Panik dan Terlena

12K 1.6K 120
                                    

"Boleh saya cium kamu?" Kalimat itu benar nyata diucapkan oleh Nizar. Tidak ada  niat bercanda sepertinya. Batin Alvina menduga-duga, tapi memangnya  Nizar pernah bersenda gurau dengannya? Never.. Dia selalu berucap sesuai isi hati.

Jadi besar kemungkinan Nizar memang baru saja mengucapkan kalimat permintaan sedikit kurang sopan. Ah Alvina kau banyak berfikir. Ayo jawablah permintaan itu! Diizinkan atau tidak! Harus dipertimbangkan dulu.

Keuntungan dicium Nizar kira-kira apa? Kerugiannya pun juga harus dipikirkan matang-matang. Tapi seperti apa rasanya yah? Ciuman Dimas sungguh lembut dan membuat hati melayang. Yah walaupun gaya pacaran kami tergolong sopan, tapi ada disaat-saat tertentu ciuman menjadi hadiah manis di tengah jalinan asmara.

Sedangkan dengan Nizar? Siapa dia? Enak saja mengajak aku berciuman.

"Hmmm... mmppt.." belum sempat Alvina menjelaskan isi hati, bibir Nizar sudah tak kuasa menahan rasa penasaran itu. Melumat dengan cara amatir tergesa-gesa. Kedua tangannya seenaknya merengkuh tubuh Alvina di dalam pelukan. Nizar bukan melumat lagi tetapi seperti menghisap. Alvina secepat kilat tersadar dan berusaha melepaskan pertautan aneh ini.

"Kamu mencium atau kehausan?" bentak Alvina tak percaya. Ia berusaha melepas pelukan, namun Nizar seperti tak takut. Ia benar-benar tak bisa menahan rasa penasaran akan bibir Alvina.

"Saya penasaran sama bibir kamu." sebenarnya Alvina ingin marah, tetapi mendengar nama panggilannya mulai berubah dari anda menjadi kamu membuat pikirannya terlena. Apakah Nizar sudah mengajak dirinya ke langkah pertemanan selanjutnya?

Ah miring sekali pemikiranmu Alvina. Kamu baru saja dilecehkan.

"Tapi aku belum kasih kamu izin!"

"Kamu kelamaan. Saya tak sabar." Alvina tak percaya, semudah itu Nizar menjawab pertanyaan. Sungguh ia belum pernah bertemu makhluk langka seperti ini.

Uniknya Alvina tidak merasa dilecehkan atas perlakuan Nizar. Sebelumnya pria ini sudah meminta izin bukan? Jadi ini hanyalah masalah waktu yang tak bisa diselaraskan. Tapi tetap saja dia kurang ajar seenaknya menghisap kamu Alvina. Batin Alvina bergejolak berusaha marah atas ketidaksopanan Nizar tetapi sebagian hati kecilnya menolak. Diakui Alvina ia sedikit menikmati hisapan unik itu.

Tenggelamkan aku ke dasar danau Tekapo. Kenapa menikmati aksi tak jelas bibir si botol kecap.

"Lepaskan!" cicit Alvina, ia bingung mau bereaksi apa. Nizar menggeleng dan sekuat tenaga Alvina mendorong tubuh Nizar, secepat kilat ia berlari menjauh dari Nizar.

Menjauh dari pandangan Nizar adalah solusi terkini. Dia malu jika Nizar melihat wajah merah dan gugup karena  aksi saling tempel menempel bibir.

Alvina berhenti sejenak saat sudah memasuki mini bus. Apa yang harus ia lakukan jika bertemu kembali dengan Nizar? Malu akan bayangan bibir Nizar masih belum bisa ia kendalikan. Terlebih rasa bibirnya masih membekas. Pastinya, Nizar seperti menghisap. Dasar lintah.

"Hhh hhh." Alvina berjalan ke arah paling belakang. Ia mau duduk tenang di sana.

"Mau kemana? Saya belum selesai mencium kamu." Alvina tak menduga Nizar mengejarnya dan seenaknya mencengkram lengannya. Tidak keras tetapi penuh kekuatan. Dan apa tadi dia bilang? Belum selesai mencium? Tidak sadarkah di dalam mini bus ini ada manusia selain mereka berdua?

"Waduh bos kita nggak mau membuang waktu ternyata."

"Dek Vina terima saja bos Nizar ini pria mapan yang sangat sukses, sayang anak saya semua laki-laki."

My Apple Where stories live. Discover now