MARCUSS & NATASHA

26.9K 1.4K 104
                                    

Heyhooo..
Lagi mood nulis wkakaka
Yukk votevote
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*

Pagi itu Leon menangis dengan kencangnya. Tubuhnya semakin panas. Dia demam tinggi, dan itu membuat Lena sangat khawatir. Di sentuhnya kening mungil Leon yang begitu panas seperti api, membuat Lena sedih dan was was. Dia harus segera membawa Leon ke Dokter. Sebelumnya dia terlebih dahulu menyusui jagoan kecilnya, dari banyak bacaan yang ia baca ketika anak sedang panas tinggi yang terbaik adalah memberinya banyak ASI. Lena bersyukur diusia Leon yang menginjak satu tahun lebih ASInya masih sangat lancar dan penuh untuk putranya.

"Sayangnya Bunda jangan nangis yaa.. Nanti kita jalan jalan asal Leon sembuh dulu..."
Lena mencoba mendekatkan puting susunya ke bibir Leon, berharap Leon mau kembali menyusuinya. Namun yang terjadi justru Leon menolak diberi ASI. Sejak semalam bahkan Leon tidak mau diberi apa apa hanya sedikit ASI yang berhasil masuk ke tubuh kecilnya.

"Ya Tuhan... Panas sekali sayang... Kita ke dokter ya..."

Dengan sedikit tergesa Lena mempersiapkan segalanya. Tas bayi yang berisikan perlengkapan Leon beberapa popok dan handuk kecil untuk putranya. Hari ini Lena memang memutuskan untung ijin bekerja. Dia tidak tega meninggalkan Leon dalam keadaan sakit.

"Bi.. Aku pergi ke dokter ya... Badan Leon semakin panas. Dari tadi bahkan tidak mau kususui. Aku takut dia semakin sakit." Pamit Lena pada Bi Inah yang setia menemaninya dan Leon.

"Hati hati nak... Apa perlu bibi antar?" Bi Inah menatap Lena penuh cemas.

"Tidak usah Bi terima kasih... Aku pergi dulu ya..."

Dan pergilah Lena bersama Leon menaiki angkot menuju salah satu rumah sakit terbaik di kota itu. Kebetulan Lena mendapatkan akses berobat gratis sebagai pegawai di perusahaannya di rumah sakit itu. Dan Lena menggunakan jatah berobatnya untuk memeriksakan putranya Leon. Dia dengar dari kebanyakan rekan-rekan kerjanya di Rumah Sakit ini memiliki dokter spesialis anak yang terbaik di kota ini. Dan Lena bersyukur putranya bisa di tangani oleh dokter yang terbaik dengan gratis.

"Aaawhhh...." Wanita yang bertubrukan dengan Lena merintih saat pundaknya dengan tidak sengaja bertabrakan dengan Lena

"Oh.. Maafkan saya nyonya.. Saya betul betul tidak sengaja. Saya sangat terburu buru ingin cepat mendaftarkan anak saya yang sedang sakit makanya tidak melihat anda yang berjalan mendekat."
Ucap Lena sungguh menyesal.
Wanita paruh baya yang terlihat masih cantik dan segar itu justru tersenyum manis.

"Tidak papa... Maafkan saya juga ya.. Oh anak kamu sakit?? Kalau begitu mendaftarlah duluan" ucap wanita ayu itu mempersilahkan Lena agar terlebih dahulu mendaftarkan anaknya.

"Ee.. Tidak nyonya, anda lebih dulu datang, biar saya mengantri setelah anda.." Lena tampak tidak enak karena sudah menabrak wanita cantik di hadapannya ini dan memutuskan untuk mengantri di belakangnya.

"Mendaftarlah lebih dulu sayang.. Anakmu sedang sakit.."

Lena tersenyun getir. Sungguh aura keibuan tampak memancar di wanita ini. Pastinya dia memiliki keluarga yang harmonis, dan anak anak yang begitu menyayanginya. Lena jadi membayangkan ibunya yang selalu berucap sayang padanya.
Oh dia sungguh merindukan sosok ibunya. Dan wanita di hadapannya ini sungguh membuatnya terpana karena diperlakukan dengan sayang. Padahal mereka baru bertemu saat ini.

"Mama...? Tadi aku dengar mama merintih.. Ada apa?" tatapan Lena kemudian berpindah pada seorang gadis muda yang luar biasa cantik.

Ini pasti putrinya.
Batin Lena dalam hati. Wajahnya begitu cantik seperti ibunya. Rambutnya panjang dengan mata hazle seperti mata ibunya dan sama seperti mata yang di miliki Lena.

Where Is My RomeoWhere stories live. Discover now