Berani dan Nekat

11.4K 1.6K 80
                                    

"Itu.. Itu.."

"Itu apa?"

"Jaket itu kamu lepaskan saat kamu datang ke kamarku dalam keadaan mabuk." ucap Nizar memalingkan wajah. Sejak tadi ia sudah memutuskan untuk bertahan tidak menatap langsung wajah Alvina. Ini lebih baik jika pada akhirnya Alvina memang tidak mau didekati. Bukankah Alvina bilang dia pria aneh yang tak tahu cara merayu wanita?

Alvina bilang apakah ia diajarkan oleh ayahnya..

Ya Nizar tak pernah tahu bagaimana interaksi normal antaraanak dan figur ayah. Ia tak bisa memberikan contoh karena sosok ayahnya sudah lama tak ada di sekitarnya. Nizar bahkan lupa seperti apa rasanya.

"Mabuk?"

Alvina tetap mendekati Nizar. Berdiri di hadapannya. "Ap-apa benar waktu itu aku mabuk dan datang ke kamar kamu?" tanya Alvina gugup. Nizar mundur dan berjalan ke arah jendela. Sungguh ia tak mau dihadapkan situasi seperti ini.

Gejolak hatinya sedang bergerak tak karuan dan Alvina ada di sekitarnya. Bisa saja mulut pedasnya menyambar Alvina. Bisa juga ucapan kaku terlontar begitu saja, ia tidak mau Alvina semakin tak suka dengannya. Cukup diam dan menjauh. Sekali lagi, bukankah Alvina memintanya menjauh?

"Iya, ambil jaket itu dan pergilah ke kamar kamu. Ini sudah malam, saya mau tidur." Nizar berharap Alvina marah dan membanting pintu meninggalkan kamar, tetapi sayang dugaannya salah. Alvina mendekati Nizar kembali, berdiri di sampingnya sambil menepuk lengan Nizar.

"Kalau di mimpi aku datang ke kamar kamu, berbicara tentang keadaan kamar lalu membuka jaket ini dan segera berhambur ke tempat tidur. Benar itu?" selidik Alvina sambil terus berusaha mengingat, anehnya kilasan mimpi-mimpi itu terekam dengan mudahnya. Seaakan saat ini memori di isi kepalanya bisa merekam reka ulang mimpi.

Alvina ingat Nizar di dalam mimpinya berpakaian sama seperti sekarang. Putih dan terlihat pantas. Alvina menyukai penampilan Nizar yang ini. Bersahabat.

"Benar tidak?" tanya Alvina tak sabar. Nizar mengangguk tetap memalingkan wajah. Dasar gadis ini, tidak tahukah Nizar sedang menahan segala rasa.

"Lalu aku bergerak tak jelas..Di ran-jang..." Ucapnya menggeleng tak percaya. Nizar merasa malas mengingat aksi menggemaskan Alvina saat itu. Ia harus bisa menahan diri. Ingat Alvina minta kamu menjauhinya!

"Terus kamu meminta aku balik ke kamar tapi aku seperti gadis sinting menggeleng untuk tetap di kamar.." Alvina sangat malu jika itu benar.

"Hei benar tidak?!" Lagi-lagi Alvina menepuk lengan Nizar meminta kepastian. Nizar menggeser tubuhnya sambil mengangguk. "Iya..." ucapnya pelan.

"Jadi benar?" ucap Alvina panik, malu dan segala rasa menjadi satu. Ia mengetuk kepalanya berkali-kali. Terlebih saat mengingat dengan sabarnya Nizar menuntun dirinya ke kamar dan membantu dirinya tidur di ranjang. Membukakan sepatu..

"Kamu juga bantu aku melepas sepatu?" yakin Alvina.

Nizar menatap jendela. "Lebih tepatnya merengek minta dilepaskan." Alvina semakin menggeleng. Dan satu tindakan Nizar dalam mimpinya yang selalu ia ingat adalah..

"Kamu mengusap kepala aku juga kan yah?" Alvina menarik lengan Nizar agar mereka saling bertatapan.

"Jawab itu benar atau tidak?" Nizar mengangguk tetapi ia malas bertatapan dengan Alvina.

My Apple Where stories live. Discover now