Pain Demands To Be Felt

By AninditaHidayat

5.8K 27 6

This isn't about the broken heart, it isn't about who is he, it's about me healing my broken heart and how to... More

Introduction
Minggu Pertama (Sarah)
Minggu Kedua (Sarah)
Minggu Kedua (Doston)
Minggu Ketiga (Sarah)
Minggu Ketiga (Sarah)
Minggu Ketiga (Doston)
Minggu Ketiga (Sarah)
Minggu Ketiga (Sarah)
Minggu Ketiga (Sarah)
Minggu Keempat (Sarah)
Minggu Keempat (Sarah)
Minggu Kelima (Sarah)
Minggu Kelima (Sarah)

Minggu Kedua (Doston)

397 2 0
By AninditaHidayat

Sekarang aku sudah sampai didepan rumah Sarah, ini diluar rencanaku. Aku mengeluarkan handphone ku, mencoba menghubungin Frans, sang waitress. Aku ingin tahu apakah benar event yang Gale sebutkan tadi benar, dan aku perlu tahu siapa saja yang ada di dalam guestlists nya.

"Tell me, is she on the guestlists?" Aku dengan cepat mengetik sms di handphoneku, setelah itu aku mencoba menghubungi Sarah.

Dia memanggilku dari depan pintu rumahnya, dia berdiri dengan rambutnya yang masih basah, kaus tidur kesukaannya, dan sweatpants nya yang selalu dia pakai saat tidur. Aku berjalan menghampiri perempuan itu, matanya terlihat sayu, wajahnya kusam, kantung matanya menghapuskan kecerian yang selama ini ada diwajahnya. It's because of you, Dos!

Aku mematikan mesin mobilku, aku mematikan rokokku, dan menenteng kotak besar ini berjalan menghampirinya.

Setelah aku letakan kotak itu di meja kayu besar didalam ruang tamu, aku memutuskan untuk duduk disebelahnya, aku tahu dia benci saat orang duduk didepannya, Sarah selalu suka saat orang duduk disebelahnya.

"Aku tidak terlalu buruk sekarang" Sarah menjawab sangat singkat saat aku menanyai kabarnya.
I knew you're hurt, Sar. I am so sorry for that.
"Aku datang kesini karena dua alasan, yang pertama adalah karena aku merindukanmu." Aku menyalakan rokokku sebelum melanjutkan berbicara tentang alasanku kemari.
"Yang kedua karena aku mau mengantarkan kotak itu."

Dia menggeser posisi duduknya dan menyentuh kotak itu, dengan cepat aku bilang bahwa lebih baik dia membuka kotak itu nanti.

"She's on the list, bro."
Aku membuka sms dari Frans. Sudah kuduga, pasti Moris mengundang Sarah. Moris adalah DJ sekaligus salah satu pemilik saham dari club itu, dia adalah mantan kekasih Sarah sebelum Sarah dan aku berpacaran. I don't want her to go. Ditambah lagi, Gale akan datang, aku sudah tahu pasti saat Gale melihat Sarah ada disana juga, dia akan berusaha mendekati dan bisa saja Sarah jatuh cinta pada Gale, wanita mana yang tidak akan jatuh cinta melihat Gale.

Gale sangat tampan, ayahnya asli Bali, ibunya dari Belanda, wajahnya blasteran. Tingginya sekitar 185 cm, memang kurang tinggi untuk bule, tapi aku yakin pesonanya akan mengalahkan segalanya. Senyumnya sangat menawan, ditambah lagi he drives a brand new BMW, seri M! Sarah tergila-gila dengan mobil itu.

Aku tahu, dulu Sarah pernah menolak ajakan Gale untuk minum dan berkenalan, tapi itu sudah sangat lama! Siapa tahu sekarang Sarah sedang sedih dan butuh seseorang, tidak menutup kemungkinan dia akan bersama Gale malam ini, belum lagi si Moris, DJ sialan itu akan berusaha mendapatkan Sarah kembali.

Aku dengan cepat meletakan handphone ku ke dalam kantung celanaku.

"You keep coming back. Kamu menyudahi semuanya dua minggu lalu, setelah itu kamu tidak pernah menjawab telfonku, tidak pernah membalas sms ku lagi, tapi setelah aku berhenti menghubungimu, kamu datang lagi."

Dia menangis. Aku memutuskan untuk menyalakan rokokku.
Melihatnya menangis sangat menyakiti perasaanku. Jauh dilubuk hatiku, aku sangat mencintai perempuan disebelahku ini. Ingin rasanya kuulang waktu dari saat pertama kita bertemu. Jika bisa, aku janji aku tidak akan membuat dia terlalu mencintaiku, aku janji aku tidak akan menuntut apapun dari dia, aku janji bahwa aku tidak akan menghancurkan hidupnya, aku tidak akan merampas hidupnya, aku janji. Aku menghela nafas.

"Dua minggu yang lalu kamu bilang bahwa kita tidak bisa bersama lagi, kamu bilang bahwa hubungan kita ini tidak akan berakhir baik, kamu yang bilang bahwa semuanya sudah terlalu rumit. Kamu bilang bahwa kita terlalu berbeda, kamu bilang kamu hanya bisa menyiksaku dan menyakiti aku kalau kita tetap bersama." Dia kembali menangis terisak.

Aku hanya bisa menatapnya. Aku menjerit dalam hati. Tidak begitu, Sarah.
Andai saja aku bisa mengutarakan apa yang sebenarnya aku lakukan, andai saja. Aku tidak bisa, aku tidak mampu melihatnya menangis seperti ini, aku bisa melihat kesakitannya setiap dia menarik nafas dalam didalam tangisnya, aku bisa tahu dari suaranya yang sangat bergetar setiap dia berbicara, apalagi saat dia menyebut namaku.
Jangan menangis, sayang.

"...kamu tidak tahu seberapa banyak air mata......"

Andai saja dia tahu seberapa aku menjerit menahan kesakitan ini setiap malam sebelum tidurku. Andai saja dia tahu saat aku menangis terduduk sendiri didalam mobilku setiap aku mengingatnya. Bukan hanya kamu, sayang, aku pun menangis melawan kesedihan ini.

".....setiap aku mencoba melupakan kamu, aku tidak lupa, aku malah semakin ingat kamu, Dos!" Sekarang dia tertunduk menangis terlarut dalam kata-katanya.

Sarah, kalau kamu tahu seberapa kerasnya aku untuk tidak memikirkanmu, seberapa besarnya rasa rindu ini.
Aku tidak pernah berusaha melupakanmu, Sarah.
Aku tahu aku tidak akan pernah bisa melupakanmu.

"Sarah.." Aku meraih tangannya, aku mencoba menghentikan tangisnya. Aku tertunduk lemas, aku tidak mampu berkata-kata. Hati ini terlalu lemah.

Aku menatap matanya sangat dalam, saat dia bilang akulah hal terindah dalam hidupnya. Sarah mencoba menghapus air matanya. Air matanya tidak menghalangiku untuk mengagumi wajahnya, bahkan saat menangis, dia masih terlihat sangat cantik sama cantiknya saat dia baru bangun dari tidurnya.
Kamulah yang paling indah, Sarah. Bukan aku.

Dia mengutarakan kemarahan dan kesedihannya dalam satu waktu, dia meluapkan semua yang dia rasakan, "....but you will never know how I feel, Dos." Dia berhenti berbicara, dia menutup wajahnya dengan kedua tangannya, dia terisak.

Aku tahu apa yang dia rasakan, akupun merasakannya. Aku seperti ini bukan karena aku tidak merasakan apa yang dia rasakan, tapi karena aku tidak menunjukan dan mencoba mengubur dalam kesakitan hati ini saat aku harus berpisah dengannya, cinta pertamaku.

Aku memeluknya. Aku menyandarkan kepalaku dipundaknya, wangi tubuhnya membuat aku semakin tidak bisa melupakannya, aku mencium pundaknya, inilah tempat terindah untukku. If only I could, I wanna stay like this, forever.

-------------
Aku menatap bayanganku di cermin kamar mandi dirumah Sarah.
What are you doing Dos!
Lamunanku pecah saat aku ingat Gale, dan Cafe de Nero.
Aku meraih handphone ku dan mengirimkan sms pada Frans, salah satu waitress kenalanku, dan teman Sarah saat dulu dia masih sering pergi ke club itu.

"She's not coming. She is with me."
"Okay, Dos! Ciao!" Frans membalas pesanku sangat cepat, aku memasukkan kembali handphone ku kedalam kantung celanaku. Setelah selesai memcuci muka dan menggosok gigi, aku berjalan menghampiri Sarah.

Seperti biasa, rumahnya sangat sepi dan sunyi. Hanya ada Sarah dan supirnya. Rumahnya penuh dengan lukisan dan ukiran kayu jati, membuat rumahnya sedikit hangat dan tenang. Ibu, ayah, dan adiknya tidak tinggal di Bandung, hanya Sarah dan kadang ibunya datang saat weekend. Mereka tinggal di pulau sebrang, ayahnya bahkan sangat jarang pulang kerumah ini, selalu Sarah yang mengunjungi ayahnya menyebrangi pulau.

Saat aku sampai didepan kamarnya, pintunya terbuka. Sarah sedang menyiapkan bantal tambahan dikasurnya, dia terlihat sangat cantik dengan tanpa make-up, walaupun matanya terlihat sendu, dan kulitnya sedikit pucat, aku masih menganggap dia adalah perempuan tercantik yang pernah aku lihat.

Sarah sibuk merapihkan sprei kasurnya, aku tahu dia bukan perempuan yang rapih. Dia menyiapkan itu untuk aku. Aku masih terdiam dibalik pintu kamarnya, aku masih ingin menikmati pemandangan ini. Melihatnya, membuat hatiku tenang. Jiwaku sangat berbahagia dikala aku bisa menatap nya dari jauh seperti ini. Saat ini pula aku sangat membenci diriku sendiri, aku membenci diriku yang membiarkan dia menderita dan menangis, akulah alasan perempuan cantik itu tersiksa dan tersakiti. Aku menghela nafas.
Aku mengelap air mata diujung mataku yang hampir saja jatuh dan menghampirinya.

Aku membiarkannya tertidur didalam pelukanku. Aku mengusap pelipisnya, aku mencium keningnya berulang-ulang kali saat dia tertidur.
Mungkin dia akan berfikir bahwa aku adalah manusia paling jahat yang telah membiarkan dia menderita seperti ini, saat aku menyudahi semuanya 2 minggu yang lalu. Aku bisa mendengar nafasnya, terdengar agak berat, dia pasti lelah. Dia lelah akan menangis dan menangis, oh Tuhan, maafkan aku yang menyakiti mahlukmu ini.

Kalau saja kau tahu, sayang seberapa aku menyayangimu dan seberapa aku membenci diriku sendiri sudah membiarkanmu masuk kedalam kehidupanku 10 bulan yang lalu, maafkan aku sayang, maafkan aku.
Aku tidak pernah bermaksud untuk menyakitimu. Aku mencium keningnya terakhir sebelum aku menarik tubuhnya lebih dekat dengan tubuhku lalu aku tertidur,
selamat tidur sayangku.

Continue Reading

You'll Also Like

1.6M 75.9K 52
Mari buat orang yang mengabaikan mu menyesali perbuatannya _π‡πžπ₯𝐞𝐧𝐚 π€ππžπ₯𝐚𝐒𝐝𝐞
643K 127K 43
Reputation [ repΒ·uΒ·taΒ·tion /ˌrepyΙ™ΛˆtāSH(Ι™)n/ noun, meaning; the beliefs or opinions that are generally held about someone or something. ] -- Demi me...
223K 9.3K 31
Siapa yang punya pacar? Kalau mereka selingkuh, kamu bakal ngapain? Kalau Pipie sih, rebut papanya! Pearly Aurora yang kerap disapa Pie atau Lily in...
190K 6.2K 45
"Suruh anak nggak jelas itu keluar dari rumah kita! " "Ardi!! Andrea itu adekku! " Pertengkaran demi pertengkaran kakaknya membuat Andrea memilih unt...