Boyfriend Fairy Guardian [REV...

Por nurashinichi

95.3K 5.6K 187

→Highest Rank : 25 in Fantasy (271216) →Highest Rank : 77 in Fantasy →Highest Rank : 87 in Fantasy →Highest... Más

Part 1
Part 2
Part 3
Part 4
Part 5
Part 7
Part 8
Part 9
Part 10
Part 11
Part 12
Part 13
Part 14
Part 15
Part 16
Part 17
Part 18
Part 19
Part 20
Part 21
Part 22
Part 23
Part 24
Bukan update!
Part 25
Part 26
Part 27
Part 28
Part 29
Part 30
Part 31
Extra part

Part 6

4.3K 295 1
Por nurashinichi

Keesokan harinya.

Aislie POV

Jam sudah menunjukkan pukul setengah tujuh pagi ketika kami -aku dan papah- sampai di sekolahku.

Aku segera melepas safetybelt ku dan memeluk papa sekilas.

Papa menatapku dalam dengan pandangan yang seolah mengatakan ' semua akan baik-baik saja ' . Aku hanya tersenyum samar dan segera turun dari mobil papah.

Setengah berlari, aku memasuki gerbang dan menuju ke kelas.

Disana, di samping bangkuku. Rhey tampak tengah asyik dengan buku bacaan di tangannya.

Aku segera mendudukkan diri, tanpa mengucap sepatah katapun, tidak ada sapaan pagi kali ini.

Aku terlalu lelah, bahkan hanya sekedar mengucapkan 'selamat pagi' seperti biasa pada sahabatku, Rhey.

Rhey yang melihat sikapku berbeda, segera menurunkan novelnya dan memandangku dengan tatapan heran.

"Kenapa lo, pagi-pagi gini udah murung aja," sapanya. Aku hanya menatap datar pada Rhey.

Apa harus aku bilang padanya tentang ini diriku yang sebenarnya? Pikirku.

Aku segera menggelengkan kepalaku. Entah kenapa, aku segan -lebih tepatnya malas- mengatakan tentang semua yang kupikirkan padanya saat ini.

"Eh ... ditanya malah geleng-geleng, kenapa sih lo?" tanya Rhey lagi.

Aku mengulas senyuman dan menjawab,
"Gue nggak papa Rhey," ucapku lirih.

"Lah, terus kenapa lo murung gini? pasti ada sesuatu yang ganggu pikiran lo yah?" ucapnya. Tersirat nada khawatir dari suaranya. Aku hanya mengangkat bahu.

Rhey menghela nafas panjang dan berkata,
"Ya udah deh ... mungkin saat ini lo masih butuh waktu. Tapi,  apapun masalah lo dan kapanpun lo perlu temen curhat, gue siap jadi pendengar yang baik buat lo." Seraya menggenggam tanganku lembut.

Aku tersenyum dan menatapnya dengan pandangan seolah berkata 'gue akan baik-baik aja'.

*********
Waktu istirahat,

Rhey langsung berdiri ketika guru mata pelajaran hari ini keluar dari kelas kami.

Ia merenggangkan otot-otot tubuhnya yang mungkin berasa kaku setelah kurang lebih 20 menit duduk dan mengikuti materi.

"Lie, ke kantin yuk," ajaknya semangat.

"Males gue, gue lagi nggak pengen makan," tolakku.

"Lie, gue tau lo lagi ada masalah. Tapi lo jangan sampai telat makan dong, jaga kesehatan lo," ucapnya padaku.

"Sorry, tapi gue bener-bener males kali ini," tolakku lagi.

Melihatku yang keras kepala, Rhey mengalah dan menghela nafas panjang,
"Hahh ... ya udah deh, terserah lo, gue ke kantin dulu yah," ucap Rhey sambil berlalu dari hadapanku.

Setelah Rhey pergi, aku segera beranjak dari bangku dan menuju ke taman belakang sekolah.

Entah kenapa. Hanya saja, firasatku mengatakan bahwa aku akan bertemu kembali dengan Ivery disana.

Well, aku punya banyak pertanyaan yang akan aku tanyakan padanya. Entah kenapa, hanya saja aku yakin bahwa Ivery pasti tahu sesuatu tentang semua yang tengah terjadi.

Ketika sampai di sana, ku lihat Ivery tengah duduk di bawah pohon tua, tempat yang sama dengan kemarin.

Ketika mendengar langkah kakiku, ia menengok dan tersenyum memandangku. Ohh ... senyumnya manis banget, kalau dia tersenyum terus kayak gini, gue bisa mati keracunan, pikirku.
Ia berdiri dan menarikku mendekat ke arahnya. Ketika jarak kami semakin mendekat, tiba-tiba saja, ia memelukku begitu erat.

Hangat dan nyaman, itu kesan yang aku dapat dari perlakuannya padaku hari ini. Lalu ku dengar ia berbisik di telingaku.

"I miss you, i need you,sweetheart," bisiknya.

Saat mendengar hal itu, aku merasa terbang setinggi-tingginya ke langit ke tujuh.

Dan tanpa aku sadari, aku membalas pelukannya dengan erat dan hangat.

"Me too," ucapku pendek.
Tak dapat ku gambarkan perasaanku saat itu, aku benar-benar merasa bahagia, bahkan bisa di katakan sangat-sangat bahagia.

Seolah segala masalah yang aku hadapi saat ini, yang sejak semalam menghimpitku, terbang dan hilang entah kemana.

Selama beberapa lama, kami berpelukan dan saling mencurahkan rasa lewat pelukan kami. Hingga, aku teringat, bahwa aku ingin menanyakan banyak hal padanya.

Aku segera melepas pelukanku di tubuhnya, yang juga secara spontan ia melepaskan pelukannya di tubuhku.

Kembali rasa kehilangan perlahan menyusup dalam relung dada. Rasa ingin menikmati kembali pelukan hangat nan menenangkan darinya.

Selama beberapa saat, kami hanya terdiam, sampai suaranya yang err seksi -lebainya daku- memecah keheningan diantara kami.

"Sejak kapan kamu suka kesini?" Tanyanya sambil mendudukkan diri di bawah pohon.

Aku pun melakukan hal yang sama. Dan kini, kami duduk berdampingan dalam keheningan.

"Sejak kemarin," ucapku spontan.

"Apakah kamu berpikir bahwa kamu bisa menemukanku disini sweetheart?" Panggilan itu lagi, manisnya, pikirku.

"Kau lebih tahu rupanya,aku pun tak tau kenapa aku ingin kesini," ucapku sambil menikmati kehangatan yang mengalir dari tangannya yang menggenggam erat tanganku.

"Tentu saja kau akan kesini. Karena aku yang memanggilmu untuk datang," ucapnya tenang. Membuatku mengarahkan pandanganku padanya dengan tatapan heran.

"Maksudmu?" ucapku tak mengerti.

Tanpa kuduga, ia menarikku mendekat ke arahnya. Jarak kami kini hanya beberapa centi saja,hembusan nafasnya terasa menggelitik wajahku.

Oke, aku ketakutan sekarang, apa yang akan ia lakukan? Pikirku.

Ia semakin mendekat, dan semakin mendekat ... ohhh ... apa yang akan ia lakukan padaku? Tuhann tolonnngg, jeritku dalam hati.

"Sudah," ucapnya lalu memberi jarak di antara kami.

"Apa maksudmu?" ucapku tak mengerti. Ia hanya tersenyum.

"Kalung itu sangat cocok untukmu, sweetheart," ucapnya.
Membuatku segera memeriksa leherku.

Disana, tergantung seuntai kalung emas dengan bandul warna putih. Dan kulihat, Ivery juga menggunakan kalung dengan model sama. Hanya saja, kalung yang ia kenakan bandulnya berwarna hitam.

Indah ... itu kesan yang ku dapat ketika meneliti kalung tersebut.

"Ini, apa maksudnya?" Tanyaku sambil terus memegang bandul kalung tersebut.

"Itu adalah sebuah tanda, bahwa kini kau adalah milikku, dan tidak akan ada yang dapat memisahkan kita.

"Dan kalung itu juga sebagai simbol bersatunya empat elemen yang akan kita kuasai, sehingga kita akan dapat mengalahkan Melkor dan para pengikutnya. Kau pasti sudah dengar tentang cerita ini kan?" jelasnya panjang lebar. Aku hanya mengangguk dan termenung.

"Ivery ... "ucapku lirih. Ia segera mengalihkan pandangannya ke arahku.

"Apa semua ini nyata? Kita adalah fairy?" tanyaku.

Jujur saja, aku masih sulit untuk mempercayai bahwa semua ini nyata. Bisa di katakan, fakta tentang semua ini benar-benar terlalu cepat dan beruntun untukku.

Ivery menambah erat genggaman tangannya di tanganku. Ia tersenyum sejenak sebelum akhirnya ia berkata,
"Tentu saja, semua ini nyata ... aku paham dan aku mengerti bahwa kamu tak bisa percaya begitu saja pada semua ini kan?" ucapnya sambil memandangku dengan tatapan lembut.

"Tentu saja,aku shock dengan segala kenyataan ini, takdir yang begitu rumit, masa laluku dan keluargaku, belum lagi jati diriku dan tanggung jawab yang telah di bebankan atas diriku, aku bahkan tak tahu apa-apa tentang fairy, dan segala kekuatan anehnya. Aku harus bagaimana?" tuturku merasa frustasi dengan segala kenyataan tak terduga yang aku dapat.

"Semua akan baik-baik saja, percayalah padaku," ujarnya seraya menarikku ke dalam pelukannya.

Aku menyandarku kepalaku ke dadanya yang bidang. Dan ia melingkarkan tangannya, serasa membungkus tubuhku.

"Kita akan lewati semuanya bersama," bisiknya dan menambah erat pelukannya. Aku segera membalas pelukannya dengan hangat.

"Kita perlu latihan sweetheart, apa kamu bisa mengajukan libur sementara dari sekolahmu? karena kita akan segera pergi sejauh mungkin dari daerah ini. Sebelum Melkor dan suruhannya menemukanmu," ucapnya sambil merenggangkan tubuh kami dan memegang pundakku.

"Ivery, ini sekolah. Mana bisa mengajukan libur sendiri ... tidak bisa," ucapku sambil tertawa geli.

"Kamu mentertawakanku sweetheart? maaf ... maklum saja, aku tidak tau peraturan sekolah itu bagaimana," ucapnya sambil menatapku.

"Iya, aku tahu itu Ivery. Lalu, aku harus buat alasan apalagi?" tanyaku bingung.

"Bagaimana kalau kamu bilang akan pindah ke negara bagian lain?" sarannya.

"Betul juga saran kamu," ucapku antusias.

"Ya sudah. Pokoknya, kamu harus sesegera mungkin menyatakan akan pindah dari sini. Dan aku akan menyiapkan semua hal yang akan kita butuhkan selama kita berlatih," ucapnya padaku.

Aku mengangguk dengan semangat. Tapi, apa mungkin aku bisa? Sebersit rasa khawatir, was-was, takut, dan ragu menelusup dalam hatiku.

Ivery yang menyadari perubahan rona mukaku segera menangkup pipiku dan menengadahkan wajahku hingga mata kami bertemu.

"Apa yang kau pikirkan, sweetheart?" tanyanya.

"Aku ragu, dan aku takut ... apakah aku bisa melewati semuanya?" tanyaku ragu.

"Hey, tenanglah. Semua akan baik-baik saja, selama kamu bersamaku, akan kupastikan kamu akan selamat ... percayalah padaku, kita pasti bisa," ucapnya sambil menatapku dalam.

Ia berusaha menyalurkan kekuatan dan keyakinan ke dalam hatiku. Aku hanya sanggup menganggukkan kepalaku dengan malas.

Lalu, aku seolah teringat sesuatu,
"Ivery, bukankan fairy biasanya bersayap?kenapa kau tidak?" Tanyaku penasaran.

Respon yang aku dapat benar-benar di luar dugaan. Ivery tertawa terbahak-bahak sampai meneteskan air mata.

Melihat hal itu, aku hanya mendengus dan mengerucutkan bibirku kesal.
"Aku butuh jawaban, bukan ketawamu yang bikin kupingku sakit!" ucapku ketus.

"Maaf sayang ... habisnya kamu nanya hal-hal aneh gitu ... kamu terlalu banyak menonton film," ucapnya sambil sesekali menahan tawa.

"Kami sudah ber-transformasi, versi sekarang dan dulu itu beda ... versi sekarang, kami bisa terbang walaupun kami tak memiliki sayap," ucapnya yakin.

Aku hanya menanggapi penjelasannya dengan membulatkan bibirku, membentuk huruf O yang besar.

Tak lama kemudian, bel masuk berbunyi. Aku segera beranjak. Sebelum kami berpisah, ia berbisik padaku,
"Selamat belajar sweetheart ... Nikmati hari mu, ini adalah hari terakhirmu," ucapnya.

"A-apa maksudmu?" Tanyaku tak mengerti. Ia hanya tersenyum dan mendorong bahuku agar segera kembali ke kelas untuk mengikuti pelajaran hari itu.

Aku hanya mendengus dan berdecak kesal. Apa maksudnya coba? Aku segera menuju kelas dan mengikuti pelajaran hari ini.














Hello guys ... para readersku tercintahh!!! #plak.

Gimana part kali ini? Mudah-mudahan suka yahhh. Jangan lupa vomennya kawan.

See you next part my story.

Salam hangat

Author.

Seguir leyendo

También te gustarán

579K 34K 58
Selena Azaerin, walau dirinya bekerja sebagai agen intelijen negara, Selena tak pernah kehilangan sifat cerobohnya. Ketika gadis itu telah menyelesai...
5M 920K 50
was #1 in angst [part 22-end privated] ❝masih berpikir jaemin vakum karena cedera? you are totally wrong.❞▫not an au Started on August 19th 2017 #4 1...
2.4M 446K 32
was #1 in paranormal [part 5-end privated] ❝school and nct all unit, how mark lee manages his time? gampang, kamu cuma belum tau rahasianya.❞▫not an...
9.9M 1.2M 60
"Sumpah?! Demi apa?! Gue transmigrasi cuma gara-gara jatuh dari pohon mangga?!" Araya Chalista harus mengalami kejadian yang menurutnya tidak masuk a...