My Apple

By mounalizza

337K 27.7K 1.6K

"Apel itu identik dengan warna merah. Nggak ada ceritanya warna hijau." "Tapi kenyataannya ada apel be... More

Perpisahan dan Pertemuan.
Aku dan Apel Hijau.
Aku dan Apel Merah.
Liburan dan Kesialan
Ambisi dan Khayalan
Kecewa dan Pelampiasan
Sedih dan Pasrah
Malu dan Resah
Panik dan Terlena
Ragu dan Takut
Lemah dan Kuat
Berani dan Nekat
Bahagia dan Derita
Pulang dan Pergi
Sendiri dan Sepi

Berdebar dan Bergetar

11.8K 1.5K 86
By mounalizza

Terkadang senyum itu muncul secara tak disengaja. Tidak bisa dijelaskan, mengalir begitu saja di hati yang sedang tenang atau bahkan bimbang. Semua mengalir tanpa terasa. Hal itu yang sedang terjadi pada diri Alvina.

Terbangun dengan raut bahagia tanpa bisa dijelaskan. Mimpi indahkah semalam? Alvina tak tahu, yang ia ingat semalam sebelum tidur ia berciuman dengan seorang pria. Pria kaku tanpa senyum. Alvina bahkan yang memprakasai ide ciuman itu. Nekat memang, tetapi itulah kemauan hatinya.

Terucap memang alasannya agar segala permasalahan antara dirinya dan Nizar selesai. Nizar penasaran dengan bibirnya dan Alvina seperti tertantang, tetapi sebenarnya alasan Alvina tidak hanya itu. Jauh di lubuk hatinya ia sedang melakukan investigasi hati.

Alvina bahasamu!

Alvina sedang meyakinkan dirinya. Yakin jika ia sudah berhasil melangkah. Move on dengan berlibur dan bertemu pria aneh itu sungguh berhasil. Diakui Alvina setelah tahu si mantan tunangannya menikah, tak disangka ia langsung lupa akan kisah masa lalunya. Memang hari itu ia kecewa dan meluapkannya dengan nekat menenggak wine, tetapi saat pagi menyambut, Alvina terbangun dengan perasaan baru. Efek mabuknya terasa menyenangkan dan semudah itu ia lupa akan keberadaan Dimas.

Ternyata di balik semua itu ada sosok Nizar yang diam-diam ikut andil.

Sejak saat itu Alvina nyaman dengan status barunya, bercengkrama dengan keanehan Nizar yang tak terlalu menyusahkan. Well mungkin saat berhadapan dengan Nizar ia melakukan sebaliknya, tetapi namanya wanita tetap saja sama. Lain di mulut, lain di hati. Malu-malu kucing padahal maunya singa jantan menerjang.

Alvina lagi-lagi tersenyum. Menutup wajahnya di dalam selimut. Untuk apa malu saat ini? Jelas-jelas dia sendiri di dalam kamar. Alvina lalu melirik arah pintu kamar. Di mana kenyataan setelah di depan pintu itu ada pintu lagi yang di dalamnya ada seorang pria yang semalam baru saja menempelkan bibirnya di bibir Alvina.

Ah Alvina semakin bergerak tak jelas di ranjang. Berguling ke sana ke mari mengingat semalam. Apalagi mengingat kebodohannya yang sempat mabuk dan menerobos masuk ke kamar seorang pria yang tak terlalu dikenalnya. Kebodohan bertameng nekat.

Apakata dunia? Gadis asing seenaknya masuk kamar pria asing, tapi sudah meningkat kadar perkenalannya. Selain itu mereka kan sudah berciuman. Bahkan kalau diingat-ingat lagi, pria itu juga sudah meremas...

Ah lupakan Alvina! Bukankah kamu sudah menerima permintaan maafnya. Dia melakukan itu tanpa sengaja. Sejauh ini kamupun baik-baik saja. Jadikan kenangan unik, ceritakan kepada anak-anakmu kelak tentang kelakukan bapaknya..

Whaaat...?

Seketika Alvina langsung duduk di tengah ranjang. Menilai pemikiran yang baru saja terlintas di hati. Dia baru saja mengkhayal sosok Nizar menjadi ayah dari anak-anaknya? Yang benar saja..

Apa Jakarta akan turun salju?

"Gara-gara botol kecap nih.." Ucap Alvina sambil berdiri. Siraman air dingin dirasa cocok untuk kepalanya. Wabah ini sangat aneh.

"Nanti kalau ketemu pas sarapan gimana yah?" Alvina sudah selesai mandi dan sudah sangat rapi di depan kaca. Berdandan cantik agar enak dipandang. Kenapa rasanya aneh yah? Biasanya Alvina akan santai melenggang keluar kamar untuk sarapan. Tetapi sekarang rasanya kikuk. Beberapa hari melakukan aktivitas yang sama dengan Nizar membuat ia tahu jadwal keduanya berpapasan. Dia takut bertatap muka dengan Nizar di depan pintu kamar.

"Baiklah, biasa saja Vina.." Alvina berjalan ke arah pintu keluar dengan gugup. "Tapi kalau dia tiba-tiba memaksa berciuman gimana?" Alvina menggeleng, kenapa daya khayalnya terlalu berlebihan. Bukan berlebihan sih, lebih tepatnya berharap.

Kasihan sekali jomblo cantik ini..

"Oke semangat Alvina.." harap-harap cemas Alvina membuka pintu. Mudah-mudahan tidak ada Nizar di depan, tapi kalau ada nggak apa-apa juga. Alvina kembali menggeleng, kenapa isi kepalanya menjadi aneh? Efek bibirnya menempel di bibir Nizar sepertinya.

Dan wajah Alvina semakin memerah saat ia membuka pintu penampakan Nizar berdiri kaku dengan setelan jas hitam sudah siap menambah kegugupan Alvina. Pria ini kenapa memakai kembali pakaian kaku-nya? Pakai yang semalam lebih enak dipandang. Protesan itu terus berkumandang di hati Alvina.

"Kenapa kamu lama sekali? Saya hampir saja meninggalkan kamu." ucapan selamat pagi yang sangat merdu bagi Alvina

Alvina fix ciuman Nizar punya efek samping aneh.

"Ayo kita sarapan, setelah itu saya akan membantu kamu mengurus tujuan kita selanjutnya." Alvina mencerna kalimat Nizar.

"Kita selanjutnya?" tanyanya gugup. Nizar mengangguk dan perlahan mendekat. Bahkan nafas segar Nizar bisa ia rasakan. Tidak tersenyum dan sangat kaku. Mendadak Alvina dilanda demam panggung. Apakah akan terjadi aksi penyatuan bibir selanjutnya?

Alvina pria ini yang semalam membuat bangun pagimu indah. Ah tampar saja pipi ini. Kenapa kamu malah menutup mata?

Chup.

Sesuai petunjuk kakak ipar, Nizar hanya mengecup kening Alvina. Walaupun naluri ingin mencicipi bibir Alvina sangat melambung tetapi ia harus bisa menahan. Semua akan terbayar saat waktunya pas. Hutang ini akan terbayar.

"Ayo saya harap kita mengawali semuanya dengan baik. Lupakan kejadian yang lalu. Kita berteman dengan baik." Nizar melangkah lebih dahulu meninggalkan Alvina yang tak percaya. Sudah begitu saja?

Kenapa ia mengharapkan kecupan ringan di bibir? Dasar korban patah hati terlalu lebay. Lihat saja Nizar tidak seperti dirimu yang seperti haus perhatian. Maklumkan saja, aku ini kan korban patah hati yang ditinggal nikah.

Alvina berusaha tenang, tidak terpancing kekecewaan, lebih baik mengekori Nizar di belakangnya. Pria itu juga tidak melambatkan laju jalannya. Alvina berharap Nizar menunggu, agar jalannya bisa sejajar.

Alvina dia jalan saja tidak memikirkan laju jalanmu, lalu kenapa kamu mengharapkan jalan kamu dan dia sejajar untuk masadepan? HUAAA BENTURKAN KEPALAKU SAJA SUDAH BERKHAYAL TERLALU!

"Apa saya membuat kamu takut?" Lamunan aneh Alvina kembali terhempas. Tangan Nizar melambai di depan wajahnya. "Kenapa panik? Apa saya membuat kamu tidak nyaman?" Alvina diam, mencari alasan masuk akal. Mau ditaro di mana mukanya jika Nizar tahu lamunan kurang kerjaan perihal berjalan bersamanya di masa depan. Alvina yakin ia kurang asupan apel beberapa hari ini. Semua tampak tak sehat.

"Nggak, aku hanya tak percaya beberapa hari lagi akan pergi dari negara asri ini." Ucapnya kikuk. Sudah pandai merangkai kata yah Alvina.

"Tapikan Melbourne menyambut." ucapan Nizar terdengar datar, tapi..

"Eh.." Alvina merasa itu sebagai ajakan terselubung yang bersifat memaksa. Anehnya ia merasa tak kesal.

Melbourne aku dataaaaang...

***

"Jadi gimana yah?" Alvina duduk di dalam mini bus. Jika kemarin dia menolak ikut pergi, kali ini dia tidak akan menolak acara jalan-jalan yang bisa dibilang akan berakhir. Walaupun pergi sendiri tanpa pendamping.

Ya, mendadak Nizar tidak bisa ikut karena sedang janji pertemuan dengan seseorang. Alvina yang sudah terlanjur duduk di mini bus mau tak mau bereaksi santai. Tidak mungkin ia batal mendadak. Ketahuan genitnya nanti.

Sejak awal ia pergi kan tanpa pendamping. Kenapa sekarang malah membebani Nizar?

Saya tidak bisa ikut karena ada urusan pekerjaan. Doakan saya dan segera akan saya urus destinasi kita selanjutnya. Kabari orang tua kamu, jangan membuat mereka khawatir.

Itu ucapan Nizar saat melepas kepergian Alvina di dalam mini bus. Rasanya seperti mendengar petuah dari sang pendamping. Nizar mengatakan lantang di depan semua orang di dalam mini bus tanpa malu dan risih. Dasar pria aneh, seenaknya saja membuat wajah Alvina malu dan panas bak air mendidih.

Alvina hanya mengangguk menahan malu di depan semua orang, belum lagi ledekan tak henti dari semua orang. Sungguh ia bagai gadis dusun sedang terlena akan sosok pria kota. Status hubungan mereka kan masih belum jelas.

Me : Ma.. kalau aku perpanjang liburan ke Aussi mama dan papa keberatan?

Mama : tidak sayang, kami memang merindukanmu tapi kamu juga berhak menikmati hidup. Nikmatilah dengan benar, jangan di luar batas.

Alvina bisa bernafas lega, tenang karena izin orangtua itu mahapenting.

Mama : mama tau kamu sedang dekat dengan adik ipar sahabat tante kim.. jangan memberi kesan buruk yah sama keluarga dia😬

Memang berita hangat akan cepat mencair kemana-mana. Alvina tidak heran dan sepertinya ia menyukai ledekan itu. Alvina menatap jalanan di sebelah kanannya sambil terkikik sendiri. Sejak kemarin atau hari-hari sebelumnya nama Nizar selalu ada di isi kepala. Berbagai rasa sudah ia cicipi, mulai dari kesal, jengkel, bingung, tak percaya, kecewa hingga terakhir ia merasakan rasa nyaman dan tidak keberatan. Keberadaan Nizar tidak mengangggunya. Bahkan mampu menggeser Dimas di hati. Terlalu cepat mungkin tetapi siapa yang bisa mengatur perasaan selain waktu? Cepat atau lambat tetap saja waktu yang berbicara.

Kedua orangtuanya saja jatuh cinta dalam sehari, lalu kenapa dia tidak bisa? Garis keturunan sifat seperti itu melekat di hatinya.

Botol kecap 😉 : saya sudah mengurus keberangkatan kita ke melb, mudah- mudahan 3 hari lagi bisa.

Me : aku mau cari oleh2 buat keponakan kamu.

Botol kecap : iya saya juga mau cari, besok kita pergi bersama.

Me : oke sip bos Nizar.

Botol kecap : kunjungan kali ini berbeda karena saya mengajak kamu. Tapi saya tidak lama di sana mungkin dua minggu dan akan segera kembali ke malang. Kalau kamu mau lebih lama saya akan urus lagi di sana.

Membaca pesan terakhir Nizar mendadak Alvina sadar akan sesuatu. Jarak kehidupan sehari-hari mereka berbeda. Satu tujuan berlibur memang sama, tetapi kembali pada rutinitas jelas berbeda. Nizar punya kehidupan di kota lain, sedangkan dirinya memilih menetap di ibukota bersama kedua orangtuanya.

Ini belum terlalu jauh untuk mencoba menahan diri masing-masing perasaan. Sebelum rasa kecewa karena jiwa egois kembali datang. Pada akhirnya kenyataan itulah yang membuat mereka berbeda. Sama seperti kisah dirinya dengan Dimas.

Bisakah kali ini Alvina mengalah? Atau Nizar yang akan mengalah? Kenapa berfikir terlalu jauh Alvina? Pria itu bahkan belum mengutarakan perasaan hatinya, kenapa kamu merasa percaya diri sekali?

Lalu apa namanya debaran dan getaran ini? Alvina yakin ia sudah memasukan Nizar di antara hati kosongnya.

***
Tbc
Selasa, 30-11-16
Mounalizza

Continue Reading

You'll Also Like

4.1M 110K 32
(WARNING 18+ FOLLOW DULU BARU BACA) "Metta mau nenen" "Iya, Samudra" "Metta mau peluk" "Sini" "Metta mau buat anak" "Ayo" Ini cerita tentang Samudra...
1.3M 9.1K 8
[Telah diterbitkan] Seki Hara menjadi Shimizu Hara akibat kecerobohannya dalam semalam. Ia harus menjadi Nyonya Muda, istri dari Pewaris Utama klan k...
21.8K 2.9K 41
[ CERITA INI IKUT SERTA DALAM #WWC2020 ] TAMAT~ {Dimulai 21 Oktober 2020 - 8 Desember 2020} MAGIC IN CAFE Rank 🏆 #1 Contest (06/10/2021) #1 Kopi (01...
All in All By Hai You

General Fiction

30.2K 834 16
Tenica pemilik WO yang selama ini selalu profesional. Suatu hari, dia bertemu klien bernama Nuca yang membuatnya emosional. Hingga suatu momen, membu...