THE MISSION ✔

De bitawippo

23.5K 2.5K 1.8K

This book was COMPLETED and UNEDITED (13/09/2016). Keep voting and leave your comments if you reading this bo... Mais

Prologue
Chapt. 1 ×The Tucker's Family×
Chapt. 2 ×They're Not A Terorist×
Chapt. 3 ×Georgia Tucker×
Chapt. 4 ×The Feelings×
Chapt. 5 ×Mission Day 1/The Beginning ×
Chapt. 6 ×Love is About...×
Chapt. 7 ×Weird Reason×
Chapt. 8 ×We're The Secret Agents×
Chapt. 9 ×The Sign×
Chapt. 10 ×Love?×
Chapt. 11 ×Yes, It's Love×
Chapt. 12 ×Those Daggers×
Chapt. 13 ×Stressed Out×
Chapt. 16 ×He Got Us×
Chapt. 18 ×What The Fuck?!×
Chapt. 19 ×For You×
Chapt. 23 ×Depression×
Epilogue
Announcement
Bonchapt ×Till The End×
Bonchapt ×This is Not The End×
HI GUYS!
READ!
SEQUEL POSTED

Chapt. 24 ×Still×

590 86 55
De bitawippo

Happy reading and sorry for typo(s) xx

×××

Violet's pov

Aku turun dari mobilku. Kini aku sudah berada di tempat dimana tempat ini adalah saksi bisa kematian kekasihku. Aku melihat kerumunan pria serta beberapa orang yang memakai setelan dokter bersama mereka, dengan inisiatifku aku pun melangkahkan kaki menghampiri mereka.

"Dimana Agen Styles?" tanyaku.

Mereka spontan menoleh ke arahku begitu mendengar suaraku. Dalam kerumunan ini, hanya dua orang yang aku kenal, Agen Zayn Malik dari FBI dan salah satu Agen Rahasia markasku, Agen Liam Payne.

"Agen Johansen? Astaga, apa yang kau lakukan disini?!" Zayn menghampiriku. "Kau sedang dalam masa pemulihan. Jika Agen Grey Johansen tahu kau disini, dia bisa membunuhku!" lanjutnya.

"Cepat katakan dimana Harry padaku."

"Dia sedang di dalam bersama regu pelacak. Kau tidak diperbolehkan masuk." ujar Liam.

"Masa bodoh! Aku ingin menemuinya."

Dengan begitu aku kemudian berlari memasuki gedung tua yang sudah di lintasi garis polisi tersebut.

Sesampainya diriku di dalam, aku melihat lima orang pria dengan setelan jas mereka sedang bergelut di depan layar MacBook mereka masing-masing. Dari sini aku juga dapat melihat Harry yang hanya mengenakan kemeja hitam dengan dua kancing teratas dibiarkan terbuka.

"Apa yang menurutmu penting hingga Grey harus kemari, Styles?"

Sontak suaraku barusan membuat tubuh Harry yang membelakangiku menegang.

"Aku berbicara padamu, Styles." ulangku.

Harry menoleh, dan aku dapat yakinkan bahwa manik hijau itu menangkap bayanganku saat ini, "For god sake, Vi! Kau tak seharusnya kemari!" Ia kemudian menghampiriku.

"Apa bedanya aku dengan Grey? Jika kau butuh Grey, sama saja kau membutuhkanku." tegasku.

"Tapi kau dalam masa penyembuhan! Aku tak ingin kondisimu semakin parah." balas Harry dengan raut wajah khawatirnya.

"Peduli apa kau? Aku baik-baik saja. Dan sekarang aku mau kau jelaskan apa yang penting." ucapku.

Harry mengacak-acak rambut pendeknya frustasi. Dapat aku lihat keringatnya itu membasahi dahi serta sekujur tubuhnya.

"Kau tak seharusnya tahu tentang hal ini dulu. Aku takut kondisi psikismu terganggu." terang Harry.

"Tentang apa? Niall? Aku tak mengapa jika kalian sudah menemukan jasadnya. Aku sudah menerima semua ini." balasku pasrah.

"Bukan. Ikut denganku."

Harry menarik tanganku menuju ke sebuah meja dimana posisi Ia sebelumnya berdiri. Ia kemudian menautkan kembali jemarinya pada keyboard MacBook miliknya lagi. Wajahnya kini serius sekali, urat-uratnya pun timbul. Mungkin karena Ia sendiri masih sedikit marah karena aku kemari.

Tak lama kemudian Ia memutar MacBooknya ke arahku. Kemudian Ia menekan enter. Dan sebuah data muncul pada layar di depan mataku ini.

"Sebuah keanehan terjadi, Vi. Dan ini adalah buktinya." ucapnya.

Aku menatapnya kebingungan. Seperti mengetahui maksudku, Ia kemudian mengetikkan namaku pada kolom kosong pada layar itu lagi. Sesaat kemudian sebuah data mengenai diriku muncul disana. Lengkap dengan denyut nadiku.

"Apa ini? Mengapa ada monitor denyut nadi disini?" tanyaku.

"Denyut nadi ini aku dapatkan langsung dari sensor portable yang ada di kartu identitas kita, seperti yang kau pakai saat ini, Vi." terang Harry.

Lalu Harry mengubah nama yang semula adalah namaku menjadi nama Niall. Dan hal yang paling tak bisa ku percaya kini ada di depan mataku. Layar itu menunjukkan identitas lengkap Niall beserta denyut nadi Niall. Dapat aku lihat dengan jelas, walaupun lemah, Niall masih memiliki denyut nadi. Apakah...

"Apa ini..--"

"Tak bisa dipercaya bukan? Tapi ini data yang kami peroleh 10 menit yang lalu."

Air mataku kembali menetes. Bukan karena sedih, tapi aku benar-benar bersyukur jika saja memang Niall masih hidup.

"Tapi keberadaan Niall masih belum dapat aku lacak. Hutan ini memang sangat minim sinyal. Louis sengaja memilih tempat ini agar dirinya dan komplotannya tak terdeteksi dengan mudah. Ini adalah hutan heterogen dengan daun pohonnya yang membentuk kanopi. Susah sekali, Vi. Hutan ini sangat lebat." terang Harry.

Aku mengusap air mataku, "Tapi apa kalian masih melanjutkan ini?" tanyaku.

"Tentu. Pihak FBI menggunakan cara lama dengan metode peluang. Agen Malik yang akan langsung memimpin pencarian ini pada pukul lima pagi besok." jawab Harry.

Aku menghela nafas lega. Tuhan kini kau mendengar do'aku? Terima kasih Niallku masih hidup, Tuhan.

×××

"Ini." ujar Zayn sambil memberikan segelas coklat hangat padaku.

"Thanks, Zayn." balasku sembari tersenyum dan menyeruput sedikit coklat hangat darinya.

Zayn kemudian duduk di sebelahku sambil membenarkan jaketnya. Ya, kami semua masih berada di hutan. Sekarang sudah tengah malam dan udara di sini sedikit menusuk tulang. Dingin sekali. Harry memintaku untuk beristirahat bersama anggota tim yang lain, Ia tak ingin aku terlalu lelah hingga kondisiku drop lagi. Pun Harry juga sudah menghubungi Grey perihal keberadaanku bersamanya disini. Beruntung Grey tak marah.

"Aku harap pencarian Niall akan mudah." ujar Zayn membuka pembicaraan.

Aku menoleh ke arahnya, "Semoga saja." balasku singkat.

"Kau sangat mencintainya, eh?" tanya Zayn menggodaku.

Pipiku memanas, "Aku hanya orang bodoh yang baru sadar jika sebenarnya aku mencintainya."

"Mengapa kau seyakin itu jika kau memang mencintainya?" tanya Zayn padaku.

"Apa harus apa jawab?"

"Mungkin." Zayn menaikkan alisnya.

"Ku rasa tak ada alasan untuk itu, Zayn. Jika kau mencintai seseorang maka kau memang mencintainya. Tak perlu ada alasan." timpalku.

Zayn menyunggingkan senyumannya, "Pria mesum itu beruntung memiliki kekasih sepertimu."

"Dari mana kau tahu sikap buruk Niall?"

"Come on, aku dan A.S.A.S telah lama bekerja sama, jauh sebelum kau bergabung." balas Zayn. "Niall sebenarnya pria baik. Mungkin hanya saat kekasihnya terdahulunya pergi dengan tragis, dia berubah." lanjutnya.

"Seperti apa Celine itu?" tanyaku.
"Ku kira kau mengenalnya."

"Tak terlalu. Hanya nama dan profil singkat saja. Bagaimana dengan sifatnya?" tanyaku penasaran.

"Dia gadis baik." sahut seseorang.
Aku menoleh ke arah samping dan mendapati Harry tengah berdiri sambil menyilangkan tangannya di dada.

"Celine sangat baik, perhatian, cantik, cerdas, dia gadis yang sempurna. Tak ada gadis sepertinya, Violet." ujar Harry.

Apa pria ini ingin membuatku mengamuk disini?

"Niall sangat mencintai Celine, begitu pula Celine. Mereka adalah pasangan rahasia teromantis. Celine juga sangat dermawan, dia sering sekali mengunjungi tempat-tempat terpencil hanya untuk menyalurkan bantuan. Dia juga penyayang, Celine memiliki lima puluh anak asuh di panti binaannya di daerah Manchaster, tempat tinggal ayahnya." terang Harry.

Aku terlonjak, "Anak asuh? Lalu siapa yang merawatnya selama ini?" tanyaku.

"Niall membiayai semua anak asuh Celine. Niall juga memindahkan lokasi panti ke Los Angeles, tempat kakak Celine. Tapi setelah misi ini dibuka, Niall tak lagi mengunjungi panti itu." ujar Harry.

Hatiku benar-benar tersentuh. Pantas saja Niall begitu mencintai Celine. Terbesit pula dipikiranku jika sebenarnya Niall tak mencintaiku, namun masih mencintai Celine.

"Apa yang kau pikirkan?" tanya Harry.

"Tidak." bohongku.

Harry kemudian berlutut dihadapanku dan mengusap tanganku lembut, "Tapi satu hal yang baru aku sadari dari pria bajingan itu. Ada sesuatu yang berhasil melunakkan hatinya lagi setelah sekian lama, dan itu kau." ujarnya.

"Apa Niall masih mencintai Celine? Apa dia pernah bercerita padamu, Harry?" tanyaku.

"Tidak, dia tak pernah mengatakan apapun. Tapi aku yakin saat ini hanya kau yang ada di hatinya. Celine memang cinta terindahnya, tapi kau adalah cinta terbaiknya. Kau yang sanggup membangun kembali hati beku Niall." ujar Harry.

Aku cinta terbaiknya. Itu kata Harry, Aku cinta terbaik Niall.

"Jika Niall ditemukan nanti, hidup atau mati. Berjanjilah satu hal padaku, Vi." ucap Harry.

Aku menatap manik green emerald milik Harry dalam.

"Lepaskan pekerjaan sialan ini. Hidupkan kehidupan normalmu, bantu Celine mengurus anak asuhnya. Mereka pasti bahagia jika pengganti Celine adalah dirimu. Wanita hebat yang juga dicintai ayah asuh mereka, kau mau bukan?" tanya Harry.

"A--aku.. Aku tak tahu, Harry."

"Kau mencintai Niall?" tanya Harry lagi.

Aku mengangguk.

"Maka lakukanlah. Niall pasti juga ingin kau melakukan ini. Agar sesuatu yang sama seperti ini tak terjadi dua kali." ucap Harry.

Aku mengangguk pelan. Harry tersenyum kemudian berdiri kembali dan mengecup puncak kepalaku, "Tidurlah. Ini sudah malam." ujar Harry.

"Kau juga jangan terlalu lelah." balasku.

Harry tersenyum kemudian pergi.

"Jadi... bagaimana?" suara Zayn menyadarkanku bahwa sedari tadi pria ini masih duduk di sebelahku.

"Bagaimana apanya?"

"Yang tadi." goda Zayn.

"Aku akan menuruti saran Harry. Lagipula yang Harry jelaskan memang ada benarnya bukan?" ucapku, "Baiklah, Zaynie. Ini sudah malam. Bangunkan aku nanti jika kau akan melakukan pencarian." lanjutku.

"Yes, Ma'm!" balas Zayn sambil menunjukkan hormat padaku. Aku terkekeh meluhat kelakuannya, lalu masuk ke dalam tenda yang sebelumnya memang telah disediakan.

×××

Author's pov

Di sisi lain, Harry kembali masuk ke dalam bangunan tua itu dan duduk di depan layar MacBooknya lagi. Pria itu mengusap pelan wajahnya, Ia pun memijat pelipisnya.

Ia kembali menautkan jemarinya untuk memastikan kondisi Niall saat ini. Dan barangkali saja Ia dapat melacak lokasi Niall juga.

Hasilnya nihil.

Yang tertera saat ini juga masih sama seperti beberapa menit yang lalu. Lokasi Niall tidak terdeteksi dan denyut nadi Niall yang semakin lemah. Lalu seketika Ia teringat akan Violet lagi. Apa gadis itu benar-benar akan menerima jika saja Niall nanti ditemukan namun dalam keadaan tak bernyawa?

TING!

Dentingan ponselnya menyadarkan Harry dari segala pikiran yang membuatnya stres. Ia melihat ke arah layarnya dan mendapati ada satu pesan masuk dari Grey.

From : Grey Johansen

"Segera lakukan evakuasi. Kami menemukan Niall di dasar jurang sekitar 3 kilometer dari lokasi ledakan. Jangan ajak Violet!"

Harry terlonjak dari kursinya saat Ia mendapatkan pesan dari Grey tersebut. Ia pun mengenakan rompi anti pelurunya dan menyiapkan segala keperluannya untuk menyelamatkan temannya. Lalu Ia segera berlari keluar.

Tak butuh waktu lama bagi Harry untuk menemukan Zayn yang kini duduk di depan perapian sambil menghangatkan dirinya bersama Liam.

"Kita harus segera menyusul Agen Johansen." ucap Harry.

Zayn dan Liam berdiri bersamaan sambil memandangi Harry kebingungan.

"Menyusul Agen Johansen? Memangnya dia sekarang ada dimana?" tanya Liam.

"Jurang terdekat di sini. Tiga kilometer dari lokasi ledakan."

"Whoa, Harry! Tenangkanlah dirimu."

"Bagaimana aku bisa tenang? Lokasi Niall kini berada di dasar jurang, dan kita harus segera memgevakuasinya atau hal buruk akan terjadi." jelas Harry.

Wajah Liam dan Zayn seketika mendatar, "Kau tak bercanda?" tanya Liam.

"Fuck! Untuk apa aku bercanda soal kematian?!"

"Harry, ini masih pukul dua pagi. Kondisi masih gelap dan akan susah bagi kita untuk melakukan evakuasi." jelas Zayn.

"Ini perintah dari Grey. Liam, aku mohon kau tetap disini bersama beberapa anak buah yang lain, Grey tak mau Violet ikut." ujar Harry yang disambut anggukan oleh Liam, "Zayn, kau ikut denganku." lanjut Harry kemudian berlalu.

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

💣🔫💣🔫💣🔫💣🔫💣🔫💣🔫

Hallo!!!! Ciye yang libur panjang ciyeee!!!

Well, gue cuma mau ngomong kalau buku ini udah mau selesai! Dan tinggal 1 chapt lagi + epilog loh!

Jangan lupa vomments yaaaa, pleaseeee

B

Continue lendo

Você também vai gostar

5M 921K 50
was #1 in angst [part 22-end privated] ❝masih berpikir jaemin vakum karena cedera? you are totally wrong.❞▫not an au Started on August 19th 2017 #4 1...
154K 15.4K 39
" Pada akhirnya akan selalu ada hal baik yang menerpa kita setiap harinya, biarlah takdir yang mengubah dan biarkan waktu yang menentukan , jangan ka...
4.5K 257 9
"Ketika apartemenmu ada yang menerobos masuk, apa yang akan kamu lakukan? Apakah kamu akan mengikuti apa yang aku lakukan? Jika iya, harap hati-hati...
1.4M 81.6K 31
Penasaran? Baca aja. No angst angst. Author nya gasuka nangis jadi gak bakal ada angst nya. BXB homo m-preg non baku Yaoi 🔞🔞 Homophobic? Nagajusey...