Unexpected (Completed)

By lucifford

50.1K 2.4K 165

Sekelompok gadis remaja "anti-popular" yang bersahabat, Autumn Styles, Demi Lovato, Miley Cyrus, Selena Gomez... More

Part 1 : Terrible Morning
Part 2 : Bad Luck Day
Part 3 : Bad Luck Day 2
Part 5 : Hmm, I Think I Like Him/Her
Part 6 : Jason Styles
Part 7 : CRAZY!!!!!!!!!
Part 9 : Did I Care?
Part 8 : Broken
Part 10 : Big Trouble
Part 11: Elounor Broken Up
Part 12 : A Secret
Part 13 : You Got My Attention
Part 14 : Home Sweet Home
Part 15 : Special Gift For Christmast
Part 16 : Is This Love?
Part 17 : My Brothers Are In Love
Part 18 : New Year Eve (1)
Part 19 : New Year Eve (2)
Part 20 : Mistakes (1)
Part 21 : Mistakes (2)
Part 22 : Messed Everything
Part 23 : Regrets
Part 24 : Fixed
Part 25 : Love Day
Part 26 : I'm So Sorry
Part 27 : Madness, Jealousy
Part 28 : Everything Has Spoken+Epilog (Ending)
××NOT AN EXTRA PART××

Part 4 : What's Wrong With Them?!

1.9K 109 4
By lucifford

Pukul 7.30 PM waktu New York. Jam makan malam sudah dimulai sejak setengah jam yang lalu. Aku, Demi, dan Perrie masih berdiam diri di kamar kami, melakukan aktivitas masing-masing. Aku sibuk dengan iPhone-ku, Demi sedang membaca novel kesayangannya, sedangkan Perrie, masih mencoba membujukku dan Demi untuk turun ke cafetaria Asrama, untuk menghadiri acara makan malam yang rutin dilaksanakan dari pukul 7 sampai 9 PM itu.

“Ayolah, aku lapar. Apa kalian tidak lapar?” rengek Perrie.

Aku dan Demi masih bergeming.

“Autumn, Demi, nanti kalau aku mati kelaparan bagaimana? Kalian harus bertanggung jawab! Ayolaah..” ucapnya lagi, kali ini menarik tangan kananku.

“Kau pergi saja ke kamar Selena sana, dan pergi makan malam bersama dia, Miley, dan Ele saja. Aku yakin mereka juga belum turun.” jawabku malas tanpa mengalihkan pandanganku pada iPhone-ku.

“Tapi kamar mereka kan lumayan jauh dari sini. Temani aku, ya?” rengeknya lagi.

Aku dan Demi masih tidak menjawab ajakannya itu. Sungguh, hari ini benar-benar terasa sangat berat bagiku. Yang aku inginkan hanya mengistirahatkan tubuh dan pikiranku. Jujur saja, aku tidak mau ke cafetaria Asrama, karena pasti di sana ada pria-pria penyebab kericuhan itu. Aku malas mendengarkan hal-hal yang membuat telingaku sakit. Sudah cukup pagi dan siangku direnggut ketenangannya. Dan malam hari, saatnya menikmati suasana yang damai.

“Demiiii…” Perrie beralih pada Demi karena aku sama sekali tidak menanggapi dia.

“Apa?” kulihat Demi sedikit mengalihkan pandangannya dari novel itu dan melirik Perrie. Sepertinya Demi juga tidak dalam mood yang bagus. Mungkin kejadian di kelas Drama itu masih terbayang di otaknya.

Knock, knock! Tiba-tiba pintu kamar kami ada yang mengetuk. “Hey, bukakan pintunya.” aku kenal sekali suara itu. Miley.

Dengan riang, Perrie bangkit dari duduknya dan langsung membukakan pintu. “Miley! Eh, Selena dan Eleanor juga!” ucapnya bahagia.

Ketiga gadis sahabat kami itu memasuki kamar kami. “Kalian tidak makan malam?” Tanya Eleanor.

“Tidak, aku malas.” jawabku.

“Kau Demi?” Tanya Selena. Demi menggeleng pelan.

“Lalu, kalian akan menahan lapar semalaman sampai pagi nanti, begitu? Itu juga kalau kalian tidak kesiangan. Kalau kalian kesiangan dan tak sempat sarapan seperti pagi tadi? Kalian mau mati kurus?” celoteh Selena. Ya, Selena memang banyak bicara. Tapi dia yang sangat peduli pada kami. Kalau cerewetnya sudah kambuh, aku tidak bisa membedakan celotehan Ibuku dengannya.

“Tidak, aku tidak akan merasa lapar.” pas sekali ketika setelah aku mengatakan kalimat itu, bunyi mengerikan terdengar. Uhm, bunyi perutku. Ugh! Memalukan sekali perut ini. Aku mengeluarkan cengiranku. Aku memang agak lapar, tapi.. Ah, biarlah aku makan saja. Jangan pedulikan orang-orang menyebalkan itu.

“Masih ingin mengelak?” ujar Selena.

“Ya, ya, aku makan malam bersama kalian.” jawabku akhirnya.

“Kalau begitu aku juga ikut. Aku tidak mau sendirian.” ucap Demi.

Kemudian kami ber-enam keluar kamar dan berlalu menuju cafetaria Asrama. Tidak lupa kukunci dulu pintu kamar ini. Tak sampai lima menit, kami sudah sampai di cafetaria. Tempat ini masih ramai sekali. Maklum sih, jam makan malam baru lewat sekitar satu jam yang lalu. Aku dan teman-teman mengambil nampan kami masing-masing dan mengantri mengambil menu makanan yang masih tersisa. Antriannya sepi, mungkin karena anak-anak itu sudah mengambil makanan duluan. Setelah nampan kami sudah terisi menu yang kami ambil, kami mencari tempat duduk kosong. Mataku terarah pada meja panjang di tengah-tengah cafetaria ini. Meja itu belum ada yang mengisi satu pun. Lalu, aku ajak mereka untuk duduk di sana. Kami duduk berhadapan-Bertiga-tiga-- dengan meja yang jadi pemisahnya.

Kami menyantap makanan kami. Sejauh ini belum ada hal yang mencurigakan akan terjadi. Syukurlah, semoga saja tidak ada. Tapi aku memang tidak melihat keberadaan pria-pria itu. Atau mungkin karena aku tidak memperhatikan sekitar? Tak tahulah, tidak peduli.

“Autumn..” aku menoleh ke Ele-di samping kananku- yang barusan memanggilku. “Sepertinya ada yang memperhatikanmu.”

“Siapa?” tanyaku heran.

Ele mengarahkan pandangannya pada seorang yang ia maksudkan tadi. Aku mengikuti arah pandangannya. Di hadapan kami, hanya terpisahkan dua meja, tertera pemandangan tak sedap yang kiranya bisa membutakan mata ini. Gank penganggu itu duduk di sana. Dan anggotanya yang bernama Zayn itu yang dimaksudkan Ele sedang memperhatikanku. Aku menatapnya geram. Ada masalah apa anak itu padaku?! Ditatap geram olehku, dia malah melemparkan senyumannya. Dia gila atau apa? Aneh. Langsung saja kualihkan pandanganku darinya. Menatapnya lama-lama bisa membuat selera makanku hilang.

“Autumn, pria itu juga melihatmu tuh.” sekarang Miley yang berkata. Miley melontarkan pandangannya ke arah depan.

Aku yang duduk berhadapan dengan Miley, menolehkan kepalaku ke belakang. Ke arah tatapan Miley. Tepat sekali di belakangku, Justin ada di sana. Dia tersenyum. Aku menyernyitkan alisku. Sebenarnya ada apa dengan pria-pria itu? Senyum-senyum ke arahku. Mereka kira aku suka melihat senyuman mereka? Sekarang selera makanku benar-benar sudah hilang. Kulipat kedua tanganku di atas meja. “Aku heran dengan mereka. Ada apa sih lihat-lihat?” gerutuku. Teman-temanku hanya serempak mengangkat kedua bahu mereka.

Kulihat Harry sedang berjalan menghampiri meja kami. Mau apalagi bocah itu? Terus saja kutatap wajahnya sampai akhirnya dia benar-benar berhenti di meja kami. “Mau apa?” tanyaku, selalu dengan nada mencekam bila berbicara dengannya.

Harry mengambil apel di nampanku. “Aku minta apel-mu, ya?”

Aku merebutnya kembali. “Tidak!”

“Ayolah, jangan pelit.” Harry kembali merampasnya.

“Aku bilang tidak mau!” lagi-lagi aku rebut apel itu. “Kau ini kenapa sih selalu membuat aku kesal?!”

“Kau yang kenapa selalu kesal padaku?” ucapnya melemparkan balik pertanyaan, dan kembali mengambil apel-ku.

“Ambil saja sana di meja buah-buahan!” seruku merebut apelnya lagi.

“Sudah habis.” sahut Harry, lagi-lagi mengambil apel dari tanganku.

“Sudah sana jangan dekat-dekat denganku! Aku tidak mau semua orang tahu kau itu adikku!” omelku.

“Mereka memang sudah tahu, bodoh. Kau lupa aku ini popular?” jawabnya.

Kupasang ekspresi kesalku. Benar juga, sih. Aduh, aku ini memang terkadang suka salah bicara. Aku mengambil apelnya lagi, tidak mau kalah dengannya. Itu kan memang apelku. Enak saja dia mengambilnya. Seolah dia juga tidak mau kalah denganku, Harry rebut lagi apel-ku itu.

“Hey, hey! Kalian ini! Masalah apel saja diributkan.” protes Miley. Kelihatannya dia sudah mulai kesal melihat tingkah kekanak-kanakan kami. Tidak, bukan kami, tapi dia, Harry Styles! “Sudahlah, Autumn. Berikan saja padanya supaya dia tidak berlama-lama di sini.”

Akhirnya aku mengalah. Bukan demi Harry, tapi aku malas berlama-lama bertengkar dengannya. Bikin pusing saja.

Harry tersenyum lebar penuh rasa kemenangan. Berlebihan sekali manusia ini. Harry menundukkan badannya dan tiba-tiba memandang Miley tepat di depan wajahnya. “Terimakasih, Miles.” ucapnya sambil mengedipkan sebelah matanya, menggigit apelnya, lalu beranjak dari hadapan kita semua.

Kami ber-enam sontak mengeluarkaan ekspresi “Apa-apaan?!” kami. Miley tercengang tidak percaya. “Dia berbuat apa barusan?! Berkedip padaku?! I feel like I wanna throw-up right now!” tukasnya sangat kesal.

“Miles, aku tahu Harry itu orang seperti apa. Sebaiknya, kau jangan dekat-dekat lagi dengannya.” saranku pada Miley. Ya, karena aku tahu jika Harry sudah menggoda wanita duluan, pasti wanita itu akan menjadi incaran Harry selanjutnya. Dan takkan kubiarkan itu terjadi. Miley deserves better than a man like him!

“Siapa pula yang ingin dekat-dekat dengan dia?” sahut Miley menjawab dengan enteng. Kami semua tertawa kecil.

Waktu sudah menunjukkan hampir jam 9 malam. Cafetaria sebentar lagi akan tutup, dan sebelum pukul 10 tepat mahasiswa-mahasiswi harus sudah ada di dalam kamar seluruhnya. Jika ketahuan masih berkeliaran di luar, hukumannya akan berat. Jadi, kami putuskan untuk kembali ke kamar kami dan beristirahat. Akhirnya, hari yang menyebalkan ini berakhir juga. Dan bersiap-siaplah untuk hari-hari menyebalkan selanjutnya.

************

-bersambung-

as always, I'll wait your comment and vote! ;))

Continue Reading

You'll Also Like

327K 9.8K 105
Daphne Bridgerton might have been the 1813 debutant diamond, but she wasn't the only miss to stand out that season. Behind her was a close second, he...
55.1M 1.8M 66
Henley agrees to pretend to date millionaire Bennett Calloway for a fee, falling in love as she wonders - how is he involved in her brother's false c...
221K 4.6K 47
"You brush past me in the hallway And you don't think I can see ya, do ya? I've been watchin' you for ages And I spend my time tryin' not to feel it"...