Young Marriage

By Morzy-pum

328K 13.2K 379

"Mereka bukan menjatuhkanmu, tetapi mereka mempertahankanmu" #20 In Fanfiction (08/11/ 2016) More

1 [Guest]
2 [ Pregnant ]
4 [You are an idol?]
5[ Misterious ]
6 [ Can't get you off my mind ]
7 [ Girly ]
8 [ I Can't tell fallin in love ]
9 [ Shit!i love u ]
10 [ ]
11[ Ewh ]
12 [ Seriously? ]
13 [ ORLANDO ]
14 [ Problem ]
15 [ Gue cewek ]
16 [ BITCHY ]
17 [ OMG!!Surprise!! ]
18 [ New Friend]
19 [ Morning Wedding ]
20 [ Wedding day ]
22 [ Moved of state ]
23 [ Holiday? ]
24 [ Baby? ]
25 [ Longest Day Ever ]
26 [ Uttaran in Bali ]
28 [ Ari pengen jadi aktris ]
29 [ Waves ]
30 [ Baby ]
31 [ Baby Guid ]
32 [ Gruidina Anne Morris ]
33 [ Problem(?) ]
34 [ BAD ]
35 [ Cold water ]
36 [ Sama seperti ibunya ]
37 [Throwback]
39 [ Little Slut ]
40 [Leukimia]
41 [Wrong]
42 [ Matt or Mad ]
43 [ Bella ]
Happy Bithday MattyB
44 : [ I told you ]
46 [This town]
45 [ So Alive ]
47 [ Wildest Dream ]
Epilogue

3 [ Menikah? ]

13.7K 450 4
By Morzy-pum


"Apa? Aku tidak melakukan apa pun kepadamu, ayolah" Elak Matt dengan wajah meyakinkan.

"Kau--" Ucapku terputus

"Kau salah paham, it-itu--" Ucap Matty terputus.

"Dia akan bertanggung jawab untuk ini" Tante Tawny mengelus pundakku.

Posisiku diam namun air mata terus mengalir, mana mungkin bisa aku mencintai lelaki itu. Padahal kami baru bertemu kurang dari 24 jam. Ini sungguh tidak masuk akal. Dia hanya diam merasa tak bersalah duduk di sisi ranjang dengan tatapn kosong. Gadis batinku memukul dinding hatiku sambil berteriak DASAR LELAKI PAYAH.

"Kita akan urus pernikahannya nanti malam" Ujar Mama tegas sambil mengaktifkan ponselnya.

"Apa nikah?" Pekikku terkejut setengah mati. Kepalaku terasa diputar dan di jatuhkan ke bumi. Matty menatapku dengan tatapan sama-sama terkejut. Ya Tuhan ternyata

"Tapi Bi, kami tidak saling mengenal apalagi mencintai. Kami baru bertemu sejak 19 jam lalu" Sahut Matthew tak terima, nah ini. Aku setuju padamu.

"Diam! Ini adalah perjodohan sejak kalian lahir" Bentak Mama sambil mengotak-atik ponselnya seolah ia akan memberitahu semua orang bahwa ini sudah terjadi.

"Ma gak bisa gitu dong" Rengekku

"Kamu mau melahirkan anak di luar nikah? Pokoknya mama gak mau tau" Wanita itu mematikan ponselnya dan meletakkan tangannya di sisi perut

"Ma kita harus periksa dulu, apa aku benar benar hamil" Tangisanku menjadi ketika kenyataannya Mama tidak peduli.

"Gak ada, semua udah jelas. Resepsi pernikahan dilaksanakan minggu depan!" Wanita itu terlihat serius. Sekarang aku akan memanggilnya Wanita dan bukan sebutan Mama.

"Beri mereka waktu Shofie" Tante  Tawny menarik tangan wanita itu untuk ke luar kamar.

"Aku benci kau, Mama"

Mereka menutup pintu kamarnya dan sekarang aku berada di dalam masalah yang benar-benar besar dengan lelaki gila senyum ini. Andai saja dia tidak berada di sini. Mungkin pernikahan ini bisa di undur dan aku bisa kabur pulang ke rumah.

"Dengar, aku tidak menghamilimu"  Matty mendekatiku dengan wajah tertunduk dan menengok kearah ku.

"Aku tahu, maaf aku sudah mengambil keputusan terlalu cepat" Aku menyadari bahwa aku juga salah, otakku terlalu cepat untuk mencerna semua ini. Katakan saja aku terlalu polos dan terlalu sering menonton sinetron.

"Kau tidak salah, ini semuanya salahku. Aku--aku ingin mengambil jam tanganku, dan set--setelah itu aku--aku tertidur karena lelah, ya tertidur" Dia cengengesan dengan nada gagapnya itu.

"Hah?"

"Berhenti memicingkan matamu, Ariana. Fikirkan bagaimana semua ini bisa dibatalkan" Lanjutnya menyadari ekspresiku.

"Mau bagaimana lagi, mungkin ini sudah takdir. Lagi pula ini perjodohan dari lahir" Jawabku sederhana sambil mengangkat kedua bahuku.

"Mungkin aku bisa menerima dirimu" Matty menatap diriku dengan bibir yang di tarik ke atas

"Lagi pula aku melajang selama 5 tahun ini, bukan berarti aku jelek, bau, dan idiot, dil uar sana banyak wanita yang mengejarku, tapi Mommy melarangku pacaran" Lanjutnya

"Kau bercanda?!"

Author POV

Dengan perasaan gembira, kedua wanita paruh baya ini meninggalkan kamar lelaki muda yang memiliki mata biru itu. Mereka menuju ke arah balkon atas untuk melanjutkan tentang pernikahan anak mereka.

"Akhirnya ini bisa terjadi Tawny" Shofie menyatukan telapak tangannya dengan Tawny, mereka berhasil.

"Ini sudah lama kutunggu, setelah 21 tahun lamanya kita bisa menyatukan anak kita" Tawny tertawa jahat sambil duduk di balkon atas.

"Benar sekali, aku tak sabar memiliki cucu dari keluarga Morris. Ternyata dengan mudahnya, tanpa menunggu waktu 2 bulan kedepan. Aku sangat menginginkan cucu"

"Baiklah kita akan berbicara pada suami kita, bahwa anak kita akan menikah dengan segera" Ucap Tawny tertawa jahat

"Aku tahu anakmu tidak mungkin menghamili putriku, aku tahu dia anak yang baik" Shofie meyakinkan dengan alis yang dinaikkan ke atas.

"Pasti" Kekeh Tawny

******

Ariana POV

Sekarang aku berada satu bangku dengan Matt, ia merangkulku, mencium dahiku, dan mengelus pundak ku. Semua ini paksaan wanita-wanita paruh baya itu, uh menyebalkan. Apalagi semua keluarga sedang berkumpul dan membahas hal pernikahan.

"Ini menyebalkan. Jangan rangkul aku, Matthew" Bisikku dengan gertakkan gigi diakhir.

"Kita harus bisa mencari perhatian, agar tidak diomeli lagi. Kau mengerti?" Ia tersenyum menatapku seolah ada cinta disana, ew.

"Kita akan melaksanakan resepsi minggu depan tepatnya hari jum'at dan pestanya hari Minggu" Paman Blake menatap kami berdua dengan senyuman hangat. Ugh! Terlalu ini terlalu cepat. Cepat atau lambat aku akan menceraikan lelaki gila senyum ini.

"Bukankah itu terlalu cepat?" Matty mulai berbicara.

"Ya, awalnya dilaksanakan 2 bulan kedepan. Mengingat istrimu sudah berbadan dua jadi semua ini harus dipercepat" Jawab Paman Blake diiringi tertawa, ya terdengar seperti tertawa jahat.

"Tapi--" Ucapku terputus.

"Lalu bagimana dengan gaun Ari?" Sambar Tante Tawny dengan raut wakah tak sabar. Huh, selalu saja.

"Kita akan pesan di perancang ternama, mungkin dari Italy atau Swiss" Papa tampak mempertanyakan kesetujuaannya pada keluarga wanita.

"Huftt...ini menyebalkan, kita tidak bisa apa-apa" Gumamku sambil menggigit bibir bawahku.

"Oh ya,b agaimana dengan kostum keluarga?" Mama, oh salah. Maksudku wanita itu mulai mengeluarkan suaranya sambil mengedipkan sebelah matanya padaku.

"Kita buat dengan warna putih cerah" Saran Sarah dengan raut wajah bahagia.

"Ide Bagus" Lanjut Becca, dia adalah sepupunya Matty.

"Lalu kita akan memesan hotel dimana? Dan Bulan madu" Tanya wanita itu sekali lagi.

Gadis batinku merengek minta di keluarkan dari penjaranya, semuanya begitu sulit dipecahkan. Hatiku rasanya ingin jatuh ke jari kaki sekarang juga.

"Kita akan memesan hotel Bintang 5 untuk pestanya sedangkan Bulan madu mereka yang tentukan" Paman Blake menatap kedua pasangan yang ada di hadapannya.

"Apa? Kami?"

"Apa bulan madu?" Kataku sedikit terkejut. Hah mati saja aku, ugh!

"Ya Bulan madu"

"Baiklah, sebaiknya kalian tidur karena ini sudah larut malam. Besok kita akan lanjutkannya lagi" Paman Blake melirik jamnya sambil menutup buku rencana.

Aku, Matty, Sarah, John, Jeebs, kami semua kembali kekamar masing-masing. Kecuali Paman Blake, Tante Tawny, Papa, Mama, Mars, dan Becca.

"Hey, kenapa kau bengong?" Matty tersenyum menepuk sedikit keras bahuku.

"Fuck!! Kau membuatku kaget" Bentakku dengan wajah sebal sambil melanjutkan perjalananku ke kamar Sarah.

"Maaf" Ucapnya

"Kau bukan Justin Biber yang pas untuk mengatakan maaf" Seruku.

"Kau keterlaluan, Matt. Kau berhasil membuatnya tidak suci" Bisik Sarah yang berada di belakangku, terdengar sangat jelas.

*********

Aku terpaksa harus tidur dikamar Sarah lagi karena ini adalah satu-satunya kamar yang tersisa. Mungkin kalian akan berfikir ketika rumah yang sangat besar seperti istana hanya memiliki 12 kamar. 8 kamar untuk keluarga dan 4 kamar untuk pembantu. Kau harus tahu, di rumah ini sedang kedatangan banyak tamu.

Dan tentang Sarah. Semenjak ia mengetahui hal kemarin tejadi, sifatnya sangat berbeda terhadapku. Dia lebih lembut, dan kadang-kadang ia berusaha untuk menjawab semua pertanyaanku. Ya walaupun terkadang aku melihat dia yang agak merasa keberatan bila aku tidur di kamarnya.

"Kenapa kau tidak menggunakan AC saja?" Tanyaku pada Sarah yang sedang menonton TV.

"Aku tak suka AC, aku lebih suka kipas" Jawab Sarah diselangi dengan suara keripik yang ia kunyah.

"Kenapa?" Tanyaku

"Kipas, anginnya lebih kuat" Jawab Sarah diiringi dengan tatapan 'memangnya kenapa?'

Kami sama-sama hening, karena aku tidak bisa menemukan topik begitu pula dengannya. Hanya suara kunyahan keripik dan kekehan pemain film yang memenuhi ruangan ini. Terasa hambar dan datar.

"Kau mencintai Matthew?" Tanya Sarah memecah keheningan.

"Aku tidak mencintainya" Jawabku tertunduk dan tersenyum tidak enak.

"Orang tua kita tidak mau mendengarkan kau dan Matt. Well, itu sih hal wajar menurutku. Kalian bertemu lalu kalian dijodohkan, itu adalah hal yang sulit dipercaya apalagi kalian tidak mengenal satu sama lain. Dan aku ingin bertanya. Apakah benar kau dihamili?" Tanya Sarah lagi-lagi meyakinkan.

"Entahlah, tapi setahuku Matt sudah memelukku layaknya guling, dan sejauh itu tidak terjadi hal aneh. Aku terlalu cepat mengambil keputusan" Jawabku dengan hela nafas panjang.

"Kau harusnya periksa terlebih dahulu, kau hamil atau tidak" Saran Sarah sambil membenarkan posisinya.

"Aku sudah mencoba berkata. Aku juga ikut salah, harusnya aku tak berteriak keras kalau aku hamil, aku telah memfitnah Kakak mu itu" Ucapku tertunduk.

"Sudahlah jangan difikirkan. Cobalah untuk menikmatinya sesaat, kau juga tidak punya pacarkan?" Sarah menepuk bahuku dua kali.

*********

"Arii, arii bangunnn!!!!" Pekik mama

"Kenapa sih ma?" Jawabku dengan mata tertutup dan menimpa wajahku dengan guling.

"Hari ini kita cari baju pengantin" Mama menarik tanganku

"Ma ini masih pagi, aku ingin tidur lagi" Dia mencengkam tanganku, dengan kekuatan hebat aku meraih bantalku dan menutup telingaku dengan bantal

"Bangun" Teriak Mama di telingaku, namun bantal menyelamatkanku.

"Kita perlu air es" Perintah mama kepada seseorang, terdengat suara langkah kaki menuju ke luar. Tak lama kemudian...

Mama menarik tanganku dan menyeretku ke toilet, malas bangun sebenarnya padahal aku tahu apa yang dilakukan mama setelah ini.

'Byurr'

"Aaaaaa dinginn" Teriak ku

"Bagun atau aku akan menyiram untuk yang ke dua kalinya" Ancam Mama sambil berdecak pinggang, ia sudah berpakaian rapi pagi ini, pasti ini hal menyangkut pernikahan.

"Iya iya" Jawabku sambil memutar bola mataku dan berdiri melangkah ke arah kasur dan menghantam badanku ke atas kasur.

"Ada apa?" Matty tiba-tiba masuk kamar Sarah dengan wajah panik dan nafas tak teratur.

"Calon istrimu susah bangun" Sindir Mama menaikkan sebelah bibirnya.

"Ma gak usah bilang calon istri deh, itu belum tentu terjadi!" Bantahku.

"Cepat atau lambat" Mama meniggalkan ruangan dengan tatapan jahat.

Matty menatapku acuh, ia melipat tangannya di dada sambil menaikkan sebelah alisnya. Sedangkan aku yang terlentang di atas kasur dengan posisi kepala di bawah hanya membuang muka dan menenggelamkan wajahku di atas bantal.

"Kenapa kau? Tak suka melihatku, huh?" Aku mulai risih, sejak tadi Matty terus menatapku dengan tatapan yang begitu berbeda.

"Mungkin ini yang disebut hari marah" Ia berdiri dan melangkah ke arah pintu keluar.

"Aneh" Gumamku mulai bingung.

"Lihatlah itu..."

This capt is so terrible AF gais:)

Continue Reading

You'll Also Like

Sekara By logolepsy

Teen Fiction

523 116 24
Awalnya tak ada alasan bagi Serana untuk menyukai hujan. Alasan itu datang saat dirinya dihadapkan luka dengan hujan yang mengiringinya. Cerita ini t...
69.6K 2.5K 79
Cinta?! Apa arti cinta menurut kalian? Apa kalian pernah mendengar istilah bahwa cinta dan sakit hati itu satu paket? Pasti pernah dong. Cinta bisa m...
1.8M 131K 50
Aneta Almeera. Seorang penulis novel terkenal yang harus kehilangan nyawanya karena tertembak oleh polisi yang salah sasaran. Bagaimana jika jiwanya...
916K 67.3K 31
ace, bocah imut yang kehadirannya disembunyikan oleh kedua orangtuanya hingga keluarga besarnya pun tidak mengetahui bahwa mereka memiliki cucu, adik...