Unexpected (Completed)

By lucifford

50.1K 2.4K 165

Sekelompok gadis remaja "anti-popular" yang bersahabat, Autumn Styles, Demi Lovato, Miley Cyrus, Selena Gomez... More

Part 1 : Terrible Morning
Part 2 : Bad Luck Day
Part 3 : Bad Luck Day 2
Part 4 : What's Wrong With Them?!
Part 5 : Hmm, I Think I Like Him/Her
Part 6 : Jason Styles
Part 7 : CRAZY!!!!!!!!!
Part 9 : Did I Care?
Part 8 : Broken
Part 10 : Big Trouble
Part 11: Elounor Broken Up
Part 12 : A Secret
Part 13 : You Got My Attention
Part 14 : Home Sweet Home
Part 15 : Special Gift For Christmast
Part 16 : Is This Love?
Part 17 : My Brothers Are In Love
Part 18 : New Year Eve (1)
Part 19 : New Year Eve (2)
Part 20 : Mistakes (1)
Part 21 : Mistakes (2)
Part 23 : Regrets
Part 24 : Fixed
Part 25 : Love Day
Part 26 : I'm So Sorry
Part 27 : Madness, Jealousy
Part 28 : Everything Has Spoken+Epilog (Ending)
××NOT AN EXTRA PART××

Part 22 : Messed Everything

1.1K 67 11
By lucifford

Aku membanting tasku di atas tempat tidur dengan sangat kasar. Aku tidak tahu, aku merasa sangat kacau saat ini. Kubaringkan tubuhku di tempat tidur dengan posisi telungkup, memendamkan wajahku pada bantal. Ingin menangis, tapi untuk apa? Menangisi Zayn? Ia bahkan tak pantas aku tangisi. Menangisi Justin? Apa hakku untuk menangisinya? Dan kenapa pula aku menangis karenanya? Ingin marah, kesal, dan berteriak-teriak, tapi aku terlalu lemas untuk melakukannya. Aku bingung. Aku lelah, lelah dengan semua drama kehidupan ini. Rasanya ingin menghilang saja dan tak kembali lagi ke dunia. Aku mau hidup tanpa beban. Bahagia disetiap harinya. Tapi aku tahu hal seperti itu pasti mustahil. Memikirkan semua itu, akhirnya air mataku mengalir lagi. Kenapa hidup begitu berat, Tuhan?

Tak tahu lagi harus berbuat apa, aku putuskan untuk tidur saja. Siapa tahu setelah bangun nanti, semuanya berubah. Mungkin kejadian tadi itu semua bukanlah kisah nyata, melainkan mimpi panjang yang menyakitkan.

--------

Perrie membuka pintu kamar Asramanya. Ia melihat Autumn yang sedang tertidur pulas. Autumn sudah berada di kamar? Sejak kapan? Dia bolos pelajaran? Tumben sekali. Apa dia sedang tidak enak badan? Pikir Perrie dalam hati. Ia heran kenapa masih tengah hari seperti ini Autumn sudah kembali ke Asrama. Padahal kelas masih berakhir dua jam lagi. Perrie mengabaikan rasa herannya, dan membuka pintu lemari bajunya. Ia kembali ke kamar hanya karena ingin berganti baju. Sekujur tubuhnya basah kuyup setelah menyelamatkan Zayn tadi, mana mungkin ia melanjutkan pelajaran dengan kondisi seperti itu. Perrie memilih pakaian yang akan di kenakannya, lalu menggantinya. Ia mengeringkan rambutnya sejenak menggunakan hairdryer. Setelah selesai, ia kembali menuju kampus, memasuki kelas berikutnya.

***

Sudah pukul 4 sore. Aku baru membuka mataku. Hm, Lama juga aku tertidur. Ya, pasti karena sangat lelah. Lelah hati dan pikiran. Harapanku sebelum tidur tadi tidak menjadi kenyataan. Aku masih merasa bahwa kejadian hari ini memanglah kisah nyata, bukan mimpi buruk. Aku mendudukkan diriku dan bersandar pada kepala kasur di belakangku. Kulihat Demi dan Perrie memasuki kamar bersamaan. Aku menghela napas beratku. Harus melihat orang yang paling aku benci lagi? Sekarang rasa mualku sudah dipuncak. Bahkan melihat wajahnya saja aku sudah tidak sudi.

“Hey, Autumn, sudah lebih dulu selesai kuliah rupanya.” ujar Demi sambil meletakkan tasnya di meja.

“Aku bahkan sudah melihat Autumn tertidur pulas sejak siang tadi.” sahut Perrie. Hah, mendengar suaranya saja telingaku gatal.

Aku tidak mengeluarkan sepatah katapun. Malas sekali.

“Kau sedang tidak enak badan, ya?” tanya Perrie.

Bukan hanya badan yang tidak enak! Hati, pikiran, hidupku pun rasanya sudah tidak enak sama sekali! Sudah basi! Aku muak mendengar pertanyaan Perrie yang seolah-olah peduli kepadaku. Aku tidak perlu rasa pedulimu! Urusi saja lelaki tukang selingkuhmu itu! Aku masih tidak mau menjawab.

“Benar kau sedang sakit, Autumn?” kini Demi yang bertanya. Aku hanya menggeleng. “Sungguh?” Demi mendesakku.

“Ya. Aku tidak apa-apa, tenang saja. Hanya lelah. Tapi aku sudah beristirahat, dan kurasa itu sudah cukup.” jawabku akhirnya.

“Baiklah. Syukur kalau begitu.” tanggap Demi.

“Autumn, kau tahu tidak? Tadi Zayn-“

“Ya, aku tahu! Aku SANGAT tahu! Dan bagaimana rasanya? Enak, huh?” tukasku memotong pembicaraan Perrie. Apa-apaan dia? Ia ingin menceritakan kejadian menjijikan itu padaku? Apa otaknya sudah benar-benar tidak berfungsi? Aku tak tahan lagi menahan amarah. Kurasa aku akan meledak sekarang.

“Apa maksudmu?” tanya Perrie. Apa maksudku? Jelas ia tahu sekali apa maksudku! Berpura-pura bodoh. Menjadi bodoh betulan, tahu rasa dia.

“Sudahlah. Jika kau menginginkannya, ambil saja dia! Aku tidak butuh! Dan aku juga tidak membutuhkanmu lagi! Mulai saat ini, jangan pernah kau anggap lagi aku sebagai sahabat. Karena apa? Aku tak sudi bersahabat denganmu!” benarkan? Emosiku meluap.

“Tunggu, tunggu, tunggu. Kenapa kau berbicara seperti itu, Autumn? Apa masalahnya? Aku tidak mengerti.” seru Demi. Ya, aku tahu dia pasti sedang sangat bingung sekarang. Ia belum tahu bahwa sahabat kebanggaannya itu adalah seorang pengkhianat!

“Kau minta jelaskan saja pada pengkhianat itu!” tukasku, melontarkan tatapan kebencian maksimalku pada Perrie.

“Pe-pengkhianat? Aku tidak mengerti kenap-“

“Ya, ya, terserah saja kau mau berkata apa. Jangan bicara padaku lagi! Karena demi Tuhan, aku takkan mendengarkan penjelasan apapun darimu!” aku kembali memotong ucapan Perrie.

“Autumn, kau jangan marah-marah seperti itu dulu. Jelaskan, sebenarnya kalian berdua ini ada masalah apa?” seru Demi.

“Baiklah, akan kujelaskan padamu, Demi. Jadi, ada yang mengaku seorang sahabat, tapi sifatnya busuk! Dia menikungku dari belakang dan bermesraan dengan kekasihku!!!” ucapku sedikit berteriak.

Demi membuka mulutnya. Aku yakin ia sangat terkejut. Ya, Dem, aku pun begitu. Kulirik Perrie juga mengeluarkan ekspresi terkejutnya.

“Kenapa, Perrie? Terkejut karena aku memergokimu berciuman dengan Zayn? Ya, kan?!” ejekku.

“Autumn, tidak! Ini hanya kesalah pahaman besar. Aku bisa jelaskan yang sesungguhnya terjadi. Tadi Zayn-”

“SSSSSSSSTTTT! Aku tadi sudah bilang kan, aku tidak akan mau mendengarkan penjelasanmu. Apapun itu!! Karena bagiku semuanya sudah jelas, karena aku bukanlah seseorang yang buta!”

“Perrie, apakah itu benar?” kudengar Demi bertanya.

“Tidak, tidak, tidak. Tidak benar sama sekali! Dia salah paham, Dem.” kudengar Perrie menjawab.

“Bla, bla, bla, bla. BULLSHIT!” aku meraih headphone yang terletak di meja sebelah kiri tempat tidurku, dan memasangnya di telingaku. Aku hubungkan headphone  itu dengan iPhone-ku. Kuputar lagu yang ada di tracklist iPhone-ku dengan volume maksimal. Aku tidak mau mendengar apa-apa lagi! Aku bisa muntah seketika jika mendengar semua omong kosong yang Perrie katakan. Aku membaringkan tubuhku kembali, menghadap ke arah yang berlawanan dari Demi dan Perrie. Kasurku letakknya di pinggir, jadi aku bisa mengalihkan wajahku dari mereka. Tak ada lagi yang bisa kudengar selain lagu yang terputar di-tracklist saat ini. Tak peduli apa yang sedang Demi dan Perrie bicarakan.

Demi dan Perrie masih memandang Autumn tidak percaya.

“Perrie, sebenarnya apa yang terjadi? Mengapa Autumn semarah itu padamu? Kau benar berciuman dengan Zayn?” tanya Demi penuh dengan rasa ingin tahu.

Perrie menggeleng cepat. “Tidak! Tidak mungkin aku melakukannya! Kau pikir aku seorang pengkhianat seperti yang Autumn katakan tadi?” jawab Perrie.

“Lalu?”

“Aku yakin pasti Autumn salah paham padaku. Asal kau tahu saja, tadi Zayn tenggelam di kolam renang. Dan ternyata dia tidak bisa berenang dan akhirnya aku yang kebetulan berada di sana, menyelamatkannya. Karena tak mungkin aku membiarkannya tenggelam, bukan? Dia bisa mati kehabisan napas. Aku bisa tebak, pasti Autumn melihatku sedang memberi napas buatan pada Zayn. Tapi hal itu kan memang harus aku lakukan. Kalau tidak kau tahu sendiri akibatnya. Mungkin Autumn melihatnya dari jarak yang cukup jauh, jadi ia pikir aku sedang mencium Zayn padahal tidak.” ujar Perrie panjang menjelaskan.

“Benar seperti itu yang terjadi?”

“Benar! Aku berani sumpah! Kau harus percaya padaku, Demi. Aku tidak mungkin melakukan hal buruk seperti itu. Aku menghargai Autumn sebagai sahabat. Jadi mustahil aku tega melakukannya.” ungkap Perrie lagi.

“Ya. Aku percaya padamu. Kau tidak mungkin bersikap hal tak termaafkan seperti dugaan Autumn tadi.” tanggap Demi.

“Itu pasti. Jika kau masih tidak percaya juga, kau bisa bertanya langsung pada Zayn atau petugas kesehatan di ruang kesehatan. Karena tadi Zayn kuantar ke sana untuk mendapatkan sedikit perawatan.”

“Ya, Perrie, ya. Aku percaya padamu.” Demi menepuk pelan bahu Perrie.

“Sekarang bagaimana? Autumn sepertinya sudah sangat membenciku. Mendengar penjelasanku saja tak mau.”

“Tenang saja. Aku akan membantumu menjelaskan padanya. Karena takkan kubiarkan persahabatan kita hancur hanya disebabkan kesalah pahaman.”

Perrie tersenyum mendengarnya. “Thanks.”

“Untuk saat ini, kita biarkan Autumn menenangkan pikirannya dulu. Emosinya masih meledak-ledak, akan percuma jika berbicara dengannya sekarang. Kau tahu sendiri, sifatnya keras.” tukas Demi. Perrie mengangguk setuju.

**********

Hari baru. Aku baru selesai mandi untuk bersiap ke kampus. Perasaanku sudah agak baik sekarang. Dan hari ini, akan kumulai dengan harapan.

“Pagi, Autumn.” Perrie menyapaku saat kami berpapasan. Aku ingin keluar kamar mandi dan ia akan masuk. Tak kuhiraukan. Muak sekali aku padanya, sok baik! Aku lanjut melangkah menuju lemari pakaian dan memilih baju yang akan kukenakan hari ini. Kulihat Demi sedang memakai sepatu kets-nya. Rupanya ia yang bangun paling pagi.

“Kau masih marah pada Perrie?” kudengar Demi bertanya ketika aku sedang memilih baju.

“Masih. Dan akan selalu begitu.” jawabku.

“Sebaiknya, kau dengar dulu penjelasan darinya.” aju Demi.

“Tak perlu. Semua sudah jelas karena aku tidak buta.”

“Terkadang, apa yang kita lihat tidak seperti apa yang sebenarnya terjadi. Dan terkadang, apa yang kita lihat dengan jelas, belum benar-benar jelas sebelum ada kata-kata yang menjelaskannya. Kau seharusnya memberi Perrie kesempatan.”

Demi ini kenapa? Masih membela orang yang jelas-jelas salah? “Jika kau berniat mebujukku untuk mendengar penjelasannya, itu tidak mempan.”

“Kau kenapa sih keras kepala sekali?” Demi menghentakkan kakinya- setelah sepatunya sudah terpasang, beranjak berdiri.

Aku menutup pintu lemari dengan kasar. “Kau juga kenapa masih membela orang yang jelas salah?! Aku bingung denganmu, Dem.”

“Perrie itu tidak salah! Kau yang salah paham padanya!” seru Demi dengan nada tinggi. Tunggu, kenapa Demi jadi kesal padaku?

“Jadi kau menyalahkan aku? Kau tidak melihat kejadian yang sebenarnya, Demi! Jika kau melihat pun, kau akan berpikiran sama denganku. Perrie itu pengkhianat!”

“Cukup, ya, Autumn! Jangan pernah berkata seperti itu lagi karena aku tidak terima mendengarnya! Perrie tidak seperti itu, niatnya baik asal kau tahu saja.”

“Niat baik? Menikung sahabatnya dari belakang kau bilang niat baik? Kau tidak berpikir atas kata-katamu itu ya?!” tukasku. Aku heran kenapa Demi terus membela Perrie.

“Tidak berpikir? Kau yang tidak berpikir! Coba saja kau pikirkan apakah Perrie bisa setega itu padamu? Perrie itu sahabatmu. Dia tak mungkin melakukan hal yang menyakiti sahabatnya! Kau lupa, Perrie sudah sangat melapangkan hatinya untuk merelakan Zayn untukmu. Lalu balasanmu apa? Menghina dia sebagai pengkhianat? Hah, sangat pantas!”

“Dengar, ya. Perrie tidak sungguh-sungguh mengatakannya kemarin. Buktinya ia tertangkap sedang mencium Zayn di hadapanku! Dia pendusta!”

“She was not kissed him!”

“Yes, she was! I saw it, Demi!”

“Can you two just stop?! Demi, sudahlah, tak perlu membelaku lagi. Kata-katamu tadi sudah sangat membantuku. Jika dia tidak mau terima semua itu, biarkan saja. Aku sudah malas meladeni wanita yang keras kepalanya seperti batu karang macam dia.”

Perrie menyahuti pembicaraan kami. Ternyata ia sudah selesai mandi, dan baru saja berjalan keluar dari kamar mandi.

“Keras kepala?!” tanggapku tidak terima. Apa maksudnya mengataiku keras kepala?

“Ya! Aku mendengar semua pembicaraan kalian. Demi sudah berusaha keras membelaku dan kau masih saja tak bisa terima penjelasannya? Apalagi kalau bukan keras kepala namanya?” ujar Perrie.

“Kau benar, Pez. Sudahlah, jangan pedulikan dia mau mendengar penjelasan kita atau tidak. Aku sudah malas. Tenang saja, kau masih punya aku dan yang lain untuk menjadi sahabatmu. Kau takkan rugi jika Autumn tak mau lagi jadi sahabatmu. Aku juga sudah muak dengan kekeras kepala-annya.”

“Okay! Aku pun tak butuh kalian lagi! Aku bisa mencari sahabat yang lain, yang bukan pengkhianat!!!!!!” Aku berjalan cepat ke dalam kamar mandi, dan membanting pintunya sampai tertutup dengan suara yang kencang. AKU MURKA! Aku benci mereka semua! Aku benci semua orang! Aku masih tak habis pikir begitu kerasnya Demi membela Perrie yang sudah berbuat salah padaku. Ia malah menjadi kesal padaku karena aku tak mau mendengarkan penjelasannya?! Dan apa kata mereka? Aku keras kepala? Pagi ini sangat terkutuk! Aku memakai pakaian yang sedang aku genggam ini dan keluar kamar mandi. Demi dan Perrie masih terlihat bersiap. Aku memakai high heels-ku, meraih tasku dan keluar dari kamar, menuju kampus duluan. Ya untuk apa pula aku mengunggu mereka? Mereka bukan sahabatku lagi!

Aku melangkah cepat karena masih terbawa emosi. Di pertigaan jalan, ketika aku berbelok ingin menuruni tangga, aku bertemu Selena, Miley, dan Eleanor. Selena.. Entah kenapa aku jadi malas sekali bertemu dengannya.

“Hello, Autumn! Good Morning!” sapa Selena, menghampiriku. Miley dan El juga.

“Jangan ganggu aku.” sahutku melangkah mendahulinya.

“Kau kenapa?” Selena meraih pergelangan tanganku.

“Aku bilang jangan ganggu aku! Kau tidak dengar?!” kulepaskan tanganku dari genggamannya.

“Kenapa kau jadi membentaknya? Ada yang salah ya dengan otakmu?” ujar Miley.

“Memangnya kenapa kalau aku membentaknya? Bukan urusanmu!”

“Kenapa sih kau ini?!” kali ini Eleanor yang bertanya.

Kenapa, kenapa, kenapa! Kenapa semua orang jadi menyebalkan? Kenapa aku jadi tidak bisa mengontrol emosiku seperti ini? Kenapa?! Aku berlari menuruni anak tangga. Semua yang terjadi hanya membuatku semakin kesal! Sesampainya di lantai bawah, Zayn sudah berdiri di sana. Oh, Tuhan.. KENAPA?!

Aku berusaha sebisa mungkin supaya Zayn tak melihatku. Karena aku sama sekali tidak mau melihat wajahnya. Sudah cukup pertengkaran besar bersama gadis-gadis menyebalkan tadi, aku tidak mau dibuat tambah muak karena bertemu dengan Zayn.

“Autumn!” Zayn mendapatkan tanganku.

Aku melepasnya kasar dan berjalan meninggalkannya.

“Hey, hey, hey. What’s wrong with you?” Zayn ternyata mengejarku, dan kembali mengenggam pergelangan tanganku.

“What’s wrong with me? The wrong thing I’ve ever had is you! We’re over now!” bentakku.

“What?” kudengar Zayn mengucap pelan.

Aku kembali melangkah menjauhi Zayn. Namun Zayn masih saja mengejarku. Sekarang ia berusaha menyamai langkahnya dengan langkahku.

“Over? Tidak! Kau tidak bisa memutuskanku begitu saja. Kenapa, Autumn?”

“Because I hate you!” jawabku, masih sambil berjalan.

“Why you hate me?”

“One reason. You cheating! You cheating with my bestfried! Well, ex-bestfriend.”

“What are you talking about? I didn’t cheat!”

“Enough! I hate you! Really hate you! And don’t you ever, like EVER disturb me anymore, because I don’t wanna meet you again! Bye!” aku pergi meninggalkannya lagi. Dan kini, aku benar-benar berjalan cepat hampir berlari agar dia tak dapat mengerjarku lagi.

*******

-bersambung-

vote and comment? next part, soon!

Continue Reading

You'll Also Like

6.6M 179K 55
⭐️ ᴛʜᴇ ᴍᴏꜱᴛ ʀᴇᴀᴅ ꜱᴛᴀʀ ᴡᴀʀꜱ ꜰᴀɴꜰɪᴄᴛɪᴏɴ ᴏɴ ᴡᴀᴛᴛᴘᴀᴅ ⭐️ ʜɪɢʜᴇꜱᴛ ʀᴀɴᴋɪɴɢꜱ ꜱᴏ ꜰᴀʀ: #1 ɪɴ ꜱᴛᴀʀ ᴡᴀʀꜱ (2017) #1 ɪɴ ᴋʏʟᴏ (2021) #1 IN KYLOREN (2015-2022) #13...
329K 9.9K 105
Daphne Bridgerton might have been the 1813 debutant diamond, but she wasn't the only miss to stand out that season. Behind her was a close second, he...
4.8M 255K 34
Those who were taken... They never came back, dragged beneath the waves never to return. Their haunting screams were a symbol of their horrific death...
1.7M 17.4K 3
*Wattys 2018 Winner / Hidden Gems* CREATE YOUR OWN MR. RIGHT Weeks before Valentine's, seventeen-year-old Kate Lapuz goes through her first ever br...