My Apple

By mounalizza

337K 27.7K 1.6K

"Apel itu identik dengan warna merah. Nggak ada ceritanya warna hijau." "Tapi kenyataannya ada apel be... More

Perpisahan dan Pertemuan.
Aku dan Apel Hijau.
Aku dan Apel Merah.
Liburan dan Kesialan
Ambisi dan Khayalan
Kecewa dan Pelampiasan
Sedih dan Pasrah
Malu dan Resah
Ragu dan Takut
Lemah dan Kuat
Berani dan Nekat
Berdebar dan Bergetar
Bahagia dan Derita
Pulang dan Pergi
Sendiri dan Sepi

Panik dan Terlena

12K 1.6K 120
By mounalizza

"Boleh saya cium kamu?" Kalimat itu benar nyata diucapkan oleh Nizar. Tidak ada  niat bercanda sepertinya. Batin Alvina menduga-duga, tapi memangnya  Nizar pernah bersenda gurau dengannya? Never.. Dia selalu berucap sesuai isi hati.

Jadi besar kemungkinan Nizar memang baru saja mengucapkan kalimat permintaan sedikit kurang sopan. Ah Alvina kau banyak berfikir. Ayo jawablah permintaan itu! Diizinkan atau tidak! Harus dipertimbangkan dulu.

Keuntungan dicium Nizar kira-kira apa? Kerugiannya pun juga harus dipikirkan matang-matang. Tapi seperti apa rasanya yah? Ciuman Dimas sungguh lembut dan membuat hati melayang. Yah walaupun gaya pacaran kami tergolong sopan, tapi ada disaat-saat tertentu ciuman menjadi hadiah manis di tengah jalinan asmara.

Sedangkan dengan Nizar? Siapa dia? Enak saja mengajak aku berciuman.

"Hmmm... mmppt.." belum sempat Alvina menjelaskan isi hati, bibir Nizar sudah tak kuasa menahan rasa penasaran itu. Melumat dengan cara amatir tergesa-gesa. Kedua tangannya seenaknya merengkuh tubuh Alvina di dalam pelukan. Nizar bukan melumat lagi tetapi seperti menghisap. Alvina secepat kilat tersadar dan berusaha melepaskan pertautan aneh ini.

"Kamu mencium atau kehausan?" bentak Alvina tak percaya. Ia berusaha melepas pelukan, namun Nizar seperti tak takut. Ia benar-benar tak bisa menahan rasa penasaran akan bibir Alvina.

"Saya penasaran sama bibir kamu." sebenarnya Alvina ingin marah, tetapi mendengar nama panggilannya mulai berubah dari anda menjadi kamu membuat pikirannya terlena. Apakah Nizar sudah mengajak dirinya ke langkah pertemanan selanjutnya?

Ah miring sekali pemikiranmu Alvina. Kamu baru saja dilecehkan.

"Tapi aku belum kasih kamu izin!"

"Kamu kelamaan. Saya tak sabar." Alvina tak percaya, semudah itu Nizar menjawab pertanyaan. Sungguh ia belum pernah bertemu makhluk langka seperti ini.

Uniknya Alvina tidak merasa dilecehkan atas perlakuan Nizar. Sebelumnya pria ini sudah meminta izin bukan? Jadi ini hanyalah masalah waktu yang tak bisa diselaraskan. Tapi tetap saja dia kurang ajar seenaknya menghisap kamu Alvina. Batin Alvina bergejolak berusaha marah atas ketidaksopanan Nizar tetapi sebagian hati kecilnya menolak. Diakui Alvina ia sedikit menikmati hisapan unik itu.

Tenggelamkan aku ke dasar danau Tekapo. Kenapa menikmati aksi tak jelas bibir si botol kecap.

"Lepaskan!" cicit Alvina, ia bingung mau bereaksi apa. Nizar menggeleng dan sekuat tenaga Alvina mendorong tubuh Nizar, secepat kilat ia berlari menjauh dari Nizar.

Menjauh dari pandangan Nizar adalah solusi terkini. Dia malu jika Nizar melihat wajah merah dan gugup karena  aksi saling tempel menempel bibir.

Alvina berhenti sejenak saat sudah memasuki mini bus. Apa yang harus ia lakukan jika bertemu kembali dengan Nizar? Malu akan bayangan bibir Nizar masih belum bisa ia kendalikan. Terlebih rasa bibirnya masih membekas. Pastinya, Nizar seperti menghisap. Dasar lintah.

"Hhh hhh." Alvina berjalan ke arah paling belakang. Ia mau duduk tenang di sana.

"Mau kemana? Saya belum selesai mencium kamu." Alvina tak menduga Nizar mengejarnya dan seenaknya mencengkram lengannya. Tidak keras tetapi penuh kekuatan. Dan apa tadi dia bilang? Belum selesai mencium? Tidak sadarkah di dalam mini bus ini ada manusia selain mereka berdua?

"Waduh bos kita nggak mau membuang waktu ternyata."

"Dek Vina terima saja bos Nizar ini pria mapan yang sangat sukses, sayang anak saya semua laki-laki."

"Iya bos Nizar calon menantu idaman."

"Lupakan kegagalan dan bahagia bersama Nizar di masa depan."

"Wah jadi kalian sudah berciuman?"

Ini memalukan. Alvina merutuki kelalaian Nizar dalam melihat situasi dan kondisi.

"Cuma sebentar bu, dia keburu kabur." Alvina menatap garang wajah datar Nizar. Bisa-bisanya mengucapkan hal pribadi ini dengan santai kepada khalayak ramai. Masalah durasi ciuman mereka lagi. Oh ralat, bukan ciuman berdua, kenyataannya Nizar menghisap bibirnya sesuka hati. Alvina tidak membalas.

"Permisi semua.. Ayo ikut aku.." wajah Alvina sudah merah menahan malu teramat sangat. Ia menyeret tangan Nizar untuk segera turun dari mini bus.

"Yang lembut bos ciumnya. Pasti nagih."

"Ah jadi ingat masa-masa awal pernikahan."

Alvina berusaha tak mendengar ledekan di dalam mini bus. Bertambah lagi rasa malunya selain dicium Nizar tanpa izin. Sungguh masalah hidupnya penuh warna. Semua karena pria aneh berkostum jas hitam.

"Maksud kamu apa sih? Mau mempermalukan aku di depan orang banyak?" ketus Alvina setelah mereka turun dan berada di bawah pohon rindang. Suasana cukup sepi.

"Saya hanya meminta kamu untuk tenang. Saya belum tuntas untuk mencium kamu." Alvina semakin melebarkan matanya. Manusia langka ini benar-benar tahu tidak sih batasan meminta sesuatu kepada seseorang?

"Siapa kamu? Status kamu apa di hidup aku?" Teriak Alvina tak tahan. Ia harus melupakan kekesalannya terhadap tingkah Nizar yang tak masuk akal. Baiklah ia sudah sedikit memaafkan aksi serobot Nizar mencicipi bibirnya, tetapi memberitahukan mereka berciuman di depan semua orang adalah suatu kesalahan.

Mau ditaro di mana muka Alvina sekarang? Mentang-mentang sedang patah hati, tidak seharusnya bertingkah di luar batas.

Alvina masih mengatur deru nafasnya, dan untuk kedua kalinya tangan nakal Nizar merengkuh pinggang Alvina dan satu tangannya lagi mengangkat dagu Alvina agar searah dengan wajah Nizar.

Cup..

Nizar menempelkan bibirnya ke bibir Alvina. Pelan, lembut dan penuh kehati-hatian ia mulai melumat. Menikmati setiap detik bergulir, menjelajah setiap rasa di dalam bibir Alvina. Situasi ini terasa intim dan Nizar seperti melayang. Sungguh jika tahu rasa berciuman seperti ini ia mau setiap jam bahkan setiap menghela nafas mencium Alvina.

Plak...

Tamparan keras sangat terasa di pipi kanannya. Alvina baru saja menampar lalu mendorong tubuh Nizar.

"Kamu.." Suara Alvina bergertar bahkan air mata Alvina keluar dengan sendirinya.

"Kamu kira aku wanita murahan yang bisa kamu cium seenaknya hanya karena kamu penasaran?" teriak Alvina tak terima.

"Kemarin kamu sempat menatap dada aku dengan kurang ajar, sekarang kamu seenaknya cium aku. Lalu besok apa lagi? Aku bukan perempuan murahan. Jangan kamu pikir karena sedang patah hati aku berubah menjadi gampangan." setelah mengatakan itu Alvina berlari sambil terisak meninggalkan Nizar yang masih diam seribu bahasa. Sepanjang Alvina marah hanya satu pandangan mata yang ia tuju.

Bibir Alvina yang sangat manis. Ia menyukainya.

***

"Mau apa lagi?" ketus Alvina saat Nizar menghampirinya di dalam kendaraan. Sudah satu jam mini bus berjalan dan baru sekarang Nizar berani mendekati Alvina. Saat Nizar masuk ke dalam mini bus Alvina duduk di tempat paling belakang dan lebih memilih menyendiri. Nizar membiarkan dulu hati Alvina tenang. Ia butuh waktu yang pas. Dan satu jam setelahnya dirasa cukup bagi Nizar.

"Saya mau minta maaf." Nizar tak perlu meminta izin untuk duduk di samping Alvina.

"Saya tidak menyesal mencium kamu." Alvina memalingkan wajahnya. Ia tahu itu kejujuran. Dasar pria aneh.

"Bahkan saya mau lagi." Alvina menggeram dan menatap garang Nizar.

"Tapi saya sadar kalau itu dilarang." jelas Nizar buru-buru. "Kita tidak punya status yang membolehkan bibir saya menempel di bibir kamu."

"Jangan bertele-tele kalau menjelaskan." ketus Alvina. Nizar mengangguk. "Iya saya minta maaf lagi."

"Maunya apa sih kamu!?" Alvina benar-benar sulit melacak kemana arah pembicaraan Nizar. Minta maaf tetapi tak merasa bersalah. Terlihat palsu dan formalitas semata.

"Saya mau minta maaf jika tindakan saya menyinggung perasaan kamu. Saya tidak bermaksud melecehkan. Sungguh..." Belum sempat Nizar menjelaskan, tangan Alvina memberikan intruksi untuk tidak melanjutkan.

"Aku nggak mau dengar. Capek." Alvina memberika jarak kepada Nizar di sampingnya. Ia menempel ke arah kaca. Memperhatikan pemandangan jalanan, cukup membuat perasaannya tenang. Berusaha melupakan kilasan-kilasan bibir Nizar yang telah mencicipi bibirnya.

Nizar sendiri seolah sadar akan kesalahannya mau tak mau menuruti perintah Alvina. Tadi, benar-benar di luar batasnya bertingkah. Semua di luar kendalinya menguasai rasa. Berada dekat dengan Alvina memang membuat rasa baru yang belum pernah Nizar rasakan.

Ya, dekat dengan Alvina membuat ia bergairah. Tidak secara fisik semata, tetapi secara psikis ia merasakan luapan gairah yang begitu indah. Alvina membuka hatinya dengan cara sederhana. Senyuman indah milih Alvina mengajak Nizar mencoba menyelami dengan sukarela. Dan itu patut diperjuangkan.

Ya, akhirnya Nizar merasa Alvina kandidat utama untuk didekati. Suka tidak suka, ia harus berusaha. Sayangnya ia terlalu tergesa-gesa. Seolah waktu akan pergi secepat kilat.

Lama Nizar berdiam diri di samping Alvina tanpa pergerakan apa-apa, sepertinya Alvina benar-benar lelah. Nizar tahu Alvina tertidur,membuat tubuhnya juga ikut merasakan lelah. Tidak heran seharian ini mereka cukup banyak beraktivitas dengan alam, hingga suatu gerakan ia rasakan dari Alvina.

Sayup-sayup ia melirik tubuh Alvina terhuyung menempel ke tubuhnya. Jika di awal pertemuan ia protes merasa terganggu, kali ini tidak. Nizar bahkan tersenyum menatap Alvina yang sedang memejamkan mata. Secara sadar ia merengkuh tubuh Alvina agar lebih mudah ia peluk. Merapikan posisi tangan, mendorong kepala Alvina agar nyaman berbantalkan dadanya. Alvinapun menyambut. Membalas pelukan Nizar tanpa sadar.

"Seperti inikah mempunyai pasangan kekasih? Lalu seperti apa rasanya menikah dan memiliki pasangan hidup?" Nizar bertanya dalam hati sambil ikut memejamkan mata. Tersenyum dalam lelapnya. Tak perduli pandangan beberapa mata di dalam mini bus akan kelakukan dua anak manusia ini. Semua terasa sederhana saat bersatu bersama.

"Serasi yah mereka. Ayo pa foto moment romantis ini."

***
Tbc
Jumat, 25-11-16
Mounalizza

Continue Reading

You'll Also Like

287K 16.8K 50
Apa pernah kalian menjadi nomor dua? No, kita tidak membicarakan nomor dua pada lomba lari atau peringkat di kelas. Tetapi nomor dua di hati seseoran...
87.1K 6.9K 24
Saat selesai memberi makan seekor kucing dipinggir jalan,Gavin tertabrak motor sehingga para warga membawanya kerumah sakit. saat terbangun,dia dibua...
Home By nleera

Fanfiction

1.2K 228 10
Di saat dia harus pulang, ternyata 'rumahnya' menghilang dari peta..
21.8K 2.9K 41
[ CERITA INI IKUT SERTA DALAM #WWC2020 ] TAMAT~ {Dimulai 21 Oktober 2020 - 8 Desember 2020} MAGIC IN CAFE Rank 🏆 #1 Contest (06/10/2021) #1 Kopi (01...