My Apple

By mounalizza

337K 27.7K 1.6K

"Apel itu identik dengan warna merah. Nggak ada ceritanya warna hijau." "Tapi kenyataannya ada apel be... More

Perpisahan dan Pertemuan.
Aku dan Apel Hijau.
Aku dan Apel Merah.
Liburan dan Kesialan
Ambisi dan Khayalan
Sedih dan Pasrah
Malu dan Resah
Panik dan Terlena
Ragu dan Takut
Lemah dan Kuat
Berani dan Nekat
Berdebar dan Bergetar
Bahagia dan Derita
Pulang dan Pergi
Sendiri dan Sepi

Kecewa dan Pelampiasan

11.8K 1.5K 76
By mounalizza


"Baiklah semua,  siang menjelang sore ini acara bebas. Mohon maaf karena cuaca sedikit tidak bersahabat jadi perjalanan ditunda dulu. Bapak dan ibu sekalian bisa bebas pergi asal tahu jalan yah. Gunakan fasilitas hotel jika tidak mau kesulitan. Saya mohon pamit." ucapan Andi sang pemandu membuat Alvina lesu.

Ia malas pergi sendiri. Lebih seru bersama-sama, tetapi sepertinya para wisatawan yang lain tampak tidak keberatan. Ah inilah salah satu kekurangan pergi sendiri. Disaat seperti ini baru terasa. Hidup sendiri itu tak enak.

Alvina duduk di sekitar taman hotel. Pemandangan gunung tersaji di depannya. Hari ini masih panjang dan ia malah duduk di sini sendiri. Mau ikut bergabung dengan rombongan dipastikan akan tak seru. Mereka berpasangan dan ia sendirian.

Tertawakan saja nasib jomblo cantik ini.

Ia berjalan ke arah restoran penginapan yang langsung menghadap alam. Menjernihkan pikiran, menghirup udara segar di sana. Andai para saudaranya ikut. Alvina pasti menggunakan waktu sebaik-baiknya.

Bicara mengenai saudara sepertinya ia merindukan mereka. Tangannya langsung membuka layar ponsel di pangkuan. Sambil menikmati apple pie sesuai pesanan ia membaca aneka status di sosial media. Senyum lepas ia keluarkan saat membaca status meledek para saudaranya. Dekat dengan keluarga itu tak ternilai harganya.

Ia lalu terus menggulir beranda di sosial media miliknya. Dan unggahan sebuah foto dari salah satu teman sosial medianya membuat Alvina diam tak berkutik.

Sebuah foto yang membuat jantungnya ingin berhenti. Terlihat dengan jelas dalam foto itu Dimas mantan tunagannya sedang duduk bangga di pelaminan dengan seorang wanita. Alvina semakin melebarkan matanya saat membaca penjelasan di gambar unggahan tersebut.

Selamat menempuh hidup baru Dimas dan Maharani. Jodoh itu memang penuh misteri. Yang terbaik buat kalian. Nggak sangka istri lo tetangga gue.

Alvina menggeleng tak percaya. Dimas menikah secepat ini? Bahkan saat Alvina memeriksa tanggal, hari itu adalah tanggal pilihan mereka menikah. Kandas memang bagi dirinya, tetapi Dimas tetap menjalankan acara itu dengan pengantin wanita yang lain.

"Di-dimas.." Lirihnya tak kuasa menahan kekecewaan. Ini memang keputusannya untuk meninggalkan Dimas, tetapi haruskah secepat ini? Bahkan Dimas tak mau repot merubah tanggal. Padahal tanggal itu dipilih oleh mereka berdua.

Alvina saja menghormati pilihan hari itu dengan berlibur. Iya memang tahu beberapa hari yang lalu seharusnya menjadi hari bahagia dirinya dan Dimas. Jika mereka masih satu tujuan hidup bersama. Tetapi sekarang? Hanya Alvina saja yang menghormati hari itu sementara Dimas, dia tetap memilih ditanggal yang sama mengakhiri masa lajang. Pria memang seperti itu, tidak memikirkan perasaan yang lain.

"Hiks.." lagi-lagi Alvina kembali terpuruk dalam kesendirian. Ia tertawa sumbang meratapi nasibnya. Menatap wajah Dimas bersanding dengan wanita lain yang sudah sah menjadi istri Dimas. Haruskah ia bahagia demi Dimas?

Andai mereka tidak egois mungkin Alvinalah yang ada di gambar itu. Tertawa bahagia bersama Dimas. Sekali lagi, sayang itu bukan dirinya.

Alvina menatap sekeliling restoran, cukup sepi pengunjung. Cuaca memang sedikit mendung. Alvina semakin tertawa miris menahan tangis. Dari sekian banyak manusia kenapa tatapan Nizar yang ia lihat di sudut ruangan.

Pria itu masih setia memegang tablet dan jangan lupakan pakaian resminya. Jas hitam yang terlihat kaku. Alvina semakin miris saat melihat Nizar tidak sendiri. Ia sedang duduk menikmati minuman hangat bersama seorang wanita. Siapa dia?

Ah ia lupa sejak pagi tadi Nizar memang tidak ikut rombongan berjalan-jalan dengan mini bus.

Rupanya setiap orang punya kesibukan masing-masing dan untuk saat ini Alvina ditugaskan nelangsa meratapi hari tersial bagi hidupnya sekarang. Hari ini ia baru tahu Dimas tetap menikah tanpa dirinya.

"Hiks.. Semua sama saja." lirih Alvina menatap hamparan alam yang sepertinya mulai mendung. Bahkan alam saja tahu isi hati Alvina. Ia fokus menatap alam dengan kegundahannya. Biarkan saja Nizar bersama wanita. Bukan urusannya.

Sementara Nizar sendiri dibuat resah karena tatapan nelangsa Alvina yang tak jauh dari pandangannya. Bukankah seharusnya gadis itu ikut rombongan mini bus berjalan-jalan?

Nizar memang tidak bisa ikut karena ia harus bertemu salah satu perwakilan sebuah pemilik toko buah terbesar di sana. Nizar sedang menawarkan berbagai hasil produksi yang ia kerjakan di kota Malang. Siapa tahu mereka berminat.

"Sedang apa dia?" Nizar terus bertanya dalam hati. Terlebih Alvina bak anak kecil kehilangan balon bermainnya. Menangis tanpa malu ke arah pemandangan alam. "Sinting." cibirnya dalam hati. Ia lalu fokus dengan wanita di sebelahnya. Berharap berhasil kerja samanya.

Lama berdiskusi Nizar kembali melirik arah Alvina duduk. Ternyata kosong. Tampaknya gadis patah hati itu sudah pergi. Ah lebih baik, ia bisa pergi ke kamar dengan tenang dan tak perlu repot membayangkan wajah sedih gadis itu. Alvina bersama tonjolan menggiurkan.. Sadar Nizar! Bersihkan pikiran gilamu. Sudah cukup pandangan tak bermoral sempat kau layangkan sebelumnya.

Nizar berjalan tenang meregangkan tangan. Hari ini memang sengaja ia tidak ikut rombongan wisatawan. Besok akan ia gunakan sebaik-baiknya berlibur. Membeli oleh-oleh untuk sang mama dan kakak perempuan tercinta.

Selesai membersihkan diri Nizar hanya memakai kaus berwarna putih dan celana pendek santai. Malam ini ia mau makan di kamar saja dan merapikan beberapa pekerjaan. Besok ia berjanji akan menikmati waktu untuk berlibur. Bersenang-senang dengan alam.

Rencana yang bagus.

Nizar menikmati makan malam dengan tenang sambil sesekali menyaksikan layar televisi. Menonton kebiasaan sehari-hari orang Selandia baru. Tetapi tetap saja ia merindukan kota Malang. Ia nyaman berada di sana. Kesendirian di kota Malang.

Nizar menikmati potongan apel segar yang ia pesan dari pihak penginapan. Lagi-lagi ia merindukan apel Malang. Nizar tertawa, untuk apa jauh-jauh ia berwisata ke negeri ini jika kota Malang terus terngiang di pikirannya.

Tok.. Tok..

Ketukan pintu kamar membuat Nizar berfikir sejenak. Dia tidak memesan apa-apa lagi. Setelah menyelesaikan pekerjaan Nizar berniat untuk tidur. Lalu siapa yang mengetuk?

Tok.. Tok..

Nizar berjalan pelan tanpa memeriksa celah kecil yang biasa tersedia di pintu. Saat pintu terbuka penampakan si gadis pemilik gundukan kenyal itu berdiri dengan wajah aneh menatapnya.

"Boleh aku masuk botol kecap?"

Nizar menaikkan alisnya bingung. Tersinggung lebih tepatnya. Sambil menatap jelas-jelas wajah Alvina yang terlihat sayu bahkan berdiripun tak tegap. Ada apa dengan dirinya?

Bukan urusannya memikirkan keadaan Alvina. "Maaf nggak bisa." Ucapnya tegas.

Bruk..

Nizar menutup pintu kamar itu dengan geram. Apa tadi dia bilang? Botol kecap?

***
Tbc
Kamis, 24-11-16
Mounalizza

Continue Reading

You'll Also Like

147K 13.2K 35
Kenny Andriani, usia 30 tahun, seorang amatiran youtuber dan food blogger yang sering di panggil ahjumma oleh teman-teman adiknya, mengunjungi Korea...
15.7M 990K 35
- Devinisi jagain jodoh sendiri - "Gue kira jagain bocil biasa, eh ternyata jagain jodoh sendiri. Ternyata gini rasanya jagain jodoh sendiri, seru ju...
18.7M 1.1M 54
AVAILABLE ON GRAMEDIA DAN TBO COUPLE IN PRIVACY, STRANGERS IN PUBLIC! [ PART DI UNPUBLISH SECARA ACAK ] Zeya menatap sinis. "Gak usah sok baik ke gu...