Where Is My Romeo

By astabeli

376K 22.5K 1.7K

Selingan kisah Asmara seorang putra kebanggaan Marcuss 20+ More

You Hold My Breath
INFO
Do I know you?
Almost
MARCUSS & NATASHA
Be Mine
Rumah Baru Untuk Leon
Goodbye Happiness
Maaf..
Pregnant??
Undangan..?
Anellia..?
Merindu Sendiri
Luka
Boneka Kecil
Kenyataannya
MEMPERKENALKAN
Hello

Is This Our Last?

20.9K 1.5K 108
By astabeli

Haii.. Maaf janji meleset sehari..

Jangan lupa VOTEnya. Semoga suka dengan chapter ini.

NEXT Chapt kalo votenya udah 1000++ hehhee

Selamat membaca..

*

*

*

*

*

*

*

*

*

*

*

*

Pagi itu Lena menatap layar komputernya dengan tatapan kosong. Bahkan ia sendiri tidak mengetahui apa yang sedang ia ketikan. Dari tadi Lena seperti orang linglung, pekerjaannya beberapa kali dia ulang karena tidak fokus. Tina yang sejak tadi memperhatikan Lena akhirnya tidak tahan untuk menegurnya.

"Lena apa kau baik baik saja?" Tegur Tina yang saat itu membawakan Lena secangkir kopi panas pada gelas plastik dan menyodorkannya di meja Lena

"Lenaaa...??" sekali lagi Tina memanggilnya, Lena yang sedari tadi menatap kosong pada layar komputernya kini melonjak kaget mendengar panggilan sahabatnya itu.

"Ahh.. ya Tina ada apa?" tanya Lena bingung dengan tatapan bodohnya karena ketahuan melamun.

"Sedari tadi aku melihatmu tidak fokus, dan hanya menatap kosong pada layar komputermu.. Ada apa Lena.. Apa kau sakit? Sebaiknya kau ijin pulang saja.." Tina tampak khawatir pada sahabatnya ini, Lena tampak sangat tidak bersemangat hari ini, dan Tina sebagai sahabat sekaligus orang terdekat Lena menjadi tidak tega dan menyarankan Lena untuk segera pulang jika ia merasa tidak enak badan.

Lena kemudian mengusap keningnya yang tidak berkeringat dan tersenyum kaku lalu mulai menyibukkan diri membuka buka berkas diatas mejanya.

"Oh.. eeng.. tidak kok. Aku hanya memikirkan anakku.. tadi.. ee.. sudah minum susu belum ya?" Lena sesekali melirik wajah Tina dengan sembunyi sembunyi, tentu bukan itu yang ada dipikiran Lena. Sebelum berangkat ke kantor Lena tidak pernah lupa memberikan Leon ASInya. Tina mengerutkan alisnya mencoba mencari kejujuran di mata Lena ynag sedari tadi bergerak gerak menghindari tatapannya. Tina tahu Lena sedang berbohong, karena Lena sama sekali tidak pandai berbohong.

"Kau tidak pernah lupa memberikan Leon ASImu sebelum berangkat Lena..." gumam Tina dan langsung membuat lidah Lena kelu karena merasa Tina sudah tahu bahwa dirinya tadi berbohong.

"Kau kenapa sayang? Apa ada yang mengganggu pikiranmu?" tanya Tina memegang pundak Lena yang tampak tegang dengan berkas berkas di tangannya.

Lena menghela nafas panjang dan menghembuskannya penuh kepedihan. Lena mengangguk dan memejamkan matanya menahan perasaan, tangannya mulai memijik tulang hidungnya sendiri .

"Apa masalah Mr. Romeo?" tanya Tina begitu tiba tiba, membuat Lena membuka matanya dengan kaget lalu menatap Tina dengan tatapan terkejut.

Bagaimana Tina bisa tahu? Oh tidak...

"Ap...Apa maksudmu Tina?? Tentu saja itu tidak benar.." Ucap Lena terbata bata, matanya kembali bergerak gerik ketempat lain menjauhi tatapan Tina.

Berulang kali Lena menelan air liurnya, tenggorokannya terasa sangat kering kali ini, dia takut jika Tina sudah mencium hubungannya dengan Romeo yang sudah terjalin selama beberapa bulan ini.

"Heii.. Aku ini sahabatmu Lena.. Aku sudah mengenalmu bahkan jauh sebelum kau bekerja disini" Tina memang mengenal Lena lama sebelum Lena akhirnya memutuskan bekerja di perusahaan raksasa ini. Bahkan saat Lena mengandung Leon, Tinalah satu satunya kerabat dekat Lena selain bi Inah yang mau membantu dan mengurusnya hingga Leon lahir. Bahkan hingga Lena bekerja di Marcuss Inc Group, semua adalah rujukan dari Tina.

"Tina.. Aku tidak.."

"Aku tahu... Semenjak kejadian marah marah perihal SPG itu, Mr. Romeo memang selalu mencarimu. Kau tidak sadar ya??" Tina terkekeh membayangkan Romeo yang kala itu selalu menanyakan keberadaan Lena jika Lena sedang tidak berada dalam ruangannya.

"Mak...Maksudmu..?"

"Ya.. Mr. Romeo memang sering menanyaimu padaku dan juga pegawai pegawai lainnya. Bahkan kepala devisi kita juga.."

Lena mengerutkan keningnya. Hal yang baru lagi, yang belum ia ketahui selama ini.

"Benarkah?" tanya Lena meyakinkan penuh ingin tahu. Tina yang melihat wajah Lena yang penuh selidik itu tertawa geli.

"Ya Lena... Kau ini tidak menyadarinya ya?"

Lena menggeleng "Aku tidak tahu apa apa..."

Tina terkekeha lagi sambil menyesap kopi pada gelas di tangannya.

"Yaa begitulah. Awalnya aku tidak ada pikiran apa apa, yang membuatku semakin yakin adalah... Saat aku diam diam melihat Mr. Romeo yang saat itu mencari Leon di ruangan kita. Waktu itu aku baru saja kembali dari kamar mandi, dan aku melihat Mr. Romeo membuka buka tas mu.. Hahaha seperti seorang kekasih yang meneliti isi tas wanitanya... Ahhh romantis sekali.." ucap Tina dengan binar kebahagiaan di matanya.

"Apa katamu?? Dia membuka buka isi tas ku..?" pekik Lena terkejut.

"Ya.. sepertinya dia mencari botol dot Leon. Tapi aku melihatnya mengambil sesuatu dari dalam tasmu selain botolnya Leon.."

Lena mendelikkan matanya.

Dasar Romeo tidak punya sopan santun! Mentang mentang boss!!

"Huh... Dasar boss tak tahu diri..! Seenaknya saja membuka buka tasku!" gerutu Lena sebal. Tina hanya bisa tertawa melihat wajah cemberut sahabatnya ini. Lalu ia seolah teringat sesuatu.

"Ah ya.. dan sepertinya tidak hanya botol... Apaa yaa yang waktu itu dia masukan pada jasnya?" Tina mencoba mengingat ingat apa yang dulu sempat Romeo ambil dari tas Lena selain dot.

"Apa??" tanya Lena penasaran

"Aduhh apa yaa? Soalnya dia langsung memasukannya dalam jasnya, dan saat itu aku hanya bisa mengintip dari kejauhan. Aku takut ketahuan Lena.. Aduhhh .. Apa ya??" Tina memejamkan matanya dengan kuat berusaha agar mengingat apa yang ia lihat kala itu.

"Bentuknya?? Atau warnanya mungkin kau ingat..?" Lena yang penasaran mencoba membantu ingatan Tina dengan menanyakan bentuk ataupun warna barang yang diambil Romeo dari dalam tasnya. Lena sendiri pun berusaha mengingat, apakah ada barang miliknya yang hilang?

Tapi apa? Perasaanku tidak ada..?

"Warnanya apa yaa?? Aduh aku lupa Lena.. Bentuknya seperti.. Dompet yang agak besar. Dompetmu hilang tidak?"

Lena menggeleng. Lagi pulanya dompetnya berukuran standart dompet dompet pada umumnya. Lalu apa?

"Ahh.. aku benar benar lupa.. Maafkan aku yaa, kala itu tidak langsung memberitahukanmu, karena saat itu aku sibuk sekali.. dan keluar dari ruang Mr. Romeo kau hanya menangis sambil menggendong Leon yang basah kuyup"

Lena mengangguk, walaupun ada raut kekecewaan diwajahnya karena Tina tidak berhasil mengingat barang apa yang diambil Romeo dari tasnya. Tapi itu bukan salah Tina bukan? Lena menenangkan pikiran dan hatinya, mungkin dia nanti akan mengecek lagi, barang apa yang telah hilang darinya.

"Nah.. Kembali ke topik awal.."

"Topik apa?" tanya Lena polos

"Kau... dan boss kita Lena.."

"Tidak... Kami tidak ada hubungan apa apa kok" jawab Lena begitu saja, dan sontak membuat Tina mengangakan mulutnya

"Bahkan aku tidak menanyakan perihal hubungan. Tapi kau menjelaskan semuanya..." Lena yang baru tersadar langsung menutup mulutnya dengan cepat dan menatap Tina dengan tatapan memohon.

"Kumohon jangan sebarkan pada siapapun Tina.. Sungguh aku akan menjauhinya setelah ini... Aku bersumpah.." Lena memohon pada Tina agar mau tutup mulut. Namun berbeda dengan tanggapan yang Tina berikan justru seolah menentanganya

"Menjauhinya??!! Astaga Lena... Jangan pernah lakukan itu!"

Lena awalnya terkejut dengan larangan yang Tina berikan namun ia menunduk dang menggeleng "Aku harus bisa menjauhinya Tina. Aku harus tahu posisiku.."

Tina yang menyadari arti dari kalimat Lena menghela nafasnya dengan sedih. Tina tahu Lena pasti berpikiran dirinya tidak pantas bersanding dengan seorang CEO muda putra emas dari keluarga Marcuss yang paling diminati para wanita wanita berkelas. Apalagi Lena adalah seorang wanita beranak satu dengan status ayah yang tidak jelas.

"Kau tidak boleh merendahkan dirimu seperti itu Alena Nicholas! Kalian itu sangat serasi. Aku bisa melihat itu saat rapat devisi kita beberapa waktu lalu. Dengan secara mengejutkan Mr. Romeo sudi untuk hadir dalam rapat itu Lena. Dan kalau kau tahu.. Saat waktumu menyampaikan presentasimu justru ia hanya terfokuskan pada dirimu saja, bukan isi presentasimu... Dan presentasi lainnya pun hanya dia dengarkan dengan malas malasan. Tatapannya hanya jatuh dan terkunci padamu seorang! Tidakkah kau menyadari itu??"

Lena menggeleng lagi. Ia menutup wajhnya dengan kedua tangannya yang mungil.

"Aku tidak tahu Tina... Yang pasti aku harus menjauhinya.." ucapnya penuh kesakitan. Walaupun Lena menutup wajahnya dengan kedua tangannya, Tina tahu, kala itu Lena sedang menitikkan air matanya terlihat dari pundaknya yang tampak bergetar, meskipun Lena tak mengeluarkan isakan ataupun suara sedikitpun. Tina hanya mampu mengusap pundak Lena yang terlihat begitu penuh tekanan, dia tak begitu mengetahui sejauh mana hubungan Lena dan Romeo hingga detik ini. Namun yang ia tahu, wanita mungil di sampingnya ini sedang jatuh cinta.

****

Lena menyusuri gang luas arah menuju kompleks perumahannya dengan lesu. Sesekali ia menendang batu kerikil di depannya dengan pelan.

Tadi sepulang kantor Romeo sempat memaksanya untuk pulang bersama, namun lagi lagi dengan alasan takut dilihat para karyawan kantor Lena berhasil membebaskan diri dari Romeo. Lena menatap ke arah langit langit yang kian menggelap. Betapa ia merindukan Romeo, dan saat bertatap wajah dengan Romeo tadi Lena sempat tak kuasa menahan diri untuk memeluk tubuh tinggi tegap Romeo. Dia merindukan lelaki itu, merindukan pelukannya, merindukan ciumannya dan godaan godaan nakal yang selalu Romeo lontarkan pada Alena. Namun kali ini dia tidak bisa egois, dia sudah terlanjur merapalkan janji itu pada Ali Marcuss. Pria penentang utama hubungan Lena dan Romeo.

Oh Tuhan, aku merindukan dia.. Bisakah Kau membuatnya menjadi mudah?

Lalu tubuh Lena kaku saat terhalangi oleh dua orang pria yang menghalangi jalannya, matanya melirik ke kanan dan kekiri. Jalanan sore ini tampak begitu sepi, sebenarnya tadi Lena menaiki ojek langganannya, namun karena tukang ojek langganannya tidak dapat menjemput Lena dari kantor akhirnya Lena memutuskan untuk berjalan kaki saja, walaupun dia tahu perjalanan dari kantor menuju komplek perumahaan dina memang melalui gang yang cukup rawan oleh beberapa preman.

Nafas Lena mulai tercekat, dadanya terlihat naik turun. Lena menoleh kebelakang arah gang depan yang terlihat lumayan ramai, jika dia berhasil sampai disana dia mungkin bisa berteriak dan meminta tolong. Namun ia sadar, keberadaan dua pria tak jelas di depannya ini sangat dekat dengan dirinya, jika Lena berbalik dan berlari bisa saja mereka menangkap atau menarik tangan Lena dengan mudah.

Ya Tuhan.. Bagaimana ini??

Lena mulai panik, ketakukan mulai merayapi perasaannya, jalanan gang tampak begitu sepi, ditambah awan yang mulai menggelap. Percuma saja Lena berteriak, tidak akan ada yang mendengarnya. Memukul mereka?

Huh, badan dan tangan Lena saja jauh lebih kecil dari pria pria berbadan tinggi itu. Pukulan Lena pasti akan terasa seperti gigitan semut bagi mereka.

"Waaahh.. Sudah lama kita tidak mendapatkan santapan secantik ini..." salah satu pria dengan slayer yang diikat di kepalanya tampak menggoda Lena dan menarik tangan Lena.

"Jangan sentuh aku!" sentak Lena mencoba memberanikan diri dan menepis tangan sang pria.

"Mau kemana nona manis?? Kenapa sendirian? Mau kami temani?" seorang yang lainnya juga ikutan menggoda Lena dan merasa gemas dengan ketakutan Lena yang semakin membuat mereka gencar mengganggunya

"Kalian mau apa?! Pergi sana!!!" Usir Lena mengayunkan tas di tangannya, bukannya menghindar kedua pria bertatto itu justru tertawa geli dan semakin melangkah maju, otomatis Lena melangkah mundur.

Bagus, teruslah melangkah maju dan aku akan melangkah mundur hingga sampai di depan gang dan meminta tolong...

"Wooo wooww... Kita jangan terus melangkah men.. Jika sudah sampai di depan gang bisa bahaya! Gadis imut ini bisa berteriak meminta tolong.." ucap salah satu pria, Lena membelalakan matanya panik. Dia harus pergi dan berlari jauh dari sini. Jangan sampai kedua pria ini berhasil memperkosanya.

Tidak...!!

Tidak...!!

Romeo tolong akuu...!

Mengerti ketakutan Lena, kedua pria itu semakin tertawa lepas menertawai kepanikan Lena apalagi melihat tangan Lena yang bergetar hebat saat memeluk tasnya di depan dadanya dengan erat.

"Wohoo... Kau cantik sekali nona.. Wajahmu putih dan mulus seperti salju.. Dan... Woooww lembut sekali"

"Jangan sentuh aku!!!" Lena menepis dengankasar jemari pria biadap di depannya yang mencoba mengelus pipi chubynya.

"Sudah, sebaiknya cepat kau angkat dan kita bawa sebelum ada yang lewat.." salah satu dari mereka memerintahkan rekannya untuk segera menyudahi permainan dan segera membawa Lena.

Lena kaget bukan main saat tangan pria itu mulai memegang pergelangan tangannya, wajahnya pucat matanya berurai air mata. Lena berusaha menahan langkahnya namun pria itu mencoba menyeret. Lena semakin meronta, ia memejamkan matanya dengan kuat meskipun air matanya tetap mampu keluar dari sela selanya.

Tidak Tuhan.. Kumohon....

"Jangan menyeretnya angkat saja!!" sang pria biadap yang sudah berjalan terlebih dahulu itu berteriak memarahi kawannya yang terlihat lelet menyeret Lena.

ROMEO... TOLONG....!

Baru saja si pria bertatto tadi hendak mengangkat tubuh Lena seperti karung, suara klakson mobil dari arah yang sudah sangat dekat berbunyi dengan nyaringnya. Suara dencitan bannya juga memekikkan telinga mereka. Kedua pria itu hanya saling bertatapan bingung hingga melepaskan pegangannya dari Lena. Mereka keheranan melihat mobil hitam legam yang kacanya bahkan tak kalah legamnya sama sekali tak menampilkan sang pengemudi di dalamnya. Ban dari mobil mewah itu masih berputar di tempat membuat debu dan kerikil bertebaran bahkan membuat kedua pria itu terbatuk, tak terkecuali Lena yang masih mengasingkan diri menjauh dari kedua pria biadap tadi.

Dan tak lama setelah itu berlangsung, sang pengendara akhirnya menampilkan wujudnya. Kedua pria bertatto itu saling menaikkan alis menantikan aksi dari sang pahlawan kesiangan itu. Tatapan mereka sedikit berubah saat melihat pria tampan dengan jas hitam yang sudah terlepas kancingnya dengan kemeja berwarna putih yang terbuka di bagian atasnya. Romeo berjalan menatap kedua pria di depannya yang sepertinya menganggap remeh dirinya. Pria pria biadap itu bahkan hanya tertawa seolah menertawai seorang anak kecil yang hendak merebut permen dari mereka.

"Pulang lah anak muda.. Ibumu pasti sedang mencari anaknya.. hahah" kedua pria itu tertawa terbahak bahak mengejek. Sementara Romeo mengepalkan tangannya tak tahan atas penghinaan itu.

Tanpa pikir panjang Romeo yang sudah berdiri dihadapan kedua pria biadap itu langsung malayangkan pukulan pukulan kasar. Mereka bergulat saling memukul, untung Romeo sejak berusia dua belas tahun dibekali sang ayah ilmu bela diri yang mumpuni. Dua pria biadap tadi tampaknya kewalahan melawan Romeo yang tampak ahli melemparkan pukulan pukulan mematikan.

"Berani sekali kalian menyentuh perempuanku!!!" desisnya marah kemudian menghujani pukulan dan tendangan keras pada kedua biadap yang sudah terkapar di tanah dantak sadarkan diri.

"Kau tidak apa apa sayangku?" Kini Romeo beralih pada Lena yang tersungkur di pinggiran jalan. Romeo memeluk tubuh Lena. Tubuhnya bergetar hebat atas kejadian barusan. Matanya tampak dipenuhi air mata dan menatap Romeo dengan sisa sisa ketakutan tadi.

"Aku takut... Bawa aku pergi dari sini Romeo aku mohon..."

Mendengar pernyataan yang sangat ketakutan itu, Romeo langsung mengangkat tubuh Alena dan meletakkannya di bangku depan mobilnya dan langsung menancap gasnya pergi dari tempat sialan itu.

Lena mencoba mengatur nafasnyayang tersenggal dan sesenggukan karena menangis. Dia sudah tampak sedikit tenang. Romeo memang sengaja menahan Lena di mobilnya dan tidak langsung masuk ke rumahnya karena ia tidak mau Leon melihat Lena yang tampak kacau.

"Apa kau sudah baik baik saja?" tanya Romeo, dihusapnya kening Lena dengan lembut.

Lena mengangguk dan mengusap air mata yang tersisa di pipinya. Ditatapnya Romeo yang tampak begitu mengkhawatirkan dirinya. Dengan impulsif Lena langsung memeluk tubuh Romeo dengan erat dan secara otomatis Romeo membalas pelukan Lena tak kalah erat.

"Terima kasih... Terima kasih sudah menyelamatkanku Romeo.. Terima kasih..." ucap Lena tulus penuh rasa syukur. Air matanya kembali turun, Lena tidak habis pikir jika saja tadi Romeo tidak datang menolongnya.

"Shhh.. tenanglah sayang..." Romeo dengan lembut mengusap rambut hingga punggung Lena, mencoba menenangkannya dengan husapan husapan tangannya.

"Aku tidak tahu jika tidak ada kau.. mungkin saja aku..." Lena kembali menangis dan Romeo dengan caranya sendiri berusaha menenangkan dan meredakan tangisan Lena. Hingga Lena terlihat benar benar tenang, baru akhrinya Lena bersama Romeo memasuki rumahnya yang sudah tampak rapi.

"Eh.. mbak Lena udah pulang.." sapa bi Inah dengan sopan lalu tersenyum pada Lena dan Romeo yang tampak sedikit acak acakkan.

Lena tersenyum melihat bi Inah yang sudah tampak cantik dengan kebaya model lama yang dikenakan oleh bi Inah.

"Loh.. mau kemana bi.. Cantik sekali?? Leon mana?"

"Leon ada di boxnya mbak. Tadi habis makan bubur langsung tidur.."

Lena terkekeh membayangkan putranya yang menggemaskan itu, yang selalu tertidur pulas setelah perutnya kenyang dan penuh dengan makanan atau ASI.

"Dan.. bibi mau ijin mbak.. Mau ke acara nikahannya anaknya temen bibi. Mungkin bibi mau ikut rewang sampai selesai acara, jadi mungkin menginap disana. Apa tidak apa mbak?"

"Ohh iya bi.. Tidak apa apa kok, lagian besok kan akhir pekan aku juga tidak ke kantor.. Bibi naik apa?" tanya Lena

"Naik ojek mbak.."

Mendengar itu Romeo langsung mengeluarkan dompetnya dan memberikan bi Inah tujuh lembar uang ratusan.

"Tidak usah tuan... Bibi masih ada uang buat ojek.." tolak bi Inah dengan sopan

"Ambilah bi.. Naik taksi saja, ini sudah malam.."

Lena dan bi Inah tampak saling berpandangan, bi Inah seolah menanyakan pendapat Lena apakah dia harus mengambil uang pemberian Romeo atau tidak sementara Lena mengangkat bahunya dengan bingung.

"Ambilah.." Romeo akhirnya mengambil tangan bi Inah dan meletakkan uang itu diatas telapak tangannya.

"Tapi tuan ini terlalu banyak..." bi Inah tampak ingin mengembalikan uang tadi namun Romeo mengangkat tangannya.

"Itu untuk bibi.." Romeo tersenyum kecil. Bi inah ikut tersenyum lalu mengangguk sopan "Terima kasih banyak tuan.. Kalau begitu saya permisi dulu..."

Setelah kepergian bi Inah, suasana di rumah Lena tampak canggung. Romeo memutuskan hari ini untuk menginap disini seperti biasa Romeo selalu menyediakan pakaian rumah di mobilnya bahkan sebagian sengaja ia tinggalkan di rumah Lena. Jadi jika sewaktu waktu Romeo ingin menginap disini, dia tidak perlu repot repot lagi memikirkan pakaian apa yang harus ia pakai untuk tidur.

Awalnya Lena menolak dan menyuruh Romeo untuk pulang saja. Namun beralasankan kejadian tadi Romeo sukses membuat Lena meringsut ketakutan hingga menempel di pelukannya. Bahkan saat tidurpun Lena seolah tak ingin berjauhan dengan Romeo. Didalam selimut Lena dengan malu malu memeluk tubuh Romeo dengan erat, kejadian tadi membuat Lena trauma rupanya, bahkan mendengar suara kecil saja Lena bisa langsung mendekap tubuh Romeo dengan erat. Dan itu membuat Romeo tersenyum senang, Lena jadi tak ingin jauh dari dirinya.

"Suara apa itu???" pekik Lena ketakutan. Romeo terkekeh dibalik selimut dan mencoba menarik Lena kembali bersandar pada dekapannya.

"Itu hanya suara kucing di luar Lena.. tenanglah.." ucap Romeo sambil mengusap lengan Lena.

"Aku takut Rom, bisakah kau tidak menertawaiku?" ujar Lena kesal karena Romeo sepertinya senang sekalimelihat Lena yang ketakutan, dengan begitu Romeo bisa saja dengan mudah memeluk tubuh Lena yang kala itu memang tidak memakai penyangga payudaranya (nama lainnya dari bra gituuu biar ga mainstream)

"Ok..Ok..Maafkan aku... Lagi pula apa yang kau takutkan? Ada aku bukan?"

Romeo mencoba menahan kekehannya saat melihat Lena yang masih menajamkan pendengarannya dengan seksama. Tampak cantik dan menggairahkan.

"Tidurlah Lena.. Atau aku bisa bisa tidak tidur hingga pagi jika kau bergerak gerak terus di dadaku.." Romeo mencoba memejamkan matanya yang bahkan susah terpejam sejak tadi Lena tampak gelisah dan terus bergerak jika mendengar suara sekecil apapun dan itu membuat Romeo tersiksa karena gundukan kenyal Lena yang bergesekkan dengan dadanya. Kejantanannya dibawah sana bahkan mengencang dan terus mengencang seiring pergerakan tubuh Lena yang tak bisa diam.

"Romeo itu suara apa?? Ada yang datang ke rumah ya??" Tanya Lena panik saat mendengar suara langkah seseorang.

"Itu satpam Lena... Setiap malam kan kompleks ini di cek oleh satpam. Sudahlah tidur..." Romeo tampak kesal karena menahan gairahnya yang kian meletup hingga membuat kepalanya pening.

"Kau dengar itu..? Astagaa suaranya mendekat... Aku takut.."

Setelah habis kesabarannya, Romeo akhirnya menggulingkan tubuh Lena yang sedari tadi menguji ketahanan Romeo. Bahkan Romeo sempat berpikir bahwa Lena sengaja menggodanya hingga akhirnya ia di luar kendali. Dia ingin bercinta kali ini.

"Kau...kau mau apa??" ucap Lena takut takut saat mendapati tatapan bergairah Romeo diatasnya.

"Sedari tadi aku mencoba untuk menahannya. Tapi kau membuat pertahananku habis..!" ucap Romeo menahan gairahnya.

"Mak.. maksudmu??" Lena tampak memejamkan matanya saat Romeo menurunkan tubuhnya dan menyentuhkan kejantanannya yang mengeras tepat diatas pangkal paha Lena.

Dada Lena tampak naik turun, dan itu semakin membakar gairah Romeo yang melihatnya. Apalagi puting payudara Lena yang tampak menonjol begitu berani di balik dress tidurnya.

Romeo kini menindih tubuh Lena, menumpukan semua tubuhnya diatas tubuh Lena yang mungil. Bibirnya di dekatkan pada bibir Lena menggoda bibir mungil itu agar mau menciumnya.

"Rom... Jangan..." desah Lena saat tangan Romeo mulai menjulur menuju payudaranya.

"Kau milikku Lena..." ucap Romeo dengan posesif, diraihnya semua tubuh Lena untuk disentuh. Bibirnya saling bertautan menyatu saling melumat satu sama lain seolah mereka menemukan pasangan yang paling tepat untuk berciuman.

Dan malam indah penuh cinta itu terjadi sudah. Lena dengan seluruh penyerahannya dan Romeo dengan segala cintanya.

Mereka telanjang di balik selimut dan saling berpelukan saling menghangatkan satu sama lain. Lena yang tertidur berbantalkan lengan kekar Romeo, dalam diam menangis. Tidak. Dia tidak menangis karena menyesal telah memberikan tubuhnya pda Romeo. Lena sungguh menikmati percintaan tadi, percintaan yang sekilas mengingatkan dia pada..

Ahh lupakan Alena, jangan pernah kau samakan cintamu denganpria jahanam itu!

Mungkin ini malam terakhirnya bersama Romeo, dan ia akan mengingat malam penuh cinta ini.

Maafkan aku Romeo ... Maafkan aku cintaku... Tapi aku harus benar benar menjauhimu.. Atau bahkan membuatmu membenciku..

Lena menatap wajah Romeo yang sudah tertidur pulas. Air matanya kembali turun, ini saat saat berharganya bersama pria yang dicintainya. Dikecupnya dada Romeo dengan penuh perasaan cinta. Lena kembali menyandarkan kepalanya pada dada Romeo dan menangis disana dalam keheningan.

Dan jika kau sudah membenciku nanti.. Percayalah, bahwa cintaku akan selalu hidup untukmu..

#####################

Menjelang Chapter2 BAPER..

Continue Reading

You'll Also Like

218K 16.2K 42
Nara, seorang gadis biasa yang begitu menyukai novel. Namun, setelah kelelahan akibat sakit yang dideritanya, Nara terbangun sebagai Daisy dalam dun...
526K 4.1K 24
GUYSSS VOTE DONGG ๐Ÿ˜ญ๐Ÿ˜ญ๐Ÿ˜ญ cerita ini versi cool boy yang panjang ya guysss Be wise lapak 21+ Gavin Wijaya adalah seseorang yang sangat tertutup, ora...
1.7M 56.5K 69
Cinta atau Obsesi? Siapa sangka, Kebaikan dan ketulusan hati, ternyata malah mengantarkannya pada gerbang kesengsaraan, dan harus terjebak Di dalam n...
8.7M 108K 43
(โš ๏ธ๐Ÿ”ž๐Ÿ”ž๐Ÿ”ž๐Ÿ”ž๐Ÿ”ž๐Ÿ”ž๐Ÿ”ž๐Ÿ”ž๐Ÿ”žโš ๏ธ) [MASIH ON GOING] [HATI-HATI MEMILIH BACAAN] [FOLLOW SEBELUM MEMBACA] โ€ขโ€ขโ€ขโ€ข punya banyak uang, tapi terlahir dengan satu kecac...