Sendiri dan Sepi

11.9K 1.5K 57
                                    


"Siap?" tanya Atika kepada Alvina saat ingin keluar dari kamarnya. Hari ini mereka akan pergi kembali ke tanah air. Satu minggu sudah Alvina tak bertemu Nizar, tak melihat wajah kaku dan tingkah anehnya sungguh membuat hatinya gelisah. Ada rasa kehilangan yang tak bisa ia ungkapkan dengan jelas.

Alvina tahu perasaan ini apa, tetapi mengalah demi menghindari rasa kecewa lebih baik diutamakan. Abaikan, jalan terbaik.

"Ayo pamit sama mama dan dada-ku.." Alvina berjalan lemah menuju ruang keluarga di rumah keluarga Nizar. Mereka orang-orang baik yang menerima Alvina dengan hati terbuka. Terutama sang mama, Tante Mira. Alvina sempat tak enak hati saat Tante Mira memaksanya memanggil dirinya mama juga. Ia merasa diterima tulus.

"Vina, tadi kakak sudah berbicara sama tante kamu Kim, mama dan papa kamu sepertinya sudah memberikan izin kalau kamu boleh tinggal di sini. Kamu boleh tinggal di sini kapanpun kamu mau, tawaran kerja di sini juga belum kamu tolak bukan?" jelas Rezky kepada Alvina.

"Iya Vina aku senang sekali kalo kamu mau tinggal di sini, kerjasama membuka restoran Indonesia dengan kita sepertinya peluang bagus. Kamu punya kemampuan mengurus dan aku juga jadi punya teman. Kamu sudah aku anggap adik aku sendiri, yah karena adik laki-laki aku memilih tinggal berjauhan dengan kita. Nggak masalah kalau kamu menggantikan posisinya. Biarkan sajalah Nizar mau tetap menetap di Malang. Mudah-mudahan nggak kesepian di sana. Karena..." belum sempat Muna melanjutkan, Rezky menepuk lengan istrinya pelan. Melihat reaksi Alvina langsung menunduk saat nama Nizar disebut, siapapun tahu ada raut kecewa dari Alvina.

"Rumah ini selalu terbuka untuk kamu." Muna memeluk Alvina. Ia tahu jika berbicara lagi dipastikan sang suami akan mengacaukan.

"Kamu dipanggil mama di kamarnya." Alvina mengangguk dan berjalan ke arah kamar Tante Mira sendiri. Keberadaan Tante Mira bisa dibilang pengganti sang mama di negara ini. Kelembutan dan kasih sayang dapat dengan mudahnya ia dapatkan.

"Masuk sayang." sapa Tante Mira yang sengaja tidak menutup pintu kamarnya. Wanita tua itu sedang duduk di tempat tidur sambil memegang sebuah kotak kecil.

"Ini buat kamu." kotak itu langsung diberikan ke tangan Alvina. Pandangan Tante Mira tertuju pada kotak itu, meminta Alvina membukanya.

"Itu buat kamu." Alvina merasa tak percaya saat ia membuka kotak itu. Ada dua cincin unik yang berbeda dari kebanyakan cincin dibuat. Dua cincin dengan ukiran berbentuk apel sangat menarik bagi Alvina. Kemilau berlian di setiap pahatan membuat cincin itu tampak istimewa. Alvina memang menyukai buah apel dibandingkan dengan buah-buah yang lain. Dan cincin ini sungguh mencerminkan dirinya.

"Ini bagus sekali tante. Indah.." Alvina melihat lebih teliti keunikan cincin. Memandang dari dekat dua cincin itu dengan dua warna yang berbeda. Apel merah dengan ukiran berbeda, seolah sepasang tangan sedang memegang buah apel. Lalu cincin dengan bentuk apel hijau dengan taburan berlian yang bisa dipakai sebagai bandul kalung, semuanya terlihat unik. Alvina sungguh menyukainya.

 Alvina sungguh menyukainya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
My Apple Where stories live. Discover now