sakit. Laki-la... More

Dear Readers
Adam to Cattleya
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25

1

37.7K 2K 128
By honeydee1710

           

Apakah kau merasakannya?

Angin dingin bulan desember yang mematikan.

Bukan. Bukan dari pinggir trotoar tempat orang biasa berjalan kaki dengan santai dalam mantel tebal mereka. Kau tidak akan mendapatkanku di situ. Coba kau naikan pandanganmu sekitar beberapa ratus meter dari trotoar itu. Ya, di puncak Rockwood Tower yang diagungkan penduduk New York, tempatku berdiri sekarang.

Memang bukan pilihan yang bijak berdiri di tembok balkon penthouse seperti sekarang. Mengingat aku ingin mati, jadi inilah yang kulakukan. Bertelanjang dada, berdiri di balkon terbuka gedung pencakar langit, berharap tidak punya jantung seperti Tony Stark.

Kaki telanjangku sudah keram karena terlalu lama berdiri di pijakan yang sempit. Terdengar suara gedoran pintu. Terkejut. Kaki kiriku terpeleset pijakannya.

Sial!

Jika semula aku ragu untuk melompat, sekarang aku ketakutan sekali. Aku takut jatuh.

Terdengar gedoran lagi. Keras, mantap dan berulang-ulang.

Aku berdiri dengan nafas terengah. Tetap di tempatku memutuskan untuk ingin mati. Telapak tanganku berkeringat, kakiku kebas.

Sekarang terdengar suara mesin las. Mereka, siapapun di luar sana, sedang berusaha menjebol pintuku.

Sungguh, berani taruhan, kupastikan yang ada di balik pendobrakan pintu itu adalah Venus Black, Kakakku. Perempuan keras kepala yang akan selalu mewujudkan keinginannya. Perempuan yang bisa jadi penjahat perang sekelas Hittler kalau dia mau.

Kalau dia tidak bisa mendobrak pintu itu, dia akan memanggil Avengers untuk meruntuhkan gedung ini. Pasti!

Alarm berteriak nyaring. Suara mesin las makin terdengar keras. Aku berpaling dan melihat cahaya mesin las menambah suramnya lampu alarm yang berkedip merah.

Mungkin kau bertanya-tanya tinggal di penthouse macam apa aku ini.

Ultra-modern. Ini kata yang tepat untuk mendeskripsikannya. Setiap detailnya adalah hasil karya jenius arsitek dan engineer yang jauh melampaui apa yang bisa kau pikirkan. Hunian yang bisa membuatmu berpikir sedang berada di dalam seting film Star Trek. Perabotan futuristik, gadget canggih, hingga warna keperakan logam yang sangat kusukai.

Kau lihat pintuku? Kau pikir kenapa mereka sampai harus membawa mesin las untuk menjebolnya? Pintu itu terbuat dari besi berlapis. Pelat-pelat logam yang dibentuk dengan sangat halus. Aku menyukainya. Sekarang, mereka berusaha menghancurkannya.

Mataku sudah terasa perih. Nafasku sesak.

Baiklah. Aku memang banyak mengeluh. Memangnya kenapa? Kau tidak tahu bagaimana rasanya berdiri di sini.

Pintuku akhirnya terbuka dengan suara yang keras. Mereka berhasil menjebolnya.

"ADAM MARCUS ROCKWOOD!!!"

Hanya dua orang di dunia ini yang pernah meneriakkan nama lengkapku seperti itu. Pertama ibuku ketika aku pulang ke rumah dalam keadaan babak belur setelah berkelahi dengan James Oliver ketika SMU. Kedua, jelas kakakku, Venus, kapanpun dia mau.

"Ya, Tuhan! Apa yang kau lakukan?!"

Aku berpaling kepadanya.

Venus, Abe dan Neptune berdiri berdekatan. Beberapa polisi membereskan perlengkapan, mematikan alarm, dan berbicara dengan radio. Aku bisa melihat mereka semua sekaligus dari balik jendela kaca besar.

"Adam, apa yang kau lakukan?" Venus mengulangi kalimatnya dengan suara yang lebih pelan.

Neptune mengeluarkan ponsel.

"JANGAN MENGADU!" Mereka terkejut ketika suara serakku terdengar lantang.

Neptune, kakak tertuaku, mengangkat ponsel sampai sejajar dengan wajahnya. "Aku hanya ingin mengambil gambarmu, adikku. Siapa tahu ini posemu yang terakhir." Wajahnya berkilat bahagia.

Venus meninju perut Neptune. Tentu saja, Neptune tidak peduli. Dia terus menyorotkan kamera ponselnya padaku dengan wajahnya yang ceria seolah ini adalah pertunjukan.

"Ayolah, Adam! Kalau kau memang ingin lompat, lompat saja!" Abe terkekeh di sebelah Venus.

Venus meraih kerah jas Abe dan mendesiskan kata-kata yang tidak bisa kudengar. Yang jelas, setelahnya, Abe dan Neptune tergelak bersamaan.

"Kau tidak lihat kalau adik kecilmu itu lucu sekali?" Abe menunjukku dengan santai. "Kalau dia memang mau bunuh diri, kenapa dia masih ada di sini sampai kita datang? Telanjang dada? berdiri di balkon? Dia pikir dirinya Edward Cullen?"

Venus mengacungkan telunjuk di depan wajah suaminya.

Neptune memutar mata. "Edward Cullen lagi? Ayolah!"

"Kami sudah memanggil tim negosiasi, mam." Seorang polisi berseragam melapor kepada Venus.

"Astaga! Jangan kau buat malu dirimu sendiri, Adam. Cepat melompat. Kau ingin dibujuk? Kau pikir apa? Man On Ledge? Ayolah, man!" Neptune dan Abe sama-sama terbahak.

"DIAM KALIAN!!!"

Gelegar suara Venus membuat regu kepolisian mematung dengan wajah syok.

Kalau aku bukan anggota keluarga Rockwood yang sudah tiga puluh tahun bersamanya, mungkin aku juga akan bereaksi sama.

"Kau pikir dia kenapa, hah?! Dia akan bunuh diri. Dia sudah bosan hidup. Dia putus asa." Suara Venus gemetar. Dia ketakutan.

"Ya, Tuhan! Venus, kalau dia memang benar-benar ingin mati, dia sudah melakukannya sebelum kita datang. Yang sekarang kita lakukan seharusnya adalah memunguti remahan tubuhnya di atas aspal. Adam bukan ingin mati. Adam kecil sedang menunggu diselamatkan. Dia ingin dibujuk oleh polisi cantik berdada besar. Hei, kalian mendengarku? Cari polisi dengan tipe seperti itu kalau kalian mau menyelamatkan generasi terakhir Rockwood," teriak Abe kepada beberapa polisi yang ada di dekatnya. Polisi-polisi itu tidak bisa menahan senyum. "Astaga! Dhaniel! Dia harus tahu ini."

Neptune tergelak. Dia tidak bisa lagi menahan tawa mendengar ucapan Abe. Venus makin meradang.

Nah, apa kau pikir aku masih punya keinginan untuk mati?

Ketika usahaku untuk mengekspresikan keputusasaan malah ditertawakan oleh saudara yang seharusnya mendukungku?

Semua orang di ruangan ini, kecuali Venus, sedang menertawakanku. Mereka membuatku merasa seperti anak kecil. Anak kecil penuntut yang menghentak-hentakan kaki dan mengancam tidak mau makan agar keinginannya dituruti.

Anak-anak venus sering melakukannya. Isabelle, yang berusia lima tahun dan sangat penuntut. Kau tahu apa yang dilakukan Venus agar Isabelle menyerah? Dia mengatakan dengan wajah sedih yang dibuat-buat, "lakukan apa yang ingin kau lakukan. Aku juga akan tetap pada pendirianku karena aku mencintaimu."

Trik itu selalu berhasil mendamaikan Isabelle.

Tapi dia tidak melakukannya kepadaku. Memang, Isabelle belum pernah mengancam untuk lompat dari atas gedung setinggi ratusan meter.

Berkali-kali aku mengumpati mereka.

Berbalik untuk mengakui kepada mereka kalau aku memang pengecut akan membuatku terlihat semakin parah. Tapi terjun ke trotoar bisa jauh lebih buruk.

"Hei!"

Neptune mengejutkanku. Suara pelannya membuat aku hampir terlompat. Dia tiba-tiba sudah berdiri di sebelahku. Venus memekik ngeri, lalu meneriaki Neptune dengan kata-kata yang bisa membuatmu menutup telinga anakmu.

"Aku tahu kau kolokan. Tapi jangan permalukan dirimu seperti ini." Neptune menyimpan ponselnya. Dia bersandar pada tembok balkon dengan santai. Seolah tidak ada yang ingin bunuh diri saat ini.

"Sialan!" Suaraku terlalu kecil hingga Neptune tidak bisa mendengarnya. Bahkan aku sendiri tidak bisa mendengarnya.

"Hah? Apa kau bilang?" Neptune mendekatkan kepalanya kepadaku. Aku mencoba berbicara lagi tapi tidak ada yang keluar dari tenggorokanku. Rasanya kering sekali.

Kucoba untuk menunduk lebih rendah lagi untuk mengumpat keras-keras di telinga Neptune. Aku gagal. Kakiku yang keram tidak bisa lagi menahan tubuhku yang tidak seimbang.

Semua seperti sebuah kilatan kejadian. Kakiku keramku terlepas dari pijakannya, daguku menghantam tembok dengan keras, lalu tanganku mencoba meraih pegangan.

Kupikir aku akan mati seperti misiku ketika pertama berdiri di tembok ini.

Ternyata Tuhan masih ingin menghukumku.

Tangan Neptune mencengkram tangan kiriku. Keras dan kuat. Wajahnya terlihat sangat ketakutan. "Sumpah, aku akan menghajarmu setelah ini, Adam."

Abe dan beberapa orang polisi menjerit-jerit memintaku mengulurkan tangan kanan kepada mereka.

Tulang bahuku mengeluarkan bunyi gemeretak yang menyedihkan ketika mereka menarikku ke atas. Kupikir aku akan menyerah. Kupikir ingin melepaskan pegangan tanganku.

"Kalau kau berani melepas tanganmu, Kuhajar kau sampai hancur," seru Abe yang wajahnya sudah sangat merah. Aku menurut.

Mereka berhasil mengangkatku.

Beberapa polisi menatapku dengan muak.

"Lain... kali... kalau... dia mau bunuh diri lagi, jangan pernah kau halangi. Jangan pernah!" Abe menjerit kepada Venus dengan nafas terengah.

"Oh, ya Tuhan! Adam! Ya, Tuhan!" Venus memelukku dengan erat. Dia menangis.

Venus adalah perempuan paling aneh yang pernah ada. Dia sangat keras. Keras kepala, keras hati dan kemauannya keras. Tapi dia juga penuh cinta. Venus yang cantik selalu mudah tersentuh, apalagi kalau itu berkaitan denganku. Dia mencintaiku lebih dari apapun.

"Oh, ya! Peluk dia. Katakan kepadanya kalau kita semua mencintainya dan berharap dia tidak melakukan hal bodoh lagi."

Abe tergelak mendengar nada kalimat Neptune yang sarkastis.

"Apa masalahmu?!" Venus menyembur pada Neptune.

"Apa masalahku? Dia tidak pantas mendapatkan pelukan. Dia pantas mendapatkan ini." Neptune menghantamkan tinjunya ke wajahku. Venus memekik.

Seumur hidupku, baru kali ini Neptune berani memukulku. Neptune adalah kakak paling pengasih yang pernah ada. Dia selalu mengakui kesalahanku sebagai kesalahannya di depan ayahku. Dia membuatku lepas dari hukuman. Dia memberikan apa saja yang kumau. Bahkan gadis yang dicintainya.

Walau wajahku kebas karena angin dingin, tapi aku masih bisa merasakan darah mengucur dari hidungku

"Kau sampah di Rockwood. Rockwood bukan pengecut. Aku akan berdeklamasi semalaman kalau kau mau." Suara Neptune membuat orang-orang menghentikan aktivitasnya. Bahkan Venus hanya menutup mulutnya. "Tinggalkan dia, Venus. Dia bukan bayimu lagi."

Venus seperti akan mengucapkan sesuatu. Kemudian ia menggigit bibir sebelum berdiri untuk meninggalkan kami. Jujur saja, aku belum pernah merasa begitu ingin ditemani Venus karena Neptune sepertinya akan mengulitiku.

*

"Aku tidak tahu kalau perempuan bisa membuatmu secengeng itu." Neptune duduk bersandar di balkon. Sama denganku. Dia tidak melihatku. "Apa sebenarnya yang kau pikirkan?"

Aku tidak menjawab.

Aku ingin menangis meraung-raung. Aku ingin luar biasa berduka. Aku ingin menjerit sekerasnya. Aku ingin secengeng bayi. Aku ingin melupakan tubuh besarku.

Kepalaku bergitu sakit karena benturan tadi. Kurasa rahangku retak karena rasanya sakit sekali, walau kurasa luka di hatiku jauh lebih sakit.

"Ini soal Jahanam Morrison," rengekku dengan kekesalan ketika menyebutkan nama jahanam terkutuk itu.

"Brennan Morrison? Bajingan itu? Kupikir kau sama sekali tidak memikirkannya."

Tidak memikirkannya? Laki-laki keparat yang dulu meniduri tunanganku, lalu mencampakkannya? Gila, kalau aku tidak memikirkannya.

Aku tahu. Ini bukan diriku yang sebenarnya. Aku yang sudah teler berhari-hari karena patah hati, sudah melupakan bagaimana caranya menjadi diriku sendiri.

Adam Rockwood biasanya bukan seperti ini.

Aku adalah seorang pebisnis sukses. Aku menjalankan kelanjutan roda kerajaan bisnis Rockwood dengan sangat gemilang. Orang menjulukiku si predator, si singa rockwood, dan macam-macam lagi. Setiap media memiliki julukan yang berbeda tentangku. Tapi, hanya ada satu di kepala orang-orang ketika mendengar julukan mematikan itu, Adam Rockwood.

Kau bisa ngiler selama berhari-hari kalau terus kuceritakan detail tentangku.

Tanya saja pada perempuan-perempuan beruntung yang telah mendapat kehormatan tidur denganku, menyenangkanku. Mereka bisa menceritakan betapa luar biasanya Adam Rockwood.

Bukan laki-laki cengeng, patah semangat yang terlihat seperti kotoran anjing di atas rumput.

Adam Rockwood punya reputasi tak terkalahkan sampai bertubi-tubi malapetaka menghancurkannya. Yah, sampai kupikir mati adalah hal paling mudah untuk menyelesaikan semua.

Apa kau benar-benar penasaran apa yang terjadi kepadaku?

Baiklah, kuberi petunjuk, ya.

Aku patah hati. Ya, seperti di dalam cerita roman-roman picisan. Laki-laki tak terkalahkan yang tidak pernah merasakan jatuh cinta akhirnya jatuh dan hancur. Sekarang aku cuma onggokan korban yang tidak berdaya. Jangankan untuk bangkit, merangkak pun rasanya tak mungkin.

Yang tidak pernah diceritakan roman-roman sialan itu adalah bagian yang paling menyakitkan ini. Kehilangan. Rasanya seperti seseorang mengecapkan besi panas ke bokongku. Bukan. Tepatnya ke dalam bokongku.

Petunjuk lainnya adalah villain keparat. Anjing yang kupelihara dari tempat sampah. Anjing yang menggigit tanganku setelah kuberi makan, kehidupan dan derajat. Sialnya, Anjing itu tidak pernah puas. Ia selalu ingin menggigitku lagi.

Dan, hidup membuat sesuatu yang salah. Dia punya senjata paling canggih untuk menghancurkanku.

FUCK!

Jangan menyuruhku untuk menjaga ucapanku. Kau tidak tahu iblis seperti apa dia. Aku bisa mengumpat selama sebulan penuh dan itu tidak akan cukup untuk melukiskan betapa terkutuknya dia.

Petunjuk terakhir adalah seorang gadis. Gadis yang namanya seperti bunga. Gadis yang aromanya seperti bunga. Gadis yang kecantikannya melebihi bunga manapun. Walau kau memenuhi Jupiter dengan bunga, gadisku tetap jauh lebih memesona.

Akan kuajak kau mundur beberapa bulan ke belakang agar bisa melihat ceritaku yang tragis.

***

Continue Reading

You'll Also Like

59.5K 4.8K 15
Cover by @henzsadewa Kesalahan satu malam yang dilakukan Juni membuatnya menjadi pendiam dan menutup diri dari pergaulan. Hari-harinya hanya dia lalu...
775K 120K 37
Athena, seorang pelayan istana, terusir dari istana akibat skandalnya bersama Pangeran Enrick meski dalam keadaan mengandung. Namun, ketika Athena mu...
554K 23.2K 26
πŸ†„οΈŽπŸ…½οΈŽπŸ…³οΈŽπŸ…΄οΈŽπŸ†οΈŽ πŸ†οΈŽπŸ…΄οΈŽπŸ†…οΈŽπŸ…ΈοΈŽπŸ†‚οΈŽπŸ…ΈοΈŽπŸ…ΎοΈŽπŸ…½οΈŽ D18+ Kata Titan, dia jenius, dari orok malah. Ya, Nathan tahu dan mengakuinya. Tapi dia tak menyangka bahwa...
3.5K 949 52
Jo, seorang jenius cacat yang introvert mengetahui bahwa lembah indah tempat teman-teman barunya bersekolah akan digusur untuk dijadikan hotel oleh p...