Berdebar dan Bergetar

11.8K 1.5K 86
                                    

Terkadang senyum itu muncul secara tak disengaja. Tidak bisa dijelaskan, mengalir begitu saja di hati yang sedang tenang atau bahkan bimbang. Semua mengalir tanpa terasa. Hal itu yang sedang terjadi pada diri Alvina.

Terbangun dengan raut bahagia tanpa bisa dijelaskan. Mimpi indahkah semalam? Alvina tak tahu, yang ia ingat semalam sebelum tidur ia berciuman dengan seorang pria. Pria kaku tanpa senyum. Alvina bahkan yang memprakasai ide ciuman itu. Nekat memang, tetapi itulah kemauan hatinya.

Terucap memang alasannya agar segala permasalahan antara dirinya dan Nizar selesai. Nizar penasaran dengan bibirnya dan Alvina seperti tertantang, tetapi sebenarnya alasan Alvina tidak hanya itu. Jauh di lubuk hatinya ia sedang melakukan investigasi hati.

Alvina bahasamu!

Alvina sedang meyakinkan dirinya. Yakin jika ia sudah berhasil melangkah. Move on dengan berlibur dan bertemu pria aneh itu sungguh berhasil. Diakui Alvina setelah tahu si mantan tunangannya menikah, tak disangka ia langsung lupa akan kisah masa lalunya. Memang hari itu ia kecewa dan meluapkannya dengan nekat menenggak wine, tetapi saat pagi menyambut, Alvina terbangun dengan perasaan baru. Efek mabuknya terasa menyenangkan dan semudah itu ia lupa akan keberadaan Dimas.

Ternyata di balik semua itu ada sosok Nizar yang diam-diam ikut andil.

Sejak saat itu Alvina nyaman dengan status barunya, bercengkrama dengan keanehan Nizar yang tak terlalu menyusahkan. Well mungkin saat berhadapan dengan Nizar ia melakukan sebaliknya, tetapi namanya wanita tetap saja sama. Lain di mulut, lain di hati. Malu-malu kucing padahal maunya singa jantan menerjang.

Alvina lagi-lagi tersenyum. Menutup wajahnya di dalam selimut. Untuk apa malu saat ini? Jelas-jelas dia sendiri di dalam kamar. Alvina lalu melirik arah pintu kamar. Di mana kenyataan setelah di depan pintu itu ada pintu lagi yang di dalamnya ada seorang pria yang semalam baru saja menempelkan bibirnya di bibir Alvina.

Ah Alvina semakin bergerak tak jelas di ranjang. Berguling ke sana ke mari mengingat semalam. Apalagi mengingat kebodohannya yang sempat mabuk dan menerobos masuk ke kamar seorang pria yang tak terlalu dikenalnya. Kebodohan bertameng nekat.

Apakata dunia? Gadis asing seenaknya masuk kamar pria asing, tapi sudah meningkat kadar perkenalannya. Selain itu mereka kan sudah berciuman. Bahkan kalau diingat-ingat lagi, pria itu juga sudah meremas...

Ah lupakan Alvina! Bukankah kamu sudah menerima permintaan maafnya. Dia melakukan itu tanpa sengaja. Sejauh ini kamupun baik-baik saja. Jadikan kenangan unik, ceritakan kepada anak-anakmu kelak tentang kelakukan bapaknya..

Whaaat...?

Seketika Alvina langsung duduk di tengah ranjang. Menilai pemikiran yang baru saja terlintas di hati. Dia baru saja mengkhayal sosok Nizar menjadi ayah dari anak-anaknya? Yang benar saja..

Apa Jakarta akan turun salju?

"Gara-gara botol kecap nih.." Ucap Alvina sambil berdiri. Siraman air dingin dirasa cocok untuk kepalanya. Wabah ini sangat aneh.

"Nanti kalau ketemu pas sarapan gimana yah?" Alvina sudah selesai mandi dan sudah sangat rapi di depan kaca. Berdandan cantik agar enak dipandang. Kenapa rasanya aneh yah? Biasanya Alvina akan santai melenggang keluar kamar untuk sarapan. Tetapi sekarang rasanya kikuk. Beberapa hari melakukan aktivitas yang sama dengan Nizar membuat ia tahu jadwal keduanya berpapasan. Dia takut bertatap muka dengan Nizar di depan pintu kamar.

"Baiklah, biasa saja Vina.." Alvina berjalan ke arah pintu keluar dengan gugup. "Tapi kalau dia tiba-tiba memaksa berciuman gimana?" Alvina menggeleng, kenapa daya khayalnya terlalu berlebihan. Bukan berlebihan sih, lebih tepatnya berharap.

My Apple Where stories live. Discover now