Forget Me Not

By SSUMMER

34K 4.3K 721

(in editing process) "Di kehidupan mana pun itu, aku menginginkanmu." More

β€’ Forget Me Not β€’
β€’ P R O L O G U E β€’
1. The beginning
2. Homework: self-love
3. Glowing up
4. An empty class
5. Imaginary friends
7. Schoolmates
8. Don't be scared
9. Freaking chicken nugget
10. Run after him
11. Oh my heart hurt so good
12. Gone, again
13. Love is about to let go
14. Dear N
15. Our bittersweet chances
16. The firefly for him
17. His new life
18. I see his painful days
19. Our hide and seek
20. Until he find me again
β€’ S T O R Y - R E C A P β€’
β€’ E P I L O G U E β€’
β€’ A U T H O R ' S - N O T E β€’

6. Heartbeat, letter, and cokes

1.2K 214 23
By SSUMMER

I will be there for you.
I need you to hold on.

[ Hold on - Justin Beiber ]

🦋

Niall membuka pintu rumahnya dengan lesu, sudah hampir seminggu ia berusaha merelakan kalau ia tidak bisa melihat Victoria lagi. Sedangkan gadis yang baru saja mengambil keputusan terbesar untuk bisa hidup di dunia itu telah berlari dari hutan menuju rumah Niall. Menikmati kakinya yang benar-benar terasa menapak pada tanah.

Ia membunyikan bel rumah sekali lagi dan ketika pintunya dibuka oleh seseorang yang ia cari, Victoria langsung berseru dan tersenyum lebar. "Niall!"

Betapa terkejutnya Niall saat seorang gadis duduk di depan pintu rumahnya dengan gaun putih dan rambutnya yang acak-acakan.

"Ini aku!" Gadis itu tersenyum antusias, ia berdiri di depan Niall.

Niall terbelalak kaget tak menyangka Victoria berada di hadapannya saat ini.

"Aku hidup!"

Niall belum mengerti maksud Vicroria namun tidak dapat menahan dirinya memeluk seseorang yang sangat ia rindukan.

Niall membawa gadis itu di taman bermain dekat rumahnya. Niall tahu taman ini akan sepi apalagi saat larut begini.

"Jadi... benar-benar manusia, ya?"

Niall menyentuh bahu Victoria dengan takut-takut. Ia sudah mendengar penjelasan Victoria tentang apa yang sebenarnya terjadi. Walaupun bagi Niall hal itu terdengar begitu mustahil.

"Aku hidup tapi agak lain sih urusannya kalau sampai meninggl, kan sudah aku jelaskan tadi. Kau tidak mendengarkan ya?"

Niall mencoba mengingat penjelasan Victoria yang cukup panjang dan membuatnya bingung. Ia pun akhirnya mengangguk-angguk walaupun belum seratus persen faham.

"Aku bisa dilihat oleh semua orang." Victoria tersenyum lebar. "Lihat coba lihat, kaki ini akan terus menapak, tubuhku tidak bisa ditembus lagi, rambutku akan memanjang, kuku juga," Victoria meraih tangan Niall dan menggenggamnya.

Beberapa detik Niall hanya menatap gadis di hadapannya. Walaupun segala bantahan yang berputar dikepalanya saat ini membuatnya kebingungan.

"Sama sepertimu, jantungku juga berdetak."

Niall tersenyum, entah mengapa berbagai bantahan dan pertanyaan yang tidak masuk dalam logika itu sekarang seolah menghilang, ia meyakinkan hatinya untuk percaya pada Victoria.

Niall ragu-ragu mengelus pipi gadis itu. "Aku senang bisa melihatmu lagi."

"Kau senang tidak aku hidup?"

Niall mengangguk walaupun dalam hatinya ia takut akan hal-hal buruk yang akan terjadi jika Victoria benar-benar tinggal sebatang kara di dunia.

Pertemuan kali itu diakhiri dengan kebingungan harus dimana Victoria tinggal. Setidaknya untuk malam ini ia tidur pun belum sempat terpikir. Akhirnya dengan segala keberanian Niall mengajaknya ke rumah.

Victoria berusaha memasang wajah melasnya di hadapan Niall dan ibunya. Dia harus terlihat seperti orang yang benar-benar terkena musibah agar mendapat ijin bermalam di rumah ini. Tentu saja karena Victoria sekarang terlihat oleh semua orang.

"Apa sudah lapor polisi? Sudah mengabari orang tuamu?" Ibu Niall terdengar khawatir, sepertinya ia percaya dengan karangan anaknya kalau Vicoria adalah korban copet dan rumahnya sangat jauh dari sini.

"Mom, dia tidak punya orang tua." Sahut Niall dan ibunya terlihat lebih iba.

"Oh, maaf. Baiklah, tidak apa-apa kalau mau tidur di sini dulu. Besok Niall akan mengantarmu pulang, bagaimana? Besok aku telfonkan ke sekolah."

"Lah dia saja tidak bersekolah."

"Apa?"

"Home schooling, maksudku." Cepat-cepat Niall mengatakan kebohongannya yang kesekian kali. Niall berdiri dan menarik tangan Victoria untuk pergi. "Ayo-ayo kau harus tidur, Victoria, nanti kau pingsan."

Jam menunjukan hampir jam dua belas malam, rumah Niall sudah sepi sekali, sepertinya mereka semua sudah tidur. Sedangkan Victoria sama sekali tidak tahu bagaimana ia harus membuat dirinya tidur. Sedari tadi ia hanya memandangi bintang-bintang dari jendela kamar.

Knock... knock...

Seseorang mengetuk pintu kamarnya dan Victoria cepat-cepat membukakannya. Ia terkejut melihat Niall berdiri dengan kaus tidurnya dan membawa sebuah cupcakey dengan lilin menancap diatasnya.

"Hai." Niall tersenyum canggung.

Victoria menunggu kata-kata yang sepertinya Niall ingin katakan namun masih tertahan.

"Hap... happy birthday?" Niall lagi-lagi tersenyum dengan canggung.

"Kue!" Tidak bisa dipungkiri Victoria terlihat begiu bersemangat.

"Ini hari pertama kau punya detak jantung... selamat!"

Victoria tersenyum. "Jadi sekarang kau benar-benar percaya?"

Niall mengangkat bahunya. "Ayo cepat sebelum lilinnya mati."

"Okay-okay! Wah jadi seperti ini ya rasanya meniup lilin ulang tahun." Victoria bertepuk tangan dan bersiap untuk meniup lilin namun Niall menahan dahi Victoria dengan telunjuknya. "Aw!"

"Make a wish."

Victoria menutup matanya "Jangan biarkan aku cepat meninggal."

Niall tertawa mendengar pengakuan polos Victoria. Dan akhirnya membolehkan Victoria untuk meniup lilinnya. Dengan semangat gadis itu akhirnya meniup lilin ulang tahunnya. Ia berjanji akan mengingat hari ini selamanya.

"Terima kasih, Niall."

Siang ini pria muda itu berhenti di depan pintu usang sebuah gudang, nafasnya terengah-engah setelah berlari untuk menuju ke tempat ini tadi. Kemudian ia merogoh sakunya dan mengeluarkan sebuah kunci untuk membuka pintu usang di hadapannya.

Seorang gadis tersenyum seketika saat seberkas cahaya dari luar mengenai wajahnya. Dan senyum itu semakin lebar saat seorang yang ia tunggu datang untuknya.

"Sabar ya kau masih harus di sini." Niall mengangkat bahunya.

Victoria masih bersembunyi di gudang ini seperti yang ia lakukan sebelumnya. Ia masih belum terbiasa terkena sinar matahari dan tentu saja ia harus berembunyi karena semua orang bisa melihatnya sekarang.

Victoria hanya tersenyum mendengar kalimat yang baru saja Niall katakan. Tapi tiba-tiba raut wajahnya menegang, ia cepat-cepat mendekati Niall. "Aku rasa ada yang salah dengan diriku."

"Apa? Kau kenapa?" Kali ini Niall juga terbawa panik.

Victoria meraih tangan Niall dan menempatkan di perutnya. "Ada sesuatu di dalam sini, ada yang bersuara."

Kruk...

Spontan Niall ingin tertawa namun ia menahannya saat melihat ekspresi Victoria. Sepertinya Victoria belum begitu paham dengan keadaan tubuhnya yang sedang kelaparan.

"Kau dengar itu? Niall, perutku dimakan sesuatu! Bawa aku ke dokter!"

Tidak lama mereka berdua berada di sebuah bakery kecil yang terdekat dengan sekolah Niall, Victoria sudah menikmati berbagai menu yang mereka pesan.

"Sepertinya monster di perutku sudah lebih tenang."

Niall meraih ujung kepala Victoria dan mengacak-acak rambutnya dengan gemas. "Kalau kau membiarkan monster itu bersuara lama sekali, kau bisa mati."

"Apa?!"

Di tengah-tengah gurauan dan percakapan mereka tiba-tiba di luar hujan turun. Victoria terlihat antusias melihat hujan. Ia menempelkan tangannya di kaca seolah ia merasakan hujan di luar.

"Mulai sekarang jangan main hujan-hujanan, kau bisa sakit." Tanya Niall yang sedari tadi tidak bisa melepaskan pandangannya dari Victoria.

Niall tidak bisa ada menyangkal sesuatu yang berbeda saat ia melihat Victoria.

Victoria mengangguk, ia masih menikmati suasana sejuk karena hujan di luar. "Aku ingin tidur... tidur itu enak ya."

"Ya sudah sana tidur, lagi pula kita belum bisa pulang, aku tidak bawa pa..." Belum selesai Niall berbicara Victoria sudah melipat kedua tangannya dan tertidur. "Eh, memangnya ada manusia tertidur secepat itu?"

Entah mengapa angin berhembus kencang menembus celah-celah jendela, sampai membuat rambut Victoria tersibak dan beberapa lembar menu di meja terjatuh. Hujan turun lebih deras dari sebelumnya dan langit terlihat terlalu gelap untuk siang hari seperti saat ini.

Niall yang sedang menyibukan diri membaca buku malah ikut mengantuk dan tertidur diatas buku pelajarannya.

Sesuatu terjatuh dari meja Niall dan Victoria, cepat-cepat Niall mengecek kebawah meja namun ia tidak menemukan apa pun selain sebuah surat. Amplop berwarna coklat yang basah seperti baru saja terguyur hujan.

Pengirim: Niall Horan.

Niall mengerutkan dahinya saat membaca tulisan di amplop itu. Ia tidak merasa memiliki surat ini, bahkan ia tidak pernah menulis surat. Niall berfikir mungkin salah seorang temannya berbuat jahil. Niall menaruh surat itu diatas meja dan membuka isinya.

Untuk diriku yang masih SMA.

Hi, Niall! Ini aku Niall. Sebentar lagi ulang tahunku yang ke (tidak mau menyebutkan takut dikatain) dan artinya sebentar lagi kau akan berulang tahun yang ke 18 Aku pikir aku harus memberikan kado spesial untukmu, surat. Ya, kau harus bersyukur kalau surat ini benar-benar sampai di tanganmu, Niall.

Ini bukan dari temanmu yang iseng, ini benar-benar dariku, seorang Niall horan di masa depan.

Niall terkekeh, ia masih tidak percaya dengan hal yang menurutnya mustahil. Ia melangkah ke tong sampah karena berniat membuat surat itu sebelum ekor matanya membaca sesuatu.

Jangan dibuang ini penting!

Ku peringatkan untuk membaca surat ini sampai habis. Meskipun ini akan menjadi surat yang sangat panjang.

I promise this is worth it.

Niall menghembuskan nafas, ia pikir tidak ada salahnya untuk melanjutkan membaca surat ini toh tidak ada yang ia lakukan sekarang. Jadi ia kembali ke kursinya dan melanjutkan membaca.

Bagus, kau masih membacanya.

Jadi, sampai sekarang aku masih memikirkan gadis yang sama, gadis yang aku pikir akan menghabiskan seluruh hidupnya bersamaku, gadis yang aku pikir akan aku pasang fotonya di klinik tempatku praktik sebagai dokter. Gadis yang aku pikir akan berada di sisiku sampai aku tua, yaitu Casper alias Victoria alias my first love.

Oh ya, dia akan memintamu membelikan cola, jangan menurutinya! Perutnya akan bereaksi berlebihan dari efek cola itu. Kau tidak akan bisa belajar biologi nanti malam kalau kau memberinya cola!

Atau, turuti saja, lagi pula saat kau lebih dewasa nanti, fisika tidak akan berpengaruh dalam hidupmu.

"Niall bangun!"

Niall membuka matanya, suara Victoria menyadarkannya dari mimpi. Niall melihat tangannya yang kosong, berarti amplop coklat yang aneh itu memang benar-benar mimpi.

"Niall ini apa?" Victoria menunjukan sekaleng cola yang ia ambil dari lemari es di pojok ruangan itu.

"Cola." Niall teringat surat dalam mimpinya. "Aku barusan bermimpi kalau di masa de..."

"Astaga! Aku mau lagi." Victoria berlari mengambil sekaleng soda dingin untuknya lagi.

Continue Reading

You'll Also Like

15.5M 874K 28
- Devinisi jagain jodoh sendiri - "Gue kira jagain bocil biasa, eh ternyata jagain jodoh sendiri. Ternyata gini rasanya jagain jodoh sendiri, seru ju...
13.2M 1.1M 81
β™  𝘼 π™ˆπ˜Όπ™π™„π˜Ό π™π™Šπ™ˆπ˜Όπ™‰π˜Ύπ™€ β™  "You have two options. 'Be mine', or 'I'll be yours'." Ace Javarius Dieter, bos mafia yang abusive, manipulative, ps...
1.4M 18.5K 46
ON GOING SAMBIL DI REVISI PELAN-PELAN. Start 18 November 2023. End? Cerita bertema πŸ”ž, Kalau gak cocok bisa cari cerita yang lain terimakasih. Mars...
80.3K 8.4K 27
" Pada akhirnya akan selalu ada hal baik yang menerpa kita setiap harinya, biarlah takdir yang mengubah dan biarkan waktu yang menentukan , jangan ka...