Cantik

By purple1294

651K 28.2K 701

Kirana, seorang gadis gendut yang sering dihina oleh teman-temannya hingga ia bersekolah di SMA dan perubahan... More

Prolog
Pertama
Kedua
Ketiga
Keempat
Kelima
Keenam
Ketujuh
Kedelapan
Kesembilan
Kesepuluh
Kesebelas
Keduabelas
Ketigabelas
Keempatbelas
Kelimabelas
Ketujuhbelas
Kedelapanbelas
Informasi
Kesembilanbelas
Keduapuluh
Keduapuluhsatu
Keduapuluhdua
Keduapuluhtiga
Keduapuluhempat
Keduapuluhlima
Keduapuluhenam
Epilog
Info Aja

Keenambelas

17.4K 856 34
By purple1294

Kirana membulatkan matanya terkejut melihat layar segi empat yang sedang bergetar dihadapannya. Kripik singkong yang ia makan tadi tak terlalu ia pedulikan karena masih menatap layar ponselnya yang menampilkan caller id lelaki yang ia sukai. Ia menimbang-nimbang untuk mengangkat atau tidak. Tapi kenapa Iwan harus menelponnya tepat pada jam 10 malam. Saat waktunya orang untuk beristirahat. Kirana melirik Siska dan Laras yang sedang terlelap di kasurnya.

Ia mendesah pelan karena ponsel itu tidak bergetar lagi. Ia kembali fokus pada bacaannya sambil menyuapi kripiknya, mencoba menghilangkan pikiran tentang telphon dari Iwan yang tidak ia angkat.

Ponsel itu bergetar kembali, ia tersedak karena mengetahui bahwa Iwan kembali menelphonnya. Sesudah merapalkan doa, ia menghirup nafas dalam-dalam dan menggeser tombol hijau lalu mendekatkan ponsel tersebut ketelinganya.

"Assalamualaykum" sapa Iwan dari sana.

"Waalaykumussalam" ucap Kirana setengah gugup. Baru kali ini ia mendapatkan telphon dari Iwan.

"Kira, gue mau nanya sesuatu boleh?" tanya Iwan to the point. Kirana mengangguk meski tak dapat dilihat Iwan. Iwan menghela nafasnya panjang. Ia juga tengah dilanda gugup karena baru kali ini ia berani untuk menelphon gadis yang ia sukai.

"Beneran lo akan pulang ke Paris?" tanya Iwan dengan irama yang sulit diartikan Kirana. Kirana terdiam dan menatap kembali ponselnya. Dari mana Iwan tahu? Begitu pikir Kirana, ia kembali mendekatkan ponsel tersebut ke telingannya. Setelah diam cukup lama, Kirana tak kunjung memberikan jawaban. Ia terlalu takut mengatakan kata 'iya'. Karena hal itu akan membuat ia tidak bisa rela meninggalkan Indonesia.

Diseberang sana Iwan tengah menunggu jawaban dari Kirana sambil menyandarkan tubuhnya di kepala ranjang sambil memangku sebuah buku. Kirana tak kunjung memberikan jawaban.

"Iya" ucap Kirana singkat, membuat badan Iwan kaku seketika. Ternyata benar apa yang dikatakan Laras. Kirana akan segera pergi ke negara menara Eiffel tersebut.

Iwan berpikir sejenak, apa yang harus ia respon terhadap kata 'iya' Kirana tersebut. Terdengar helaan panjang dari seberang sana.

"Pilihan sulit Wan, satu sisi gue harus nemenin nyokap karena itu udah tugas gue sebagai anak, satu sisinya gue gak mau pisah sama semuanya" ucap Kirana lagi.

'termasuk lo Wan' batin Kirana.

Iwan hanya terdiam mendengar perkataan Kirana dan mengangguk dalam hati. Kalau ia diposisi Kirana, sudah pasti itu juga akan menjadi pilihan sulit baginya.

"Kapan?" tanya Iwan yang sudah pasrah untuk menerima Kirana akan pergi. Kirana memejamkan matanya. Sangat berat mengatakannya, tapi ia harus mengatakan hal tersebut.

"Lusa" ucap Kirana. Dan kata tersebut merupakan kata terakhir Kirana sebelum Kirana pamit dan menutup telponnya. Kirana mengusap wajahnya dan memperhatikan layar ponselnya. Ia kemudian berdiri dari duduknya hendak mengambil minum di dapur. Langkahnya terhenti ketika mendapatkan sebuah pesan masuk.

Jaga diri baik-baik disana. Begitulah pesan Iwan, membuat perasaannya menjadi sesak. Ia menghela nafas dan tersenyum miris mendapat pesan singkat tersebut. Ia kembali meletakkan ponsel tersebut tidak berniat untuk membalasnya dan memilih beranjak kedapur.

**

Sudah dua hari berlalu. Dan hari ini merupakan hari terakhir Kirana berada di Indonesia. Laras sejak Subuh sudah dijemput uminya untuk pulang ke Jakarta, dan Siska juga sudah pulang kerumahnya. Kini tinggal tersisa Kirana yang masih memperhatikan jalanan dari jendela mobil yang berada disampingnya.

Sekolah terlihat seperti biasa. Banyak siswa yang masih berjalan menuju kelasnya pagi itu. Dan ada juga yang sekedar duduk ataupun berdiri di lorong-lorong yang terdapat didepan kelas. Kirana melangkah menuju kelasnya yang akan ia rindukan nantinya.

Kirana memperhatikan bangkunya dan ingatan delapan bulan terakhir berputar diotaknya. Kenangan yang tak akan pernah ia lupakan. Disini, ia menemukan sahabatnya Siska, dibangku ini tempat ia menimba ilmunya, dan tempat inilah ia juga pernah dibully oleh beberapa orang temannya.

Kirana memperhatikan arlojinya. Masih ada waktu setengah jam lagi sebelum bel masuk berbunyi. Ia memutuskan untuk berjalan mengelilingi sekolahnya.

Kirana berjalan melangkah kearah taman dibelakang sekolah yang menjadi tempat favoritnya jika ingin menyendiri. Ia tersenyum menatap sebuah bangku taman yang biasa ia duduk. Ia berjalan ke arah bangku taman tersebut, dan mengingat potongan-potongan ingatan yang membuat ia menitikkan air mata. Bagaimana pun nantinya. Ia akan merindukan bangku taman yang sudah menemaninya membaca buku, menambah wawasannya.

Suara dehaman seseorang membuat ia tersadar dan menoleh kearah sumber suara. Seketika ia tersenyum kepada orang tersebut.

"Hai kak" sapa Kirana kepada Mario.

"Hai Ki, lo apa kabar? Oh iya denger-denger lo mau pergi ya?" tanya Mario dengan raut wajah sedih. Kirana hanya mengangguk dan menghela nafasnya pelan.

"Kakak tahu dari mana?" tanya Kirana dengan mata menyipit curiga. Mario hanya menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

"Ngg.. Itu.. Dari.. Siska" ucap Mario berbisik tapi dapat didengar oleh Kirana. Kirana hanya terkekeh. Lucu sekali baginya mendapati wajah Mario agak memerah karena malu. Jarang sekali ia mendapati Mario yang salah tingkah begini.

"Ciee.. Yang udah baikan" ucap Kirana. Mario hanya tersenyum manis kepada Kirana. Mario mendesah pelan. Ia menoleh ke arah Kirana yang sudah menatap ke arah depan yang masih mengulum senyum manisnya. Suara dehaman Mario membuat Kirana menatapnya kembali.

"Ki.. Maaf" ucap Mario sambil menundukkan kepalanya. Kirana mengangkat alisnya sebelah.

"Maaf? Buat?" tanya Kirana.

"Ya.. Dulu gue pernah punya niat jahat sama lo, tapi gue sadar, lo gak pantas dijahatin.. Maafin gue ya?!" ucap Mario. Kirana hanya tersenyum.

"Tanpa lo minta pun, gue udah maafin lo kok kak" ucap Kirana. Mario tersenyum lega menatap Kirana. Matanya kembali menatap sedih kearah Kirana.

"Tapi.. Lo berapa lama disana? Seminggu?" tanya Mario. Kirana menggeleng lemah.

"Gue gak tau kak.. Entah sebentar atau bahkan selamanya. Tapi yang pastinya, gue insya Allah akan nyempetin diri kesini" ucap Kirana akhirnya. Mario mengangguk mengerti. Matanya kemudian menatap langit biru yang cerah diatasnya.

"Kak, semoga lo lulus ya.. Gue doain kok" ucap Kirana tulus. Membuat Mario mengulum senyum manisnya menatap sesosok berhati malaikat disampingnya.

**

Siska hanya menangis menatap Kirana yang sedari tadi sedang menyusun pakaiannya kedalam koper. Malam ini ia akan menginap disini, membantu Kirana untuk bersiap. Karena besok siang Kirana akan berangkat. Hal ini sempat membuat Laras iri karena dapat menemani Kirana disaat hari terakhirnya. Kalau saja umi tidak menjemputnya, ia akan menemani Kirana. Kemanapun Kirana pergi, ia akan mengikuti Kirana.

"Ki.. Kalau lo pergi, gue sama siapa dong?" tanya Siska disela tangisannya.

"Siska, kan ada Mario" goda Kirana, kepalanya pusing karena entah kali berapa Siska menanyakan hal yang sama kepadanya.

"Ihh.. Ogah.. Jawaban itu lagi.. Males banget" gerutu Siska menghapus kasar air matanya. Kirana hanya terkekeh mendengar gerutuan sahabatnya tersebut.

"Ya elo sih.. Nanya itu mulu, kan disekolah banyak manusia, lo tinggal milih aja kali Ka" ucap Kirana sambil mengambil pakaiannya dari dalam lemari.

"Tapi gak ada lagi yang setulus elo Ki" ucap Siska.

"Ada kok" ucap Kirana.

"Siapa?"

"Kak Mario"

"KIRANAAAAA!!" teriak Siska kesal. Kirana tertawa cekikikan sambil memegang perutnya. Sangat lucu untuknya menggoda Siska saat ini. Ia pun berbisik dalam hatinya, bahwa ia akan sangat merindukan masa-masa seperti ini.

**

Jam dinding sudah menunjukkan pukul 1 pagi, tapi Kirana tidak dapat memejamkan matanya barang sebentarpun. Ia kini tengah memperhatikan kamarnya yang sebentar lagi akan ia tinggalkan. Ia akan merindukan kamar ini. Ia menatap Siska yang sudah tertidur dari beberapa jam yang lalu. Kirana kemudian berjalan kearah balkon kamarnya.

Ia menghirup udara pagi yang begitu segar sekarang. Kirana menatap langit malam yang tertutup awan karena tidak satupun bintang yang tampak sekarang.

Kirana mendesah pelan, dalam hitungan beberapa jam lagi, ia akan pergi meninggalkan semuanya. Meninggalkan orang-orang yang ia cintai dan berjuang bersama mamanya di negara lain. Ia berpikir, akan bagaimana ia disana? Ia akan seperti apa disana? Apakah ia akan mendapati sahabat-sahabat yang baik dan tulus seperti sahabat-sahabatnya disini?

Kirana kemudian masuk kembali kedalam kamar, dan mencoba kembali untuk tidur. Tak berapa lama, ia kemudian terlelap menyusul Siska yang sudah duluan ke alam mimpi.

**

Laras sedari tadi hanya terdiam melihat Kirana yang tengah menunggu pesawat pribadi milik keluarganya siap untuk mengantarkannya ke negara Perancis. Laras, Siska, Mario, Nenek, Mama, Kirana dan para bodyguard tengah berada diruang tunggu eksekutif. Siska sedari tadi hanya menangis dalam diam, dan membuat Mario mendesah pelan karena Siska tidak mau menuruti perkataannya agar tidak menangis.

Kirana? Sejak tadi ia meremas jari-jarinya sendiri. Ia sangat berharap bahwa Iwan akan datang kesini, untuk mengantarkan ia pergi. Tapi salahkan dirinya, yang mengatakan kepada Laras agar tidak memberitahukan jadwal keberangkatannya. Karena ia tidak mau mengganggu latihan Iwan karena besok teamnya akan ikut kompetisi nasional.

"Nyonya, pesawat sudah siap mengantarkan anda" ucap sekretaris mama yang bernama Jean. Mama hanya mengangguk. Nenek menghela nafasnya. Ia kemudian memeluk mama erat seakan tidak mau melepaskan menantunya itu.

"Ma, Lyra pamit dulu ya ma, mama jaga diri, jaga kesehatan ya, insya Allah, Kira bakal nyempetin waktu kesini" ucap mama dalam pelukannya. Nenek hanya menangis.

Laras dan Siska sudah memeluk erat Kirana sedari tadi.

"Baik-baik disana ya Ki" ucap Laras.

"Ki, dengerin apa kata mama lo ya, jangan jadi anak bandel" ucap Siska

"Ki, jaga badan lo, jangan makan yang sembarangan" ucap Laras.

"Ki.. Jangan lupain kami yang disini ya" ucap Siska membuat tangis mereka bertiga pecah.

"Oy.. Oy.. Udah dong, kasihan tuh Kirana dipeluk sama kalian dari tadi" gurau Mario, membuat Laras dan Siska menatap Mario tajam dan melepaskan pelukannya.

"Iya, makasih ya, selama ini kalian mau jadi sahabat gue, gue gak bakalan ngelupain sahabat-sahabat gue yang paling baik sedunia ini" ucap Kirana. Laras dan Siska mengangguk dan menghapus air mata mereka. Mario kemudian tersenyum hangat ke arah Kirana.

"Ki.. Hati-hati ya, jaga diri, jaga kesehatan, jangan pacaran dulu sebelum sukses, eh, pokoknya lo pacaran ama suami lo aja deh ya, jangan terlibat pergaulan bebas disana" pesan Mario. Membuat Kirana mengangguk paham dan tersenyum manis. Kirana beralih memeluk erat neneknya. Nenek hanya menangis dibahu Kirana. Tak disangkanya cucu kesayangannya akan pergi meninggalkannya.

"Udah siap?" tanya mama akhirnya. Kirana mengangguk dan melepaskan pelukannya dari nenek. Kirana menatap kembali sahabat-sahabatnya yang tengah tersenyum kearah Kirana. Ia menatap kembali kearah luar jendela, berharap Iwan akan datang untuk menyampaikan salam perpisahan. Kirana menggeleng cepat dan hendak melangkah mengikuti mama. Sebuah suara menahan langkahnya.

Matanya membulat besar, ia menelan salivanya susah payah.

"Segitu gak pentingnya gue, sampe lo gak bilang ke gue kalau jam ini lo berangkat" ucap Iwan dibelakang Kirana membuat badannya kaku. Kirana membalikkan badannya dan mendapati Iwan yang tengah menatapnya tajam.

"Bu. Bukan gitu.. Gue.." ucapan Kirana terpotong saat Iwan memeluk dirinya. Didalam hati, Iwan tengah berdoa kepada Tuhan agar memaafkannya sekali ini saja. Ada perasaan hangat menjalar keseluruh tubuh Kirana mendapati orang yang ia sukai memeluk dirinya. Perasaan bahagia sekaligus sedih tengah ia rasakan.

"Kirana, gue cinta ama lo" ucap Iwan memeluk dirinya. Membuat Kirana sukses membulatkan matanya. Tak ia sangka perasaannya pada Iwan terjawab sudah. Namun senyum yang terpasang diwajahnya kembali luntur. Pikirannya berkecamuk saat ini.

Kirana melepaskan pelukannya dan menatap manik mata Iwan. Kirana harus mengatakan hal ini. Kirana menhela nafasnya.

"Sayangnya, gue gak Wan, maaf" ucap Kirana penuh menyesal menatap Iwan. Iwan hanya terdiam kaku mendengar perkataan Kirana. Ia melihat wajah Kirana sekali lagi. Laras dan Siska yang tahu kalau Kirana menyukai Iwan hanya memandang dengan tatapan bertanya.

"Gue pergi dulu" ucap Kirana melepaskan pegangan tangan Iwan. Kirana membalikkan badannya dan air mata yang ia tahan sedari tadi akhirnya berjatuhan dipipinya. Ada perasaan sesak yang teramat besar didadanya. Ia harus mengatakan hal sebaliknya, karena ia takut, Iwan akan menunggunya yang tidak pasti kapan akan kembali lagi. Biarlah begini.. Biarlah ia menenggelamkan semua rasa yang telah tertanam didalam hatinya sejak lama. Iwan hanya memandang punggung Kirana yang perlahan menjauhinya dengan perasaan nanar. Tak disangkanya perasaannya kepada Kirana tertolak. Namun didalam hatinya ia bertekat dan berjanji akan menunggu Kirana hingga ia kembali lagi kepadanya walaupun ia harus mengorbankan sisa umurnya.

**

Kirana menaiki tangga pesawat, sebelum ia masuk kedalam pintu kabin, ia memandang bangunan bandara dan sekitarnya. Ia menghirup nafas dalam-dalam.

'Selamat tinggal Indonesia, selamat tinggal semuanya'

'Selamat tinggal Iwan, jika kita berjodoh nanti aku yakin Allah Maha Baik, akan mempertemukan kita dengan cara-Nya nanti yang aku yakini akan indah pada waktu itu' batin Kirana tersenyum manis dan masuk kedalam pesawat yang akan membawanya beserta mama dan orang-orang suruhan mama ke negara menara Eiffel tersebut.

Bersambung

Tbc ^^

Continue Reading

You'll Also Like

2K 622 31
Fildan Samudra adalah seorang aktor idola berwajah tampan, namun berhati dingin. Ia berhasil menipu fans dengan bersembunyi di balik topeng keramahan...
15.1K 990 20
Ketika cinta diukur hanya dari fisik, seberapa lama ia akan bertahan? Alisa sudah tidak kuat menghadapi kenyataan ketika cintanya kandas hanya karen...
17.7K 2.1K 42
Pangeran bermata tajam bak elang itu mendapati kabar yang sangat memilukan hati. Kabar perjodohan tersebar membuat Edzard terpukul. Ia harus merelaka...
13.9K 849 41
|| FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA || _______ "seandainya ini mimpi gua gamau bangun, yakali mau bangun udah enak gini jadi pawangnya Kevin Sanjaya Sukam...