Young Marriage

By Morzy-pum

328K 13.2K 379

"Mereka bukan menjatuhkanmu, tetapi mereka mempertahankanmu" #20 In Fanfiction (08/11/ 2016) More

2 [ Pregnant ]
3 [ Menikah? ]
4 [You are an idol?]
5[ Misterious ]
6 [ Can't get you off my mind ]
7 [ Girly ]
8 [ I Can't tell fallin in love ]
9 [ Shit!i love u ]
10 [ ]
11[ Ewh ]
12 [ Seriously? ]
13 [ ORLANDO ]
14 [ Problem ]
15 [ Gue cewek ]
16 [ BITCHY ]
17 [ OMG!!Surprise!! ]
18 [ New Friend]
19 [ Morning Wedding ]
20 [ Wedding day ]
22 [ Moved of state ]
23 [ Holiday? ]
24 [ Baby? ]
25 [ Longest Day Ever ]
26 [ Uttaran in Bali ]
28 [ Ari pengen jadi aktris ]
29 [ Waves ]
30 [ Baby ]
31 [ Baby Guid ]
32 [ Gruidina Anne Morris ]
33 [ Problem(?) ]
34 [ BAD ]
35 [ Cold water ]
36 [ Sama seperti ibunya ]
37 [Throwback]
39 [ Little Slut ]
40 [Leukimia]
41 [Wrong]
42 [ Matt or Mad ]
43 [ Bella ]
Happy Bithday MattyB
44 : [ I told you ]
46 [This town]
45 [ So Alive ]
47 [ Wildest Dream ]
Epilogue

1 [Guest]

35.1K 774 42
By Morzy-pum

Ariana Point Of View

   Ariana Amanda Edberth, ya itu aku. Seorang gadis berumur 18 tahun yang berkepribadian buruk. Well, jangan fikir aku ini seperti pada kebanyakn cerita. Mungkin kalian akan berfikir dua kali ketika mendengar nama margaku. Aku tidak seperti pada kebanyakan cerita yang pemerannya setengah Amerika-Indonesia. Nama margaku adalah Edberth, dan itu adalah marga Indonesia. Entah mengapa nenek buyutku membuat marga itu. Banyak orang-orang ketika membaca namaku mengira bahwa aku itu adalah bule, dan pada saat mereka melihat wajahku mereka terkejut dan berkata "Dikirain bule"
Ini sering terjadi di saat hari pertama masuk sekolah.

   Aku sudah biasa dengan itu, namun aku tak habis fikir mengapa nenek membuat marga dengan nama seperti itu? Aku lebih suka marga ting-ting, kuya, atau onsu gitu biar gak diejek dengan kesalahan nama.

   Oh ya, aku anak bungsu tepatnya anak ke 2 dari pasangan Shofie Edberth dan Dimas Edberth. Aku mempunyai kakak yang bernama Jake Dimas Edberth. Usianya mengunjak 23 tahun pada bulan Mei kemarin. Saat ini ia tengah berkuliah di Amerika tepatnya di New york. Kau tahu? Dia mewarnai rambutnya menjadi ungu unicorn dan curly. Hahaha dia mengirim foto rambut baru itu di snapchat beberapa hari lalu, hal itu membuatku ingin muntah seblak lewat pori-pori.

   Untuk fisik, tinggi dan berat badan bisa dibilang aku cukup ideal untuk gadis-gadis sebayaku, aku tidak terlalu pendek ataupun tinggi namun--ugh okay aku pendek, tinggiku 158 cm. Sedangkan tinggi Jake 185 cm, kau bisa bayangkan betapa mungilnya aku berada di samping manusia bagong itu. Entahlah padahal Mama dan Papa tubuhnya tidak terlalu tinggi.

   Banyak yang beranggapan kalau kakak ku tidak mirip Mama dan Papa tetapi tak sedikit pula dari mereka beranggapan kalau Jake itu mirip orang Latin, iyuhhh yang benar saja.

"Lo anak pungut, Mama dan papa gak mirip orang Latin tuh" Cibirku

"Mama papa juga gak mirip sama lo, lo tuh yang anak pungut. PENDEK" Balasnya tinggi

"Mama itu pendek sama kayak gue. Gak bagong kayak lu, Papa juga tuh masih di ambang batas normal. Dasar hantu egrang" Yaps, aku punya fakta lebih kalau aku ini original anak Mama Papa. Original ya, tanpa remix ataupun micin.

"Mama lulusan Oxford, Papa lulusan di Finlandia. Berartikan mereka itu pinter dan berprestasi, terus kalau Ari pinter kasih alasan ya?" Jake memyudutkan bibirnya keatas sambil melotot kearahku.

"Lo itu anak pungut titik titik titik titik!!" Pekikku.

   Dan disaat itulah Mama menghempaskan piringnya. Papa keluar dari ruang kerjanya dengan mata melotot kearah kami. Jake menyalahkanku dan Papa memarahiku. Bangke sekali.

   Tapi setelah kulihat-lihat, Mama mirip aku dan Papa sekilas mirip kakak. Terserah, yang penting aku adalah anak Mama Papa.

"ARII! BANGUNN! LAGI-LAGI  TELAT UNTUK KE 1565 KALINYA!" Teriakan menggelegar memenuhi seluruh penjuru rumahku. Aneh tapi nyata rumahku sangat luas, Mama berada di dapur luar lantai dasar dan aku berada di lantai 3 tepatnya di kamarku.

"Ini masih pagi Maa!!" Pekikku membenamkan tubuh pada kain selimut. Yang benar saja pagi-pagi buta seperti ini Nama membangunkan ku, dikira aku ini petani apa?

    Sebenarnya aku ini sudah masuk alam sadar namun setan-setan terkutuk menindih tubuhku agar aku tidak bisa berdiri untuk menemui orang-orang dibawah. Oh ya, di rumah aku termasuk jenis makhluk garang level 9. Papa aja gak berani tuh ngebangunin aku.

"Ini jam 06.40 kamu masuk jam 7!!" Tiba-tiba sosok wanita dengan gulungan handuk di atas kepalanya membuka pintu kamarku dengan keras, ia membawa jam baker yang berdering menunjukan pukul 06.40.

"Kyaaaaaa" Teriakku.

***

   Hari sial.
Aku baru ingat kalau hari ini hari pertama aku masuk kuliah. Tentu setiap orang tidak mau terlambat pada hari pertamanya. Jika satu kali terlambat maka aku bisa saja di cap sebagai gadis yang berani datang telat. Well, tadi pagi aku langsung mengganti bajuku dan menyikat gigiku saja. Aku tidak mandi, cuci muka, ataupun bersolek layaknya yang lain. Oh ya, fakta selanjutnya adalah aku tidak suka rok. Bernasib baik saat ini aku sudah kuliah jadi aku bisa menggunakan celana jeans setiap hari.

"Gara-gara game tabu bulat, gue berantakan. Fuck my life!" Eluhku kesal sambil berjalan kearah gerbang kampus.

   Aku menyusuri jalan menuju taman, untungnya aku tidak terlambat karena ini hari pertama kuliah dan staff sekolah tengah sibuk mendata mahasiswa-mahasiswi  baru.

   Aku duduk di bawah pohon karena di berbagai sudut kursi taman sudah dipenuhi anak-anak yang lain. Earphone yang awalnya berada di leherku ku ubah posisinya menjadi di telinga. Kuputar musik slow dari Ed Sheeran dengan volume sedang. Damn it! They are so good.

"Ari!!!" Teriakan yang melebihi kapasitas volume speaker langsung menancap ke inti telingaku. Suara gadis ini sangat familiar di telingaku. Oh Tuhan! Bolehkah aku tenang sebentar? Sungguh pagi yang berantakan.

"Kangen bangeeeettt!!!" Gadis di depanku antusias sambil memeluk tubuhku dari samping. Style feminim dari atas kebawah, ia menggunakan rok selutut dan baju putih bercorak bunga serta blazer pink pastel melekat padanya. Rambut sebahu yang dibuat curly dan sedikit messy. Make up natural dan parfum vanilla yang sangat khas. Namanya Karin Norida.

"Kebiasaan banget meluk-meluk, ntar dikira kita lesbi" Ujarku dengan ekspresi datar sambil melepaskan lengannya.

"Ih Ari, kita itu harus menghargai Lesbi dan Homo. Gak boleh rasis gitu dong" Jelas Karin. Tenang sahabatku satu ini masih normal dan sudah punya pacar kok.

"Well, oke. Whatever" Ekspresi melas sangat terpampang di wajahku. Aku mengalah. Karena aku tahu bila aku menentangnya, dia bisa-bisa nangis karena kubentak.

"Bentar deh, gue punya pertanyaan buat lo" Karin menatapku sinis layaknya guru killer yang siap memberikan soal aljabar. Oh no! Hindari aku dari mereka.

"Gak mandi?'' Tanyanya pelan mirip dengan bisikan. Ia masih bisa kupercaya untuk menjaga image hehe.

"Hehheh maaf "kekehku.

"Ini pasti gara-gara game lagi. TUh selalu aja gue nasehatin lo tapi gak pernah didenger. But it''s ok, gak papa deh gue tetep sayang sama lo" Karin memelukku dengan senyuman.

   Sedikit menjijikan namun aku sayang Karin. Kami bersahabat sejak kelas 3 SD. Dan ia hanya satu-satunya sahabat terbaikku.

  Author POV

'Bugh'

Ariana membantingkan tubuhnya ke kasurnya berukuran king. Dengan kaus kaki masih menempel rekat di kaki jenjangnya dan tas ransel masih bersentuhan dengan punggungnya. Hari yang sangat panas, padahal mesin pendingin saat ini bersuhu 18°C.

"Bibi" Teriak Ariana dari lantai atas.

"Tolong buatin es teh sama sandwich pake telor ga pake garem, ga pake lada, dagingnya yang banyak" Pekiknya lebih keras.

   Ariana merasa gerah, ia mengibaskan rambutnya kebelakang lalu membuat ikat rambut model ponytale. Ia meraih ponselnya dan membuka Aplikasi yang Instagram. Di beranda awal ia tertuju pada foto terbaru dari seorang Karin Norida sahabatnya yang membuat caption.

Maaf aku gak bisa jadi sesempurna yang kamu mau

"Oh boo!" Gumamnya. Ari meloncat dan kaget di tengah hari yang panas itu.

Ariana via line with Karin

Ariana : lo putus sama gaga?

KN : iya 😭

Ariana : kok bisa?

KN : dia yang putusin gue, gak tau kenapa 😭

Ariana : Tuh kan. Makanya jangan mau ketipu sama dia, dia cuma manfaatin lo, Karin. Kalau dari awal gue udah gak restu sama kalian berdua dijamin hasilnya kayak gini. Lo yang sabar aja deh, besok gue kerumah lo.

KN : Iya makasih.

   Ariana merasa sangat sedih tentang Karin. Membayangkan Karin tengah meratapi sang mantan sambil menempelkan tisu pada bagian kelopak matanya, berkata-kata tak jelas di depan foto sang Mantan.

   Ari tergelonjak kaget bukan masalah mereka menjalin hubungan lama atau pacaran goals, yang ia fikiran pertama kali adalah Karin pasti heboh dan berusaha keras untuk move on. Menangis, depresi, bunuh diri adalah kata-kata pokok setiap harinya.

Lucu.

"Ayo atuh neng Ari ini teh sama sandwichnya, dari tadi Bibi nungguin neng Ari melamun" Tiba-tiba suara khas sunda Bi Sus menyadarkan lamunannya, ia menyodorkan Nampan yang berisi makanan dan minuman dingin itu.

"Makasih ya, Bi " Ucap Ari terkekeh dan melahap sandwichnya.

"Neng Ari dipanggil Ibu" Lanjut Bibi mendorong jempolnya kearah belakang.

"Dipanggil kenapa?" Tanya Ariana mulai mengalihkan pandangan ke arah wanita paruh baya itu.

"Gak tau deh neng, tapi kata ibu disuruh cepet " Ucapnya dengan ekspresi tak bisa ditahan.

   Gadis itu hanya mengangguk kecil dan menuruni tangga rumahnya, ia tertuju pada
gerak-gerik di gudang bawah. Ekor matanya merasa ada sesuatu yang bergerak, Ari membalikan tubuhnya 90° dan melihat ibunya tengah merapihkan banyak tas dan koper.

"Baju?Kita mau liburan?" Sentak Ariana terkejut melihat banyak koper dan tebaran baju.

Mamanya menghembuskan nafas beratnya, perlu beberapa detik untuk mengatakan hal ini pada Ariana "Kita pindah"

"Pindah kenapa? kemana?" Ari kaget bukan main.

"Ke USA, tau USA kan? Yang ada patung labrety itu loh" Harusnya pengucapan USA itu kan yu es e dan bukan usa. Hadeuhh dasar Mama.

"Liberty. Iya iya tau itu Amerika mamski, terus kenapa kita pindah?" Tanya Ariana yang baru menyadari bahwa ia akan pindah ke luar negeri, Oh Tuhan.

"Karena papa kamu pindah kerja" Ucap Mama sibuk menumpuk tas.

"Terus rumah ini?" Kepala Ari berdenging, air matanya tumpah.

"Dikontrakin" Ucap Mama singkat.

"Ha? Mama aku masih pengen disini, lagi pula aku baru sehari kuliah. Ayolah Ma, selesaiin satu semester dulu baru kita pindah" Rengeknya

"Papa kamu harus dinas selama 7 tahun, emangnya kamu mau ditinggalin disini sendirian? Lagi pula nanti kuliahnya lebih bagus di Yu es e kan enak kalau kerjanya disana dibayar pake dollar" Ujar Mama menohok.

"Kuliah? Karin? rumah? Bi Sus?" Ucap Ariana dengan dada sesak

"Disana bakal lebih baik kok" Ujar Mama bangkit dari duduknya dan memeluk tubuh putrinya.

"Nanti kalau liburan kita main ke Indonesia, tenang aja. Kita temuin Karin" Ucap Mama mengelus rambut halus Ariana.

---------

   Ariana sudah bilang ke Karin bahwa besok ia akan terbang ke Amerika, tadi mereka sudah bertemu di caffe sambil nongkrong.

   Ia sangat sedih.
Bagaimana tidak sudah diputusi pacar ditinggal teman ke Amerika pula. Poor Karin

   Tapi Karin masih memiliki teman yang bernama Barbara putri, dari sana Ariana mulai tenang karena Karin punya teman yang dapat mendengarkan curahan hatinya selain Ariana,

   Sekarang Ariana sedang beres beres kamar, pakaian sudah dikemas oleh sang Bibi sejak tadi. Nah sekarang ia hanya membereskannya dan memasukan barang berharga kedalam koper.

"Gue harap ini cuma mimpi dan besok gue bagun masih disini dan pergi kerumah Karin besok" Gumam Ariana sambil menutup matanya.

------------

   Matahari.
Cahaya menyebalkan yang mengawali pagi hari, untuk pagi ini mungkin adalah cahaya percikan neraka. Ya, pagi yang paling buruk sepanjang masa.

   Ternyata ini bukan mimpi, ini kenyataan dan sekarang sudah jam 8 dan jam 11 nanti ia harus sudah berada di bandara Soekarno-Hatta untuk keberangkatannya menuju ke Amerika.

"Ini nyata, gue harus bisa beradadaptasi dengan lingkungan gue nanti" Gumam Ariana beranjak dari ranjangnya.

   Saat ini ia tengah bersedih, seharusnya hari ini ia ospek bersama Karin. Harusnya hari ini mereka di jahili kakak senior, terkena pecahan telur, berjoget berdua di lapangan, Ariana melalui MOS SD, SMP, dan SMA sebelumnya bersama Karin, tapi tidak untuk sekarang.

Entah 5, atau 10 tahun lagi Ariana akan menemui Karin, tapi Karin berkata kepadanya, setelah S1 ia akan melanjutkan S2 di Denmark, mungkin persahabatan mereka hanya sampai hari kemarin saja.

"Ari, cepat mandi terus sarapan ya, kita berangkat jam 9" Lelaki berumur 47 tahun itu membuka pelan pintu kamar anak gadisnya. Ia tersenyum berusaha menenangkan perasaan yang ada dalam hati putrinya.

"Tapi pa, kan harusnya jam 11" Bantah Ariana pelan dengan mata sayunya.

"Iya memang, tapi menuju bandara itu lama, nak. Dan kita belum mengurus paspormu. Ari kan belum pernah ke Amerika jadi kita harus mengurusnya lebih lanjut" Jelas Papa tersenyum.

Gadis itu hanya mengangguk kecil ke arah Ayahnya

"Yaudah yang cepet ya, Papa tunggu di bawah" Ucap Papa menutup kembali pintu kamar.

   Ari terdiam di atas kasurnya, ia menatapi kaca rias yang ada di depannya. Fikiran kosong dan air mata yang berjatuhan. Pelupuk matanya penuh dengan air mata, wajahnya mulai memerah dan matanya pun ikut begitu.

"Mama tau kamu gak suka pindah ke Amerika, tapi kamu harus ikhlas dong. Nanti waktu kita liburan mama janji bakal ajak kamu ke Indonesia lagi" Ujar Mama tiba-tiba dari balik pintu.

"Gak usah fikirin Karin, banyak kok yang lebih baik dari dia"

"Enggak!! Enggak!! pokoknya aku gak mau. Mama jangan asal ngomong, Karin itu lebih baik" Bantah Ariana mentah-mentah.

"Kamu nentang Mama?!" Mama menaikkan nada bicaranya. Urat lehernya terbentuk dan dagunya naik.

'Plakk'

" Awhhss "

-----------

Ariana POV

   Tadi itu sungguh menyebalkan. Jangan kalian fikir aku ini adalah anak yang manis, imut, feminim. Buang kata kata menjijikan itu. Aku adalah Ariana Anak yang paling bandel di kelas, dan selalu saja keluar masuk ruang BK, ingat sekali lagi. Aku yang tomboy.

   Mari kuceritakan ceritaku. Sekarang aku berada di dalam pesawat, aku tak mau duduk didekat Mama dan Papa, karena aku masih mengingat kejadian tadi pagi. Jadi aku duduk didekat lansia yang cerewet dan banyak tanya iwhh. Aku bersyukur membawa earphone dan mendengarkan lagu dengan volume suara yang penuh, tenang aku tidak akan tuli karena telingaku sudah biasa dengan ini .

   Aku melihat dengan ekor mataku bahwa wanita tua renta itu terus berbicara padaku. Gayanya yang super nenek-nenek dengan bau minyak kayu putih dan nafas yang baunya tidak kusuka membuatku ingin sekali protes kenapa aku di dudukan disini. Aku tak habis fikir mengapa ia tetap berbicara? Padahal aku sendiri tidak menanggapi. Gadis batinku siap dengan surikennya, ia benar-benar tidak suka dengan wanita ini.

-------------

   Perjalanan dari Indonesia-Amerika sangatlah jauh, sekitar 16 jam waktu perjalanan. Perjalanan panjang sepanjang masa, aku bolak-balik toilet karena terlalu banyak minum soda, apalagi suhu disana dingin. Oh ya, kau masih ingat wanita tua renta itu? Hahaha ia lelah karena ia terus berbicara dan akhirnya ia tidur, namun aku sungguh tak sejahat yang kau kira. Aku masih menanggapi dengan beberapa kata dan senyuman.

   Nah sekarang aku sudah sampai dan berada di bandara Amerika. Entah apa nama bandaranya dan entah pula aku ini di kota apa, yang penting sekarang aku sudah berada di negara asing ini.

"Kita nginep di rumah temen Mama" Mama yang berada di depanku memberi tahu sebelum aku bertanya lebih banyak lagi.

Ok ok baiklah kukira aku memiliki rumah sendiri dan tidur bebas dikamar yang nyaman.

   Kami naik taksi untuk perjalanannya. Disela perjalanan itulah aku tidur lagi, sedangkan Mama menghubungi temannya itu. Setengah jam perjalanan aku dan
keluargaku sudah sampai di rumah yang lumayan besar ini. Ini baru pertama kalinya aku mengunjungi rumah orang asing, maksudku rumah orang luar negri.

Sebelumnya aku bertraveling bersama keluarga ku hanya di negara bagian Asia dan Australia saja, itupun aku harus menginap di hotel. Sekarang aku harus tinggal di rumah orang yang tak pernah kuketahui sebelumnya, benarkah?

'Ting tong'

   Papa memencet tombol hitam itu dan menunggu seseorang keluar dari rumahnya. Sedangkan aku masih setengah tidur dan tidak tahan dengan posisi tegak ini
Pasti perempuan akan merapikan rambutnya atau menebalkan gincunya apabila ingin bertamu. UNTUKKU ITU TIDAK BERLAKU. Aku tahu aku sangat berantakan, dan gaya yang tidak sopan dengan earphone menggantung indah di leher dan kepalaku, sudah seperti pohon natal. Rambutku yang kusut, dan kantung mata hitam, karena aku hanya tidur selama 2 jam dan waktu lainnya kuhabiskan untuk memainkan ponsel. Toh kalau emang jodoh pasti ada yang bakal suka sama aku, jadi biarkan keburukanku ini menjadi keunikan.

Pintu terbuka dan memperlihatkan lelaki tinggi yang terlihat 3 tahun lebih tua dariku. Ia menatapku sambil tersenyum, dengan wajah kusut dan tambah mengantuk aku bersembunyi di balik punggung Mama, jadi wajar saja aku tidak membalas senyuman itu.

"Silahkan masuk" Ia tersenyum ramah.

"Wah! Ini Matty kan? Sudah besar" Mama mengacak-acak rambut lelaki pirang kecoklatan itu dengan raut wajah bahagia.

"Ya Bibi ini aku, silahkan masuk jangan sungkan" Ujarnya ramah, ia membuka pintu lebih lebar untuk kami.

   Lelaki itu hanya melihatku heran, dan aku melihat rumah ini sedikit aneh entah mengapa.

"Shofie, long time no see"

"Tawny"

   Kedua wanita itu saling menyatukan tubuh mereka ya kau tahu lah itu berpelukan. Mereka melepas rasa rindu, hey they are cute btw.

   Kufikir keluarga ini sudah menunggu kami cukup lama, karena keluarga mereka sudah  duduk di kursi dengan persiapan makanan yang cukup banyak.

   Papa dan lelaki plontos itu mungkin ia adalah suami Bibi Tawny, mereka saling berjabat tangan.

   Aku masih melihat seluruh sudut rumah bak istana ini dengan setengah sadar, cukup keren karena di belakangnya aku melihat kolam renang yang luas dan mewah. Oh Tuhan aku sangat menyukai air tetapi aku takut dalamnya kolam renang.

"Cantik banget sih anaknya Shofie" Tante Tawny tersenyum membuyarkan lamunanku.

    Aku saling berjabat tangan dengan wanita itu sambil memperlihatkan senyuman gula yang ku punya lalu aku membuat muka ngantuk lagi kearah lain.

"Ini pasti akan meriah, semuanya cocok" Lelaki plontos itu buka bicara kearah Mama dan Papaku, entah apa yang ia maksud.

"Tentu saja, mungkin ini perlu waktu lama intuk dicocokkan. Tapi kita bisa mengendalikan mereka berdua" Jawab Papa terkekeh dibarengi dengan lelaki itu. Mungkin mereka membicarakan bisnis.

Aku sibuk memainkan ponselku dan--baterainya habis.

   Matty, uh lelaki itu merampas ponselku dan membawanya ke tempat lain. Ia membalik tubuhnya kearahku namun tetap berjalan kearah belakang, ia memberi kode bahwa ia akan mengisi baterai ponselku, dasar lancang.

"Eh cantik namanya siapa?" Aku tergelonjak ketika Bibi Tawny mencuil pahaku dengan jarinya.

"Ariana Amanda Edberth, bisa dipanggil Ari" Aku tersenyum getir menatapi seluruh keluarga asing ini.

"Nama yang bagus. Well,  Ari Sarah akan mengantarmu ke kamarnya. Tante gak tega liat kamu capek kayak gitu" Ucap Tante Tawny tersenyum. Dia sangat manis.

   Gadis itu hanya mengangguk kecil dan beranjak dari tempat duduknya, aku hanya membuntutinya dari belakang melewati tangga dan koridor yang lumayan luas, dan gadis itu memberhentikan langkahnya di depan pintu bercat putih yang elegan.

"Ini kamarmu?" Tanyaku seraya ia membuka pintunya.

"Ya silahkan masuk" Jawabnya singkat.

"Kau dulu, karena kau yang memiliki kamar ini" Ucapku 

"Ya, aku lupa itu" Tatapannya hanya datar seolah tak suka denganku.

Ketika aku menatap kamar ini gadis batinku berkata bahwa ini cukup bagus. Ia gadis yang hemat tempat alias kreatif. Tapi ternyata setelah kusadari gadis ini feminim, kuharap dia tidak alay dan lebay

"Nah kita bisa berbagai ranjang" Ucapnya mengambil alih tas ransel dariku.

"Hey jangan, biarkan aku meletakkannya" Perintahku tersenyum.

Ia seolah tak mendengar perintahku dan menggantungkan tas ranselku di belakang pintu. Ia aneh, cuek namun peduli dan tak banyak omong.

"Aku ingin tahu siapa saja yang berada di ruang tamu tadi" Ujarku besemangat dengan nada seolah minta di jelaskan keluarga 'asing' ini.

"Yang berkepala prontos itu adalah ayahku, yang tinggi itu adalah kakakku John, dan yang satunya lagi rambutnya agak tebal itu adalah kakak ku juga Jeebs, dan yang tadi membukakan pintu adalah Matty. Aku bungsu disini" Jawab Sarah duduk disisi ranjang sambil membaca novelnya.

"Oh,berapa umurmu?" Tanyaku yang mulai ikut duduk disisi ranjang sama sepertinya. Sebenarnya aku ogah-ogahan untuk melakukan hal manis pada gadis aneh ini, mengingat aku akan menumpang tinggal disini selama kami mendapatkan rumah baru, aku mengurungkan niatku untuk berburuk hati padanya.

" 16" Jawabnya singkat, jelas dan padat. Ugh! Apakah ia tidak memiliki sopan satun atau basa-basi semata? Ia hanya terfokus asik membaca novelnya tanpa menampar tatapan padaku. Tenang, tenang, aku menyadari bahwa gadis ini memliki sifat aneh dan cuek sama sepertiku, tapi--oke kami sama, aku tidak punya alasan.

"Dan kau?" Ia melanjutkan kata-katanya setelah 8 detik kami terhening--itu tidak tepat dijuluki lanjutan kata-kata karena selisih waktunya begitu lama.

"18" Jawabku singkat. Ia tak menjawab seolah tak mendengar.

   Membosankan. Aku berkeliling kamar ini sambil mengusap lenganku, hawa dingin dari fentilasi luar begitu terasa menggigit pori-poriku. Aku menuju meja riasnya, kaca yang lumayan besar dengan lampu disisi kaca, rak makeup yang berisi banyak alat-alat kecantikan itu tertata rapi serta bulu--oh brush maksudku, ya Karin pernah menggesekkan benda berbulu itu ke pipiku.

Kaki ku beranjak menuju ke meja bar mini yang terletak di bawah TV, sangat klasik dan nyaman. Disampingnya terdapat ruangan kecil yang tingginya kira-kira 100 cm, disana adalah tempat penghangat ruangan dengan kursi dan novel-novel yang tersusun rapi.

Mataku tertuju pada rak buku yang berisikan banyak novel, ini yang kusuka. Rak ini bisa berpindah menjadi ruang baca. Ku dorong pelan dan kaki ku melangkah kearah ruangan tersebut. Diruangan ini penuh dengan buku, beberapa sofa nyaman dan terdapat proyektor untuk menonton layaknya di bioskop, di ujung sana terdapat kamar mandi dan ruang ganti baju bernuansa tropis. Such a great things! Aku sangat iri pada gadis kaya ini.

"Maaf ini ponselmu sudah ada baterainya" Suara itu membuyarkan fikiranku.

"Dimana gadis itu?" Ia bertanya lagi, ah itu pasti Matty. Suara sepatu yang semakin mendekat membuatku sigap bersikap normal, agar wajah kampungan ku ini tidak terpampang karena keindahan ruangan ini.

"Kau disini rupanya" Ia tersenyum sambil memberika ponselku.

"Terima kasih" Aku meraih ponselku darinya. Bateraiku terisi 40% oh baiklah setidaknya aku bisa membuka aplikasi bila aku bosan nanti.

"Kuharap senyuman itu selalu kau lontarkan" Ia tersenyum padaku, lesung pipi terukir indah itu serta jawline bak pisau yang siap melukai jariku dan membuat aku ingin pingsan seketika. Gadis batinku kebingungan, dia ini manusia atau malaikat? Please kill me now. Aku baru sadar bahwa sedari tadi aku tersenyum padanya, ok ini faktor dari nyamannya ruangan ini. Baiklah dia tampan tapi aku tidak suka dengan sikapnya yang menculik ponselku 30 menit lalu. Ia menuju pintu keluar dan menginggalkan kedipan mata disertai senyuman. Oh Tuhan, gadis batinku sudah mati. Wake up!!

"Kau Matty?" Tanyaku cetus berhasil membuatnya berhenti sejenak dan membalik tubuhnya kearahku. Dia mirip dengan salah satu anak kecil yang suka tampil di TV saat aku berumur 10 tahun, tapi aku lupa namanya siapa.

"Ya, kenapa?" Jawabnya sembari disertai pertanyaan.

"Aku tidak suka kau" Ucapku frontal, wajahnya datar dan keluar dari ruangan. Ya aku tidak suka lelaki pirang kecoklatan itu.

"Baiklah, jaga ia dengan baik, Sarah" Ia berkata jelas pada adiknya sebelum meninggalkan  kamar Sarah.

Tiba tiba hening, aku kembali le ranjang Sarah sambil melipat tanganku di dada.

"Kau tak suka dengan sikapnya?" Tanya Sarah memecahkan keheningan. Tatapannya tetap fokus pada novel. Wow! Dia mengawali percakapan? HAHAHA

"Well, jujur aku tak suka bajunya" Jawabku dengan fikiran kosong. Sebenarnya aku memang tidak suka dengan sikapnya, mengingat aku akan tinggal disini aku berusaha untuk terlihat baik.

"Ia sangat menyayangi baju kumal itu" Sarah menutup bukunya dan mulai berbicara sambil menatapku.

"Ap--"

"Ayo gadis-gadis! Makan malam sudah siap, mereka menunggu kalian" Lelaki itu kembali muncul.
Dasar lelaki menyebalkan.

Belum banyak yang kukenal di negara ini, cukup tahu saja kalau presiden di negara ini adalah Donald Beebeck, maaf maksudku adalah Donald Trump yang beritanya viral pada minggu lalu.
Boro-boro aku harus tahu tentang keluarga ini, negaranya saja aku tidak banyak tahu.

Sekarang aku dan Sarah berada di meja makan, memang ada beberapa makanan yang belum disajikan pelayan, dari kesempatan itu mulai lah meja makan menjadi tempat berkicau nya para manusia.

"Wah sepertinya kita mendapatkan makanan yang lezat" Papa melirik beberapa makanan telah datang dibawa oleh pelayan.

Aku melihat ada sesuatu yang menjijikan dia tas meja itu, itu terlihat seperti ikan giling yang dibuat sup merah. Kufikir itu mirip otak manusia yang di potong lalu digiling dan dibuat sup, dan kuah merah itu berasal dari darah. Ew menjijikan. Tapi, apa salahnya jika aku mencoba.

Semua keluarga mulai mengambil makanan mereka masing-masing, aku sangat penasaran apa rasa dari sup merah itu. Awalnya kami membaca doa lalu mulailah makan bersama. Ku coba mencicip kuahnya, rasanya agak asam dan sedikit pedas. Dan dagingnya--tunggu, apa ini sup tuna merah?

"Apakah ini sup tuna merah?" Tanyaku serentak dengan lelaki menyebalkan itu.

Freak!

"Oh iya Mom lupa Matty tidak suka sup tuna. Kamu juga begitu, Ariana?" Tanya Tante Tawny.

Aku pergi kebelakang tepatnya kearah toilet, begitu pula dengan lelaki bernama Marry itu oh what the hell maksudku Matty berada di belakangku, aku masuk ke toilet dan menutup pintunya dengan cepat.

'Hueekkkk'

'Huekkk'

"Heyy gadis cepatlah! Atau aku akan muntah di depan toilet!" Teriaknya dari luar sambil menggedor pintu dengan kuat.

Sebelumnya aku tidak pernah sampai muntah begini kalau mencicip sup itu, pada 5 tahun lalu aku hanya mual saja. Ini buruk.

Author POV

"Wah mereka sangat serasi, mereka tak suka tuna dan sama sama berlari ke toilet" Jeebs terkekeh sambil mengunyah kentangnya.

"Mereka akan berjodoh" Ucap Tawny menyuapkan potongan kecil daging ke dalam mulutnya. Semuanya menganga kecuali orang tua Ari dan Matty, mereka telah merencanakannya.

Ariana keluar toilet dengan perasaan lega. Mengeluarkan semua isi yang ada di perutnya yang lumayan buncit. Semua ini karena sup merah itu

"Apa? mereka akan berjodoh?" Tanya Sarah dengan ekspresi terkejut seolah tak menerima kakak laki-lakinya akan segera menikah.

"Ya Sarah, kakak mu yang lain kan sudah menikah, nah sekarang Matty juga harus mendapatkannya" Jawab Shofie tenang sambil tersenyum.

Ariana kembali kekursinya dan tersenyum lalu mengambil lauk pauk dari berbagai mangkuk.

"Aku dengar-dengar nanti ada yang mengatakan janji suci" Kekeh Ariana menyodorkan sendok ke mulutnya.

"Tentu saja. Umur kalian sudah cukup untuk menikah" Ujar Mr.Morris meneguk air mineralnya.

Ariana menyemburkan makanannya lagi, ia terkejut dengan mata terbelak menatap semua orang dengan tatapan kebingungan.

"Tenang saja, semua akan berjalan baik. Pesta akan diselenggarakan bulan depan" Ucap mama menenangkan Ariana.

"Ma, tapi--"

"Kalian belum saling mengenal, Mama tahu itu jauh dari kata mudah. Tapi apa salahnya kalau kalian dekat satu sama lain" Wanita berumur 42 tahun itu tersenyum ke arah Tante Tawny dan dilanjutkan ke arah Ariana dan Matty

Ariana yang awalnya tenang menjadi super panik karena faktanya adalah ia harus menikah dengan Matty, lelaki gila kontrol itu dibulan depan. Hal ini tidak perlu dipertanyakan ia harus menikah dengan siapa, karena Ari sudah melihat foto keluarga disini, semua keluarga lelakinya sudah mempunyai istri, dan Matty adalah lelaki bungsu.

"Hah?"

Nb : Bahasa gaul = B. indonesia
Bahasa baku = B. Inggris

Author kembali dengan cerita yang kalian tunggu,maaf editnya lama ya hehehe.Capt yang lainnya tunggu aja bulan depan❤
Ceritanya tetap sama kaya yang kemaren kok paling ada beberapa yang di ubah dan dihapus,emang sengaja post 1 Capther.
Terus Judul FF ini berubah jadi Young Marriage karena ' Dijodohin Mama ' kurang cocok menurut aku
Nah kira kira kalian suka gak kalau bentuk penulisannya kayak gini?

Luv luv

Continue Reading

You'll Also Like

9.8M 394K 36
[C O M P L E T E] Apalah artiku tanpa kalian, readers :* Selamat datang dicerita ribet yang melow Cerita lengkap... Silahkan mampir jika penasaran...
2.2M 157K 87
TERBIT DI TEORI KATA PUBLISHING🍃 ⚠SEKUEL AKMAL HELSA ⚠ Masih lengkap ✅ "Kita tumbuh bareng, ya?" Meninggalkan Akmal adalah keputusan final yang dipi...
1.8M 129K 49
Aneta Almeera. Seorang penulis novel terkenal yang harus kehilangan nyawanya karena tertembak oleh polisi yang salah sasaran. Bagaimana jika jiwanya...
894K 60.9K 35
Nara hamil karena di jebak oleh kekasihnya. Seseorang yang ia cintai ternyata memanfaatkan tubuh gadis itu. Kepercayaan atas pria itu sudah sirna se...