Kakak • lrh

By ohsnapitshood

2K 490 164

"Kakak?" "Kakak kenapa harus pergi jauh?" "Kalo kakak pergi jauh, aku mau ikut, mau sama kakak... Kakak disin... More

Special thanks!
Kaka
Luke
Kaka
Luke
Kaka
Luke
Luke
Kaka
Luke
Kaka
Luke
Luke
Kaka
Luke
Kaka
Luke
Kaka
Luke
Kaka
Luke
Kaka
Kaka🍒
Luke
Kaka-kakak🍒
Kaka
Luke
Jack
Jack
Ben
Kaka
Luke
Luke
Jack
Ben
Jack
Kaka
Calum
Calum
Calum
Kaka
Kaka
Luke
Luke
Jack
Kaka
Jack
Luke
Kaka
Calum
Jack
Jack
Calum
Jack
Calum

Kaka

74 14 21
By ohsnapitshood

Beberapa hal yang aku dapati ketika aku bangun tidur: hidung mampet, kepala sakit, dan laper.

Tapi, hal paling terakhir yang kusebut sepertinya nggak begitu terasa.

Aku menatap sekitar, dan cukup kaget ketika menemukan kak Luke yang masih berada dalam kamar, padahal matahari udah muncul. Biasanya, pagi buta pasti udah bangunin aku juga.

"Eh, udah bangun." senyumnya. "Gimana rasanya, Ka?"

Aku mengedikkan bahu.
"Kakak kenapa nggak kuliah?"

"Yakali gue kuliah lo gue tinggalin sendirian" gelengnya, kali ini menghampiriku, meraba dahi serta pipiku.

"Kok belum turun juga, ya..." gumamnya. Entah apa yang belum turun, mungkin kucing yang suka gradak gruduk di atas genteng kamar dia.

"Pusing nggak, Ka?" Tanyanya, yang kuangguki.

"Makan dulu, ya? Lo mau makan apa?" Tanyanya lagi, yang kali ini aku gelengi.

"Nggak mau, ah."

"Nggak boleh nggak mau." ujarnya, "Dikit juga nggak apa apa."

"Nggak mau, kak." Tolakku mentah mentah. Ya emang aku laper, tapi nggak mau makan. Dan nggak pernah mau, untuk sekarang.

"Spaghetti, ya? Lo paling suka itu, kan?"

Aku menggeleng.

"Yaudah, tunggu sini. Gue bikinin dulu."

Ia meloyor pergi, meninggalkanku sendiri disini.

Ih, dibilangin nggak mau!

Aku merengut, sesekali meremas selimut kak Luke karena tentu sekarang aku menggigil kedinginan. Kenapa bisa sakit, ya?

Tapi, kak Luke baik, ya...

Kalau kak Cal sama kak Mali, aku nangis malem malem pasti diusir, dibilangin suruh tidur lagi...

Kenapa kakakku nggak kak Luke aja, ya?

Aku menatap diamond no ace yang diberikan kak Michael kemarin. Ada alasan lain selain aku senang punya komik sendiri ketika aku menerimanya: karena aku ingin kak Luke ikut membacanya, dan nggak melulu belajar. Tentu aku melihat jika kak luke baru aja mimisan kemarin, dan pasti dia kecapekan.

Hari ini mau lebay ah, biar kak Luke main aja sama aku, nggak usah belajar.

Tapi beneran pusing banget, sih. Tau ah.

"Ka, nih." Ujar kak Luke sambil membuka pintu, sembari memegang satu piring kecil berisi makanan di tangannya. Nggak mau, ah.

"Bisa makan sendiri, nggak?" Tanyanya, yang kugelengi.

"Nggak mau, kakak!"

Akting dimulai, hehe.

Nggak akting sih sebenernya, emang aku beneran sakit dan beneran nggak mau makan.

"Ka, jangan rewel, ah" ia menyelipkan rambutku di telinga. "Gue suapin, ya?"

Lagi, aku menggeleng.

"Dikit aja, Ka."

"Nggak mau, kak!" Gelengku, entah untuk yang keberapa kalinya.

"Kata Calum lo suka puding es krim, kan? Kalau lo makan, nanti gue beliin itu, deh." bujuknya. "Mau, ya?"

Puding es krim, ya...

Aku mengangguk, menerima tawarannya. Lumayan kan puding es krim.

"Tapi makan dulu, dan puding es krimnya nggak sekarang." tukasnya.

Ih, katanya dibeliin?!

"Kenapa nggak sekarang?" Sungutku, yang malah membuatnya tertawa kecil.

"You're sick, baby. Udah, pokoknya gue janji, ya? Sekarang makan dulu. Gue suapin tapi lo makannya yang bener, ya?" Senyumnya, mengelus kepalaku. Sekilas, aku teringat kak cal atau kak mali yang kayaknya nggak pernah begini sama aku.

Aku adeknya siapa, ya?

"Ka? Kok bengong? Apa yang sakit?" Kak luke mengelus kepalaku, menghancurkan lamunanku tentang kak Cal atau kak Mali. Um, tapi nggak kangen mereka sih aku...

Aku menggeleng, namun kemudian bersin. Mantap.

"Udah? Apa mau bersin lagi?" Tanyanya sambil kali ini mengelus lenganku, bikin aku mau bersin lagi.

"Udah" aku menyedot ingus. "Emang kenapa kak kalau mau bersin lagi?"

"Yaudah bersin dulu gih, nanti kalo pas makan lo bersin kan gawat."

"Gawatnya kenapa?"

"Ya nanti nyembur kemana mana makanannya, Ka."

Dengan sukses, aku tertawa akibat jawabannya tersebut. Tapi tentu tawaku nggak bertahan lama, karena kepalaku kembali berdenyut. Sakit, coy.

"Gitu dong, ketawa" senyumnya tipis. "Semalem gue panik banget liat lo tiba tiba nangis bangunin gue."

"Baca doa." sahutnya, sambil menyuapkanku spaghetti yang udah digulungnya kecil kecil di garpu. Dan mau nggak mau, aku akhirnya makan juga.

"Semalem kenapa? Kok nangis?" Tanyanya, kali ini sambil menyalakan TV, memilih channel disney, yang nggak tau kenapa, padahal aku yakin dia nggak suka.

"Panas, kak." jawabku, yang emang beneran semalem aku ngerasa panas dingin plus mimpi dimarahin kak cal, makanya nangis. Iya cengeng, aku tau.

"Nanti malem mau tidur sini apa tidur sendiri lagi?"

"Tidur sini..." lirihku. "Boleh kan, kak?"

Kak luke mengangguk.
"Enak nggak makanannya?"

Aku mengangguk, padahal nggak bisa ngerasain.

"Enak apa enak?" Cibir kak luke, yang kayaknya tau aku nggak bisa ngecap apa apa sekarang.

"Enak, kok!"

"Masa?"

"Iya!"

"Itu gue tambahin tomat loh, gue jadiin  asem. Kerasa nggak?" Tanyanya, yang langsung kugelengi. Ya orang nggak kerasa apa apa, berasa makan pasir nggak ada rasanya.

"Woo, mampet." ia menjawil hidungku pelan, membuatku tertawa kecil.

"Kakak," panggilku.

"Ya?"

"Aku sayang kakak!" ujarku jujur, sambil kali ini memeluknya. Karena, yang memperlakukanku sebaik ini cuma kak luke. Bahkan mom dan dad nggak pernah begini waktu aku sakit.

"Masa?" Godanya, yang ternyata balas memelukku.

"Iya, kok."

"Sayangnya kayak apa?"

"Kayak bumi, gede!"

"Tapi bumi sama jupiter masih gedean jupiter, Ka."

"Kalau gitu kayak jupiter"

"Tapi masih ada matahari yang lebih gede, Ka."

"Kalau gitu matahari!"

"Masih ada bintang yang lebih gede, Ka."

"Pokoknya, sayang aku ke kakak lebih gede dari semuanya!" Bantahku, yang nggak mau diuji dengan ini-itu. "Karena kakaknya Kaka cuma kakak"

"Iya iya, gue tau, kok." tawanya ringan, kali ini memelukku makin erat. "Gue juga sayang lo, kok. Sayang banget."

"Tapi," kak Luke melepas pelukannya. "Kalo lo sayang sama gue, jangan bandel, ya? Jangan kayak kemarin lagi."

Aku mengangguk mantap.
"Siap, kapten Luke!"

"Good. Awas ya kalau gitu lagi" senyumnya sambil mengacak rambutku, yang kembali kuangguki. Pokoknya, kakakku bukan kak Cal atau kak Mali, tapi kak Luke.

"Kakak gimana dong?" Tanyaku, saat ingat dia hari ini nggak kuliah. Maksudku, kak Luke kan super sibuk belajarnya, pasti dia ketinggalan.

"Gimana apanya?"

"Gimana- ha..."

Bagus, mau bersin lagi, padahal lagi makan.

"Ssh, udah udah, telan dulu, jangan bersin dulu" ujar kak Luke panik, sembari mengelus punggungku, yang jujur aja nggak ngefek, karena masih pengen bersin.

"H-Ha..."

"Ssh..." kak Luke menutup hidungku, membuatnya nggak jadi bersin. "Telan dulu, baru bersin. Jangan bersin sekarang."

Nggak mau tunggu lama, aku langsung menelan spaghetti yang belum lembut dikunyah. Bodo amat, yang penting nggak bersin waktu lagi ngunyah, kan?

Bersin, dong!

Good, waktu udah ketelan, malah nggak mau bersin, tapi hidungnya makin mampet. Ini kenapa, sih?!

"Kakak, hidungnya..." rengekku, karena nggak bisa bernafas dengan normal, harus lewat mulut lantaran hidungku super duper mampet.

"Mampet, ya?" Tanya kak Luke, yang kuangguki.

"Pakai inhaler gue mau?"

Inhaler apaan?

Inhaler itu tangga jalan buat naik turunin orang itu kan? Yang pengganti lift sama tangga?

Ngapain aku naik itu?! Nggak mau, ah!

"Nggak mau, kak." gelengku. "Ngapain aku naik turun pakai begituan, kan hidungku yang mampet."

"Naik turun apaan?" Tanyanya, bingung. Padahal yang harusnya bingung kan aku.

"Inhaler."

"Hah?" Kak luke kelihatan nggak ngerti. "Naik turun apaan pakai inhaler?"

"Inhaler yang tangga jalan itu, kan?" Tanyaku balik, yang langsung membuatnya tertawa keras keras.

Nah kan, salah nih aku?

"Sok tau!" Serunya. "Itu eskalator! Inhaler yang buat hidung biar nggak mampet!"

Oh beda, ya?

"Dari kapan namanya beda?" Gumamku, makin bingung.

"Udah dari dulu namanya begitu! Elu aja ngaco!" Jawabnya, yang masih tertawa. Nyebelin ih.

"Kakak ih!" sebalku, karena ia masih tertawa. Terlebih sekarang ngetawain aku.

"Abis lo sok tau!" Ia masih tertawa, membuatku makin gondok.

"Kakak ah, nggak lucu!"

Kak Luke masih tertawa, yang akhirnya nggak tahan membuatku ikut tertawa juga.

"Kakak nggak lucu!" Tawaku, yang gagal menutup mulut rapat rapat. Kak Luke nyebelin!

"Nggak lucu tapi lo ketawa!" Kak Luke mengacak rambutku. "Tuh kan, ketawa!"

"Abis kakak garing!" Bantahku, yang tetep aja ketawa. "Nggak lucu!"

"Bocah, ah!" Tawanya lagi, kali ini menarikku ke pelukannya. "Hahaha. Udah, ah!"

"Kan kakak yang mulai!"

"Oh, iya! Hahaha!"

Kak Luke tertawa lagi. Ih, kesurupan!

"Kakak kesurupan!" Seruku bercanda. "Serem!"

"Mana mungkin!" Serunya balik, "Lo sih ngelawak!"

"Aku nggak ngomong apa apa! Kakak beneran kesurupan kali!"

Nah, bagus, sekarang aku beneran ngeri dia kesurupan.

"Jangan ngaco!" Tawanya mereda, sekarang ia kembali menggulung kecil kecil spaghetti di piring, menyuapkannya padaku.

"Tapi, makasih ya, Ka." senyumnya, entah ucapan 'makasih' nya barusan untuk apa.

"Buat apa, kak?"

"Berhasil banget bikin gue ketawa. Jempol deh buat lo." ia merapikan rambutku yang tadi diacak acaknya, setelah itu mengacungkan jempolnya padaku. Untung jempol, bukan jari tengah.

"Kakak ketawa sendiri." cibirku. "Aku nggak ngapa ngapain."

"Pertama kan lo yang mulai." katanya, "Pokoknya, makasih ya."

Aku mengangguk.
"Belakangan kakak marah marah terus, jarang ketawa. Bagus deh, kalau kakak ketawa."

Kak Luke tersenyum menanggapi omonganku, dan setelahnya langsung mencium pipiku brutal, layaknya pipiku adalah kue bantal yang kapan aja bisa digigitnya.

"Kakak, udah!" Tawaku geli. "Lepaaas! Aku bukan kue mochi!"

"Cium dulu, baru gue lepas." gelengnya, yang masih tetap dengan aksi brutalnya mencium pipiku.

"Yaudah iya! Aku cium tapi kakak stop!" Seruku, yang ternyata berhasil membuatnya berhenti menciumku. Nggak menunggu lama, aku langsung mencium pipinya. Sebelah pipinya.

"Sebelah lagi nganggur, nih?"

"Ih, kakak."

Aku mencium sebelah pipinya lagi, yang langsung membuatnya tersenyum, kemudian merangkulku.

"Gitu, dong. Masa nyium orang sebelah doang?"

"Tadi kakak juga nyium aku sebelah doang."

"Mau dicium lagi, nih?"

"Mau, tapi nggak kayak tadi."

Ia tertawa singkat, kemudian mencium sebelah pipiku lembut. Tentu, aku suka dicium, karena mom atau dad nggak pernah melakukan itu padaku. Kak cal dan kak mali? Apalagi.

"Kak, kakak gimana kuliahnya?" Tanyaku, menyambung pertanyaan yang terputus tadi lantaran bersin.

"Ya, nggak gimana gimana." gelengnya. "Emang kenapa? Kok gimana?"

"Kan kakak bolos hari ini." lirihku, entah kenapa jadi merasa bersalah udah bikin kak luke bolos.

"Nyantai, Ka." senyumnya. "Kuliah bisa kapan aja, kan? Nggak tiap hari harus kuliah."

Aku mengangguk, setuju dengan omongannya barusan.

"Kak, udah. Kenyang." Tolakku, ketika kak luke ingin kembali menyuapkan spaghetti padaku.

"Baru dikit, Ka."

Aku menggeleng, menolak dengan singkat bantahannya barusan.

"Yaudah." ia tersenyum tipis, meletakkan piring kecil tersebut di meja belajarnya, yang biasanya isinya nggak lain hanya buku pelajaran aja.

"Tidur, ya? Panas lo udah turun dikit, nih." perintahnya, yang kuangguki saja.

"Sebentar lagi, abis stuck in the middle." sahutku, yang masih memfokuskan mata pada serial disney kesukaanku. Pada tau stuck in the middle, kan? Apa? Nggak tau? Fix kalian semua tua, nggak suka buka disney.

"Ini nggak lama, kan?" Tanya kak luke, yang kigelengi.

"Sebentar lagi." Jawabku, setelah sebelumnya kembali bersin untuk yang entah keberapa kalinya.

"Dingin ya, Ka?" Tanyanya, yang kali ini langsung kuangguki. Meriang power, bikin semua yang aku rasain jadi panas dingin.

Kak luke memelukku erat, dengan posisiku di dadanya, juga selimut yang menutupi kita berdua. Dan badan kak luke dari 100%, mungkin 60% nya cuma tulang, tapi nggak tau kenapa sekarang malah jadi hangat.

"Ngantuk?" Bisiknya, yang mungkin melihat mataku yang merem-melek.

Aku menggeleng, namun ia tetap mengecilkan volume TV.

"Ssh..."

Mataku berangsur berat, ketika kak luke mulai kembali mengelus rambutku, membuat perlahan namun pasti, kesadaranku hilang.

"Tidur ya, Ka..."

"TV nya gue matiin, ya?"

"Have a nice dream, baby."

Continue Reading

You'll Also Like

144K 6K 34
ʜᴇʀ şᴇʏ ꜱᴀʟᴀᴋ ᴋᴀʀᴅᴇşɪᴍɪɴ ʏᴀʟᴀɴıʏʟᴀ ʙᴀşʟᴀᴅı... ꜱɪᴢ: ᴅᴇʟɪᴋᴀɴʟıʏꜱᴀɴ ᴋᴏɴᴜᴍ ᴀᴛᴀʀꜱıɴ!
569K 64.3K 40
çapkın bir omega olan kim taehyung, kızgınlıklarını geçirmek için gözüne alfa jeon jungkook'u kestirir
39.3K 8.3K 25
kim taehyung, intiharın eşiğindeyken jeon jungkook ile tanışır. agust d - so far away
314K 29.2K 32
Kore'nin nesillerdir düşman olan iki sürüsü; Kim'ler ve Jeon'lar aynı davete katılır. Beklemedikleri şey ise attığı yumruk ile ruh eşi oldukları orta...