Bahagia dan Derita

12K 1.6K 77
                                    

"Hei botol kecap.. Aku malu tiba-tiba ikut dengan kamu." keluh Alvina di belakang Nizar. Mereka sudah sampai di depan kediaman keluarga Nizar. Alvina tidak tahu ini di daerah apa, yang jelas ia sudah seperti seorang wanita yang sedang mengunjungi rumah ibu mertua.

"Jangan malu, kamu ditunggu Tika keponakan saya." ujar Nizar tenang, Alvina menggerutu lucu. Bermaksud meminta ditenangkan lebih dalam kenapa malah sesantai itu. Dan tadi alasannya apa? Karena keponakannya? Padahal yang dikhawatirkan Alvina bertemu ibu dan kakak si botol kecap itu.

Alvina benar-benar demam panggung, bayangkan ia berada di negara asing tanpa keluarga yang menemani dan mempercayakan hidupnya kepada Nizar. Sekali lagi Alvina terlalu berkhayal.

Mengenai Nizar, semenjak duduk di pesawat sampai menapakkan kaki di negeri kangguru, pria itu seperti puasa bicara. Apa memang pita suaranya sudah kandas tertinggal di Selandia Baru? Alvina tak tahu, yang jelas cukup menjengkelkan. Sejak pagi hanya diam tanpa pergerakan yang berarti. Alvina benar-benar bosan. Sekalian saja dia ikut kontes mannequin challenge yang sedang menjamur di seluruh dunia. Apa Nizar menyesal yah mengajak Alvina? Tapi sejak tiga hari yang lalu Nizar yang sangat antusias.

Atau dia sedang dilanda gugup akan memperkenalkan Alvina kepada keluarganya? Memangnya siapa dirimu? Hanya seorang wanita yang ditunggu keponakannya si Nizar.

"Tunggu.." Alvina ikut berhenti mendadak. Nizar berbalik dan menatapnya serius. Memangnya kapan si botol kecap ini santai? "A-apa?"

"Saya punya kakak perempuan yang antik."

Apa bedanya sama kamu?

"Maksud saya intensitas dia bersuara sangat jauh di atas rata-rata." Alvina mengangguk saja. Ia menatap wajah Nizar, sejak tadi dia sulit mengambil kesempatan menatap wajah kaku itu.

"Ayo kita masuk." Nizar kembali berbalik mendahului Alvina.

"Liburan Alvina..." Ucapnya menghibur diri. Biarkan sajalah si pria itu. Mungkin ia yang terlalu gede rasa, tapi kan ia sempat dicium Nizar, dipeluk dan disayang..

Alvinaa kau benar-benar korban php..

"Apa saya membuat kamu tidak nyaman?" Dan selalu seperti ini. Nizar akan bertanya ia nyaman atau tidak. Alvina merasa kehilangan keaslian sifat Nizar sebenarnya. Paksaan Nizar dan sikap ketus tapi seolah sayang sebenarnya yang ia mau. Bukan seperti sekarang, menjaga jarak dan selalu memutus kontak mata. Ingin rasanya Alvina mencolok mata Nizar.

"Kenapa sih kamu selalu berkata itu?"

"Yah saya takut saja akan membuat kamu risih."

"Ah sudahlah ayo kita bertemu keluarga kamu." Alvina tanpa permisi menarik jemari tangan kanan Nizar. Seketika ia menoleh ke sumber objek yang ia sentuh.

"Tangan kamu dingin banget.." Teriak
Alvina tak percaya. Nizar terlihat serba salah. Ia memalingkan wajahnya dan melepas genggaman.

"Kamu sakit?" Nizar dengan cepat menggeleng. "Terus kenapa?" cecar Alvina, Nizar berniat tak menjawab tetapi Alvina menahan Nizar. Untuk urusan memaksa ternyata Alvina juga mempunyai bakat. Apalagi kalau ia sudah mendekatkan wajahnya agar berhadapan dengan wajah Nizar. Bagai hakim yang sedang memberikan vonis, mau tak mau Nizar luluh. Kelemahan Nizar adalah menatap wajah Alvina.

My Apple Where stories live. Discover now