Undangan..?

22.9K 1.5K 121
                                    


VOTE VOTE..

Heyyy.. Maafkan lama banget lanjutnya.. Dari kemarin kemarin udah ngetik tapi belum dilanjut. Dan baru kesempatan malam ini..

PERINGATAN banget.. Ini part khusus 18+ yaa..!!!!

Selamat membaca (sorry kalo banyak typo tolong di komen. Terutama nama, keseringan Lena berubah jadi Prilly :p)

*

*

*

*

*

*

*

*

*

*

*

*

*

*

*

*

Pagi harinya lebih parah lagi, Lena yang terbangun langsung lari terbirit birit menuju kamar mandinya dan memuntahakan isi perutnya. Sejak semalam tidak ada makanan yang masuk di dalam perut Lena, hanya teh manis dan secuil biskuit asin yang sangat membantu menghilangkan rasa mualnya.

Hoeeekkkk....

Hoekkkk...

Hoeeekkk...

Muntahan berbentuk cairan keluar dari mulut Lena. Tubuh Lena lemas sekali pagi itu. Lena menangis tersendu sendu di lantai kamar mandinya, tangannya meremas kuat daster di bagian perutnya sementara tangan satunya menjambak rambutnya sendiri dengan frustasi. Sudah tidak salah lagi, Lena pasti hamil kali ini.

Bodoh...

Alena yang bodoh!

Berulang kali Lena merutuki dirinya sendiri, kebodohan akan cintanya membutakan dan menghancurkan kehidupannya.

Rasakan itu Alena yang sok! Sekarang kau harus kembali merasakan penderitaanmu yang dulu! Melahirkan seorang anak tanpa pendamping..?

HAH RASAKAN!

Lena kembali menangis. Hidupnya kali ini benar benar hancur. Lebih hancur dari kesalahannya dulu.

Romeo... Apakah Romeo mau mengakui ini anaknya??

Lena kembali teringat perkataannya yang begitu menyakiti Romeo, dan teringat kembali bagaimana raut murka dan kemarahan Romeo kala itu

"JANGAN PERNAH KAU MENUNJUKAN WAJAHMU LAGI DI HADAPANKU!!!"

Mata Romeo kala itu benar benar memancarkan kekecewaan yang mendalam dan kemarahan besar pada Lena. Dimata Romeo, Lena sudah pasti hanya seorang wanita yang gila harta yang rela melempar tubuhnya pada pria pria beruang seperti Romeo.

Romeo tidak akan pernah mungkin lagi menerimaku. Justru dia sudah teramat beruntung terlepas dari wanita seperti aku...

Lena meletakan kepalanya diatas kloset yang tertutup, air matanya kembali jatuh membanjiri wajahnya yang ayu menyesali perbuatan dan keputusan yang telah diambilnya.

"Mbak Lena... Mau ke kantor? Gimana keadaannya mbak? Kayaknya kok masih pucet ya.." sapa bi Inah yang sedang menyiapkan teh manis dan semangkuk bubur bayi untuk Leon.

"Aku tidak apa apa bi.. Aku harus ke kantor, ada rapat hari ini.." jawab Lena lemas sambil menyesap teh manis.

"Aduh wajahnya pucat lho mbak.. Apa ndak bisa ijin dulu? Bibi khawatir.." bi Inah tampak betul betul khawatir dengan keadaan Lena pagi ini.

Where Is My RomeoWhere stories live. Discover now