Pain Demands To Be Felt

By AninditaHidayat

5.8K 27 6

This isn't about the broken heart, it isn't about who is he, it's about me healing my broken heart and how to... More

Introduction
Minggu Pertama (Sarah)
Minggu Kedua (Doston)
Minggu Kedua (Doston)
Minggu Ketiga (Sarah)
Minggu Ketiga (Sarah)
Minggu Ketiga (Doston)
Minggu Ketiga (Sarah)
Minggu Ketiga (Sarah)
Minggu Ketiga (Sarah)
Minggu Keempat (Sarah)
Minggu Keempat (Sarah)
Minggu Kelima (Sarah)
Minggu Kelima (Sarah)

Minggu Kedua (Sarah)

591 2 0
By AninditaHidayat

Suara air dari keran masih menjadi temanku malam ini, aku masih duduk diam diujung bath tube kamar mandiku.

Pikiranku kosong, aku hanya melamun terdiam, sambil tanpa henti membulak balikan novel yang rencananya akan aku baca malam ini sambil bersantai didalam bak air hangat. Rindu.

Aku menatap novel karya Tere Liye, sepupuku Salsa merekomendasikan novel itu padaku, 3 bulan yang lalu. Sebenarnya saat itu aku langsung membeli novelnya tapi belum sempat aku baca, aku tak punya waktu.

Saat itu aku masih bersama Doston, mantan kekasihku, jelas aku tidak punya waktu sendiri untuk membaca novel, aku selalu menghabiskan hari-hari ku bersama Doston, we were always together, always.

Aku ingat, setelah aku membeli novel itu, aku dan Doston pergi ke mall untuk menonton salah satu film yang baru saja di released saat itu, dan setelahnya.. hmmmm ohya! Kita pergi makan malam bersama keluarganya Doston. Aku masih ingat saat itu aku memesan tenderloin dan Doston memesan sirloin. Saat itu ada ibu tirinya, dan ayahnya, kami hanya berempat. Kita membicarakan bisnis baru ayahnya yang baru akan dimulai, yang aku rasa sekarang sudah berjalan. Sepulang dari dinner, Doston mengantarku pulang, dan sebelum aku meninggalkan mobilnya, we kissed.

It was so intense, his lips againts mine. I still can feel it. His smell, his skin.
I guess that was one of the best kiss we had, he pulled me closer, we touched. There was no one in my house. We decided to do it.

I took a very deep breathed when he started to put them inside me. He pull my hair gently, we kissed. The feeling was so overwhelming. He always did good.

Tanpa aku sadari, bath tube ku sudah penuh, air nya mulai menetes mengenai kakiku. Ah shit!

Ini adalah salah satu caraku menikmati waktu hanya dengan diriku sendiri, berendam, dan membaca. Aku mulai membaca novelku, prolog.

"Apalah arti cinta ketika kami menangis terluka atas perasaan yang seharusnya indah? Bagaimana mungkin, kami terduduk patah hati atas sesuatu yang seharusnya suci dan tidak menuntut apapun?"

Aku menutup novel itu, aku terdiam, sambil menatap langit-langit kamar mandiku, Doston.
Kata-kata itu menamparku. Bagaimana bisa sesuatu hal yang sangat indah sekarang sangat menghancurkan hatiku? Aku memejamkan mata, aku meneteskan air mata mengingatnya, Doston.

Hanya ada dia dipikiranku saat ini, mungkin akan selalu dia. Aku kembali merasakan sesuatu menusuk dadaku, sangat dalam. Sesak. Demi Tuhan, aku sangat mencintainya, aku tahu aku tidak akan bisa lagi mencintai orang lain seperti aku mencintainya. Cintaku untuknya sangat sempurna. Perasaanku untuk Doston sangat tulus, aku tidak meminta apapun, aku tidak bisa merasakan apapun, hati ini menginginkannya. Jiwa dan ragaku selalu membutuhkan dia. Tanpanya, hidupku terasa kosong, hatiku hancur. Setiap malam aku menangis sampai tertidur dan didalam hatiku aku selalu menyebut namanya. Aku sangat mencintainya, Tuhan.

Aku menenggelamkan kepalaku, sunyi. Suara air didalam bak ini benar-benar sunyi, jiwaku terlarut dalam kesunyian ini. Didalam kesunyian ini, aku bisa mendengar hatiku. Hatiku memanggil dia, hatiku tidak akan pernah berhenti menyebut namanya, bahkan saat aku tidak bisa mendengar apapun, aku masih bisa tahu bahwa hatiku akan selalu menyebutkan namanya. Sakit.

Kenyataan bahwa dia berhenti memperjuangkan cinta kita sangat menyakitkan. Kenyataan bahwa dia tidak merasakan apa yang aku rasakan padanya sangat menyayat hatiku. Sekarang aku teduduk, aku bangun dari kesunyianku, aku terdiam setengah badanku masih terendam dalam air penuh busa ini. Aku menoleh, aku melihat bayanganku dikaca, mataku sangat merah, sayu. Aku kembali meneteskan air mata, aku menangisi diriku sendiri, aku iba pada diriku sendiri.

Lihatlah, seberapa perempuan dikaca itu sangat tersiksa, dia sedang tersakiti. Dia mencintai seseorang yang tidak mencintainya lagi, oh Tuhan.

---------------

Aku melihat jam, sudah pukul 2 pagi.
Aku memutuskan untuk tidur, sebelum aku sampai ke kamarku, aku mendengar suara mobil berhenti didepan rumahku, aku sangat peka akan suara mobil, apalagi suara BMW. Aku tahu jelas saat itu, itu adalah Doston.

Aku berlari kecil kearah jendela ruang tamu, aku masih mengenakan handuk, benar saja aku melihat Doston, berdiri menyenderkan badannya di kap mesin BMW nya, dia memegang handphone.

Handphone ku berdering, aku lari kekamarku, Doston is calling!

"Halo.." Jawabku pelan.
"Hi Sarah! Aku didepan rumahmu, kamu dirumah kan?" Suaranya yang sangat lembut terdengar sedikit tidak jelas, suara mesin mobilnya sedikit mengganggu.
"Iya aku sudah melihatmu, tadi aku baru selesai mandi dan aku mendengar suara mobilmu, Dos.." Aku menjawab sambil berusaha memakai baju yang aku temukan dibalik pintu kamarku.
"Ah benar! Kamu akan selalu tahu kapan aku datang."
Itu pasti Doston, aku akan selalu tahu. Aku bisa merasakanmu, aku sangat peka atas apapun tentang kamu.
"Tunggu sebentar, aku akan buka pintunya" Sekarang aku menjawab sambil memakai celana panjang kain kesukaanku, aduhhh.
"Oki, bella!" Dia menutup telfonnya.

Sebelum membuka kunci pintu, aku memejamkan mata sambil menarik nafas, kamu pasti bisa Sarah. Aku menenangkan diriku.

"Hai! Ayo masuk!" Aku memanggilnya dari dalam teras rumahku.
Dia melihatku, tersenyum. Dia mematikan mesin mobilnya, membuang rokoknya, dan berjalan ke arahku. Dia membawa sesuatu, terlihat seperti kotak hadiah. Perasaan ulang tahunku masih sebulan lagi. Pikirku dalam hati.
Aku memalingkan badan dan berjalan ke arah sofa besar diruang tamuku. Aku melirik ke arah lukisan besar di dinding kanan ruang tamuku, menghela nafas, dan menyiapkan diriku untuk bertemu dengannya lagi, orang yang menhancurkan hatiku. Untuk apa dia datang?.

"Kamu sendirian?" Tanya dia sambil menaruh kotak besar itu dimeja depan aku duduk.
"Ah iya, ada Pak Jim sih dibelakang, si mbak lagi pulang kampung." Aku menjawab sambil menatap kotak besar itu.
Dia duduk disampingku, mencium pipiku.
"Apa kabar, Sarah?" Dia menatapku, aku tidak mencoba membalas tatapannya. Aku masih menatap kotak itu.
"Ya begini, tidak terlalu buruk." Aku menatapnya sekarang.
Dia tersenyum lalu memalingkan wajahnya.
"Aku datang kesini karena 2 alasan, yang pertama, aku merindukanmu."
Sebelum dia melanjutkan ucapannya, dia menghela nafas sambil membuka kotak rokoknya. Aku masih terdiam menunggu alasannya yang kedua.
"Yang kedua, aku datang untuk mengantarkan kotak itu." Dia menyalakan rokoknya. Itulah alasan mengapa aku tidak menutup pintu ruang tamu tadi, karena aku tahu pasti dia akan merokok.

Aku menggeser badanku sedikit, keningku sedikit mengerut.
"Itu isinya apa?" Aku menyentuh kotak itu.
"Jangan buka sekarang! Nanti saja saat kamu sendiri, itu sesuatu yang seharusnya kamu miliki, Sar." Dia menjawab sambil membuang abu rokoknya di asbak, dan dia menaruh rokoknya. Sekarang dia mengeluarkan handphone nya. Aku masih sangat bingung.

"Doston, what do you mean?" Aku memberanikan diri untuk bertanya, aku harus bertanya.
"Maksud kamu apa?" Dia membenarkan posisi duduknya, dan sekarang dia meraih rokoknya.
"You keep coming back. Kamu menyudahi semuanya dua minggu lalu, setelah itu kamu tidak pernah menjawab telfonku, tidak pernah membalas sms ku lagi, tapi setelah aku berhenti menghubungimu, kamu datang lagi."
Kata-kata itu keluar dari mulutku tanpa aku rencanakan, oh shit! Here we go again.
"Dua minggu yang lalu kamu bilang bahwa kita tidak bisa bersama lagi, kamu bilang bahwa hubungan kita ini tidak akan berakhir baik, kamu yang bilang bahwa semuanya sudah terlalu rumit. Kamu bilang bahwa kita terlalu berbeda, kamu bilang kamu hanya bisa menyiksaku dan menyakiti aku kalau kita tetap bersama." Aku menghela nafas, dan mencoba menghapus air mataku. Dia masih menatapku.
"Kamu yang suruh aku untuk berhenti berusaha, sekarang aku sekuat tenaga melupakanmu Dos. Kamu tidak pernah tahu seberapa hancurnya aku setelah hari itu! Kamu tidak tahu seberapa banyak air mata, seberapa aku selalu menangis setiap mengingatmu, bahkan setiap aku mencoba melupakan kamu, aku tidak lupa, aku malah semakin ingat kamu, Dos!"
"Sarah.." Dia meraih tanganku, sekarang dia tertunduk. Aku tahu dia tidak akan bisa membalas ucapanku.
"Doston, kamu adalah hal terindah yang pernah aku rasakan." Aku berhenti sebentar untuk mengapus air mataku.
"Demi Tuhan, aku sangat mencintaimu, tapi aku tidak berbuat apa-apa lagi? Kamu ingat aku menunggu didepan rumahmu semalaman, hanya untuk bertemu kamu, kamu malah pergi, dan kamu malah bilang untuk aku jangan ganggu lagi hidup kamu! Sekarang dengan sangat entengnya, you called me, you asked me to meet you, you even came to my house, sitting here next to me, but you will never know how I feel, Dos.." Aku berhenti, aku tidak mampu lagi, aku tenggelam dalam tangisku sekarang.

Doston memelukku. Aku membalas pelukannya, aku memeluknya sangat erat. Dia menyandarkan kepalanya dipundakku, sesekali dia mencium pundakku. Aku menangis semakin dalam didalam pelukannya. Please, stay!

Aku berjalan kearah dapur menyiapkan segelas air putih, Doston pasti akan meminta ini. Sebelum dia tidur dia pasti meminum segelas air putih, aku membawakannya dua gelas, untuk nanti dipagi hari.

Malam itu aku tertidur dalam pelukannya, ini adalah hari pertama setelah 14 hari aku bisa tertidur sangat pulas dan tenang. Dia membiarkan aku tertidur didadanya, aku bisa merasakan detak jantungnya malam itu. Aku bisa merasakannya nafasnya.

Aku mencium keningnya. "Dos, it's 9 in the morning.."  Aku tersenyum melihatnya.

He opened his eyes, smiling. He pull me to the bed, I kissed him, I kissed his cheeks, eyes, nose, his lips. He was smiling. "Goodmorning" Dia berbisik ditelingaku.

"Hari ini kamu punya rencana kemana?" Dia bertanya sambil merengangkan badannya disamping kasurku.
Aku memeluk bantalku, dan berbalik badan. Sambil melihat kearah jendela, aku bisa melihat mobilnya terparkir rapih depan rumahku.
"Hmm.. Aku mau nge-gym kayaknya hari ini." Aku menjawab sambil masih metanap kearah jendela.
Dia ada dibelakangku sekarang, dia memelukku dari belakang, moi favourite!

"Gimana kalau kita makan seafood hari ini untuk makan siang?" Dia mencium leherku.
"You know I can't say no to you, don't you?" Aku membalikan badanku, dia tersenyum, menatapku. Aku membalas senyumannya, inilah yang selama ini aku rindukan, berada sangat dekat dengannya, bersamanya.

Hari itu kita makan siang di restoran seafood kesukaannya, setelah itu dia mengantarkan aku ke tempat gym. I texted him after, he replied "I love you, Sar."

Setidaknya, hari Sabtu ini adalah hari terbaikku semenjak 14 hari yang lalu. Akhirnya aku bisa tersenyum, akhirnya aku bisa memelukknya lagi, akhirnya aku bisa melihat senyumnya lagi di pagi hari. Walaupun aku masih belum mengerti apa yang sebenarnya terjadi, aku masih mengira bahwa we are getting back together setidaknya aku bisa sedikit tenang sekarang. Aku tidak mencoba bertanya akan hal itu pada Doston, aku tidak peduli. Aku sangat bahagia. Kotak besar yang dia bawa malam lalu belum aku sentuh, masih aku simpan di ruang tamu, aku belum mau membukanya, aku tidak peduli. Hal yang penting sekarang adalah aku bahagia, aku tidak menangis, dan akhirnya aku bisa tersenyum lagi, walaupun aku belum tahu maksudnya apa, tapi aku sedikit lega. Mungkin aku mendapatkannya kembali.

Goodnight, Sarah! Aku menarik selimutku, dan aku masih bisa mencium wanginya, dia meninggalkan sedikit wanginya, aku mencium bantalku, arrgggh I can feel him.

Continue Reading

You'll Also Like

333K 25.7K 82
Cinta hanya untuk manusia lemah, dan aku tidak butuh cinta ~ Ellian Cinta itu sebuah perasaan yang ikhlas dari hati, kita tidak bisa menyangkalnya a...
1.2M 46.5K 62
Menikahi duda beranak satu? Hal itu sungguh tak pernah terlintas di benak Shayra, tapi itu yang menjadi takdirnya. Dia tak bisa menolak saat takdir...
4.8M 264K 52
Tanpa Cleo sadari, lelaki yang menjaganya itu adalah stalker gila yang bermimpi ingin merusaknya sejak 7 tahun lalu. Galenio Skyler hanyalah iblis ya...
190K 6.2K 45
"Suruh anak nggak jelas itu keluar dari rumah kita! " "Ardi!! Andrea itu adekku! " Pertengkaran demi pertengkaran kakaknya membuat Andrea memilih unt...