After Love

Door ShanAFitriani

4.2M 220K 7.7K

[COMPLETE] Sinopsis : Bertemu, berkenalan, saling jatuh cinta kemudian menikah. Klise, tapi manis. Semua men... Meer

Sinopsis
Prolog
After Love Part 1
After Love Part 2
After Love Part 3
After Love Part 4
After Love Part 5
After Love Part 7
After Love Part 8
After Love Part 9
After Love Part 10
After Love Part 11
After Love Part 12
After Love Part 13
After Love Part 14
After Love Part 15
After Love Part 16
After Love Part 17
After Love Part 18
After Love Part 19
After Love Part 20
After Love Part 21
After Love Part 22
After Love Part 23
After Love Part 24
After Love Part 25
After Love Part 26
After Love Part 27
After Love Part 28
After Love Part 29
After Love Part 30
After Love part 31
After Love Part 32
After Love Part 31 END
My Red Daisy●The Darkest Embrace

After Love Part 6

92.3K 6.2K 312
Door ShanAFitriani

Hehe lupa update semalam. Enjoy~

***

"Somebody make me feel alive, yesterday.
And then he shatter me, now."

-Aluna Ariana

***

Hari demi hari semakin menyakitkan untuk Aluna. Semakin hari ia semakin tak punya nilai di mata dua manusia sempurna itu. Semua berubah derastis hanya dalam seminggu setelah kedatangan perempuan itu.

Kecupan selamat pagi dan pelukan malam hari sudah beralih kepemilikan secara tiba-tiba dari dirinya. Tak ada lagi kehangatan yang menyelimuti hati Aluna. Semuanya telah berubah hanya karena sebuah kemunculan kembali seorang perempuan dari masa lalu.

Dengan kejamnya pula mereka bermesraan tepat di hadapan Aluna tanpa perasaan. Seakan mereka berusaha memukul mundur Aluna agar menyerah dari tempat berdirinya. Bahkan tak segan perempuan itu memperlakukan Aluna seolah pembantunya, seolah ialah sang nyonya rumah itu.

Rasa ingin menyerah dan pergi dari permasalahan selalu menggoda Aluna, tetapi tak ia gubris. Cintanya pada Louis Hendrick sudah mendarah daging. Ia sangat mencintai pria itu di samping ia juga kecewa pada Louis. Ia terlalu mencintai Louis untuk melepaskan Louis kepada perempuan lain.

Aluna hanya bisa berdoa setiap malamnya dalam kesunyian kamarnya yang begitu dingin. Hanya satu doa yang sederhana, ia tak meminta semua kehangatan itu kembali, ia hanya ingin Louis melihatnya, menghargai, dan menjaga perasaanya sebagai istri sah Louis. Hanya itu. Ia hanya mau tak terlalu tersakiti.

Namun, sayangnya doanya tak terkabul, Louis bahkan hampir tak menganggapnya ada. Seolah ia memang tidak pernah ada. Keberadaannya terhempas dengan mudah karena kemunculan masa lalu. Hanya cintanya dan janji sucinyalah yang menyemangati sekarang, tak ada yang lain.

Aluna sekarang hanya bisa melamun di ruang perawat. Semenjak kembalinya Victoria dan Louis bersama, Aluna mulai tak fokus dalam kerjaan di rumah sakit. Walaupun begitu, ia tak pernah membuat masalah besar karena lamunannya. Dia masih bersyukur karena setidaknya pekerjaan tidak terganggu, dan yang ada, dia malah dia tunjuk menjadi kepala perawat karena prestasi serta ketelatenan Aluna sebagai perawat yang terbaik di rumah sakit itu.

"Nyonya Hendrick," panggil salah satu perawat junior yang menghampirinya.

"Sudah aku bilang jangan panggil aku begitu. Panggil saja aku Kak Aluna atau Aluna saja," kata Aluna sedikit protes karena perawat lain yang selalu memandangnya sebagai istri pemilik rumah sakit. Ia juga mulai tak nyaman dengan panggil Nyonya Hendrick itu karena ia mulai merasa tak pantas dengan nama sandang itu.

"Maaf Kak Aluna, aku mau bilang bahwa Dokter Garret menyuruh Anda ke ruang inap VIP 5 sekarang untuk menemaninya mengurus pasien yang baru saja mengalami kecelakaan," kata perawat itu yang direspon dengan anggukan mengerti oleh Aluna. Tanpa banyak tunda lagi, Aluna yang disiplin segera berjalan cepat ke ruangan yang tadi perawat juniornya katakan.

Setelah mengetuk sebanyak dua kali untuk sebagai tanda kedatangannya, Aluna pun membuka ruangan itu dan melihat Dokter Garret tengah berbincang dengan pasien yang pergelangan tangannya telah di perban.

"Oh? Ryan?" sapa Aluna saat melihat sang pasien yang tampak memandang Aluna tak percaya.

"Kalian sudah saling kenal? Baguslah, Nyonya Hendrick, aku ingin kau menjadi pewarat Tuan Adryan selama dua hari ini sebelum ia boleh keluar dari rumah sakit. Pastikan dia memakan obat nyerinya dua kali sehari dan vitaminnya tiga kali sehari. Jagalah dia dengan baik, dia salah satu kolega dan donator rumah sakit ini. Aku mempercayakannya padamu. Kau yang terbaik di sini," kata dokter Garret setelah mendapatkan anggukan dan senyuman manis Aluna, sang dokter kemudian beralih ke Ryan. "Tuan Ryan, dia adalah kepala perawat di sini. Dia perawat terbaik dan teramah di sini. Nikmati waktu Anda, Tuan Ryan."

"Iya, terima kasih, dokter," jawab Ryan tanpa mengalihkan pandangannya dari Aluna yang tampak anggun memakai baju perawat putih yang mungil itu.

Sesaat kemudian dokter Garret pun keluar meninggalkan pasien dan perawat itu. Ryan sendiri terkekeh dalam diam. Walau wajah Aluna dan perempuannya itu sangat persis, tapi ia sadar, kepribadian mereka sangat berbeda. Aluna seorang perawat sedangkan Julie takut dengan segala sesuatu yang berbau darah. Perempuannya Julie sangat ceria, manja, dan kekanakkan, tetapi perempuan yang ada di hadapannya sekarang lebih dewasa dan anggun serta tenang namun tidak juga membosankan.

"Aku tak menyangka kau seorang perawat," kata pria itu lebih dahulu membuat Aluna hanya tersenyum manis seperti hal yang biasa ia lakukan pada semua orang. "Dan seorang kepala bagian. Kau pasti sangat hebat."

"Dan aku tak menyangka kau seorang pasien," timpal Aluna yang seketika membuat Ryan tertawa. "Pasien kecelakaan tepatnya. Sebenarnya ada apa dengan tanganmu itu?"

Ryan melirik pergelangan tangan kirinya yang masih sering nyeri karena syarafnya yang sedikit terganggu.

"Ah ini? Tadi aku naik motorku untuk ke rumah ibuku tapi aku tak melihat seekor anak kucing yang menyebrang. Jadi aku membanting stir dan terjatuh di rumput pinggir jalan dan tanganku tertimpa kepala motor besarku itu. Dan.... beginilah," kekehnya, diikuti Aluna yang menggeleng-geleng tak percaya.

Saat mereka sedang asik mengobrol, jam makan siang pun memanggil perut Aluna. Jam yang biasa di habiskan Aluna dengan memakan bekal makan siangnya sambil video call dengan Louis yang juga sedang makan bekal buatan Aluna di kantornya. Namun, sekarang sepertinya ia takkan bisa melakukan itu lagi.

"Saatnya makan siang! Aku akan makan di luar. Tangan kananmu tak apa-apa, kan? Atau kau ingin disuap?" tanya Aluna sembari bangkit dari kursi di ruangan itu. Hari ini ia tidak membawa bekal. Ia bahkan tak memasak pagi ini karena menurutnya percuma. Louis sudah pergi ke kantornya.

"Tangan kananku tidak apa-apa. Aku bisa makan sendiri. Dan ngomong-ngomong, boleh aku ikut? aku tudak mau makan makanan rumah sakit. Sangat memuakkan," kata Ryan dengan wajah yang mendengus jijik membayangkan makanan hambar rumah sakit. "Lagi pula aku tak sedang memakai infus. Jadi aku bisa keluar sebentar, kan?"

Aluna berpikir. Sebenarnya tak baik membawa pasien untuk keluar, bukannya beristirahat. Namun setelah melihat fisik dan raut wajah Ryan yang segar bugar-minus tangannya yang terkilir-ia pun mulai mempertimbangkannya dan akhirnya mengiyakan saja permintaan memelas Ryan.

***

Aluna dan Ryan memilih berjalan-jalan di sepanjang trotoar untuk menemukan kafe keluarga yang bagus untuk makan siang. Hingga akhirnya mereka memutus singgah di salah satu kafe yang cukup ramai dan menu makanan siangnya lengkap.

Mereka terus mengobrol dan tak jarang saling tertawa karena obrolan masing-masing. Mereka juga memutuskan duduk di salah satu meja yang ada di pojok kafe karena meja-meja yang tengah sudah terisi. Pelayan langsung memberikan Ryan dan Aluna menu begitu mereka duduk sebelum kembali meninggalkan dua pelanggan itu.

Aluna yang memang sudah menetapkan pilihan bahkan sebelum masuk di kafe itu hanya menaruh buku menu itu dan lebih memilih menunggu Ryan untuk selesai memilih menunya. Sambil menunggu Ryan yang tampak kebingungan, Aluna hanya mengedarkan pandangannya ke seluruh ruangan café itu mengalihkan perhatiannya.

Namun, yang ia lakukan itu malah membuat menyesal. Karena sekarang ia melihat Louis dan Victoria berada di dalam ruangan yang sama dengannya. Louis masih memakai jas kantornya dan Victoria, sekali lagi memakai gaun yang sudah ia ketahui pembelian Louis, karena Victoria tak membawa barang apapun saat pindah ke rumahnya sebulan yang lalu. Terlihat jelas perempuan itu sudah janjian dengan Louis saat suaminya itu juga istirahat makan siang.

Aluna tersenyum miris. Biasanya ia dan Louis akan makan siang romantis seperti itu di dalam ruangan kerja Louis di perusahaannya di saat ia punya jam makan siang tambahan.

Aluna terus menatap pasangan yang tampak bahagia itu dengan sendu. Ia cukup bersyukur karena posisi meja mereka yang tak mencolok oleh pelanggan di meja tengah. Ia bahkan tak sadar bahwa Ryan sudah mempunyai pilihan menu dan bingung melihat pandangan penuh kesakitan Aluna ke arah belakangnya, padahal Ryan tepat berada di hadapannya.

Ryan pun berbalik dan melihat arah pandang Aluna yang masih fokus. Saat berbalik kembali ke Aluna, ia bahkan melihat mata indah perempuan itu sudah mulai berkaca-kaca.

"Kau tahu..."

Dua kalimat itu pun menyadarkan Aluna dari tatapannya dan melihat Ryan juga kembali berbalik ke arah pandang Aluna untuk memperlihatkan bahwa ia melihat apa yang Aluna lihat.

"Kau tahu, saat aku mengantarmu pulang itu hari, aku sudah merasa akrab dengan wajah pria yang tinggal denganmu."

Entah kenapa tubuh Aluna sedikit menegang. Nada yang diberikan Ryan padanya begitu mengintimidasi seolah meminta kejujuran. Dan kenapa pria itu memakai nada yang melindungi tapi begitu mencekam seolah ia berhak atas diri Aluna.

"Dan setelah melihatnya lagi hari ini aku sudah mengingat wajah pria itu," sambung Ryan dengan wajah serius namun lembut. "Dia salah satu kolegaku, namanya Louis Hendrick. Aku bahkan donator di salah satu rumah sakit besarnya, yaitu rumah sakit tempatmu bekerja. Aku ingin bertanya padamu, kenapa kau tinggal serumah dengan Louis Hendrick? dan... kalau tidak salah dengan Dokter Garret tadi juga memanggilmu dengan sebutan Nyonya Hendrick... sebenarnya kau siapa? San apa hubunganmu dengannya?"

Aluna menelan ludah gugup. Entah kenapa pria itu terlihat begitu protektif melalui matanya. Seolah ia juga berhak atas kebahagian Aluna.

"Louis Hendrick, suamiku." jawab Aluna lesu setelah meneguk ludahnya gugup menyatakan kebenaran yang dulu selalu membuatnya merasa bangga saat mengucapkannya. Air matanya kembali mengumpul di kelopak bawah matanya, tetapi ia segela berkedip beberapa kali untuk segera menghilangkan bulir itu di hadapan Ryan.

"Lalu wanita itu? Dia mengaku sebagai kekasih Louis."

Nada geram penuh amarah terdengar jelas dari kalimat Ryan membuat Aluna sedikit menciut. Perempuan itu ia merasa seperti seorang perempuan kecil yang mengadu pada ayahnya bahwa sahabatnya sudah melupakannya dan menemukan sahabat baru.

"Dia memang kekasihnya," kata Aluna dengan nada yang begitu rendah, namun masih bisa ditangkap oleh Ryan.

"Lebih tepatnya selingkuhan! Selingkuhan terang-terangan! Wanita itu orang ketiga!" geram Ryan yang sedikit berteriak membuat Aluna semakin menunduk dalam.

Tak menyadari bahwa suara Ryan malah menarik perhatian Louis dan untungnya Louis hanya melihat punggung Ryan yang menutup Aluna. Sehingga Louis tak menyadari bahwa Aluna yang ada di sana. Louis sendiri sedikit tersinggung-secara tak langsung-akan kata-kata yang ia dengar tadi, tapi ia abaikan.

Dengan kedua mata berair yang berusaha ditahan Aluna, perempuan itu kembali menghela napas pasrah dan sedikit terkekeh miris menatap jemarinya di pangkuannya. "Mungkin yang lebih cocok disebut orang ketiga adalah aku. Mereka pasangan sejak awal SMA. Masalah datang di tengah-tengah hubungan mereka saat aku bertemu Louis. Sekarang sepertinya masalah itu baru mereka selesaikan."

"Omong kosong! Kau istrinya sekarang. Apa kau tidak marah? Kau harus marah-"

"Aku sangat marah," sela Aluna. "Tapi aku benar-benar tak tahu harus melakukan apa."

Ryan mendesis kesal. Melihat Aluna yang begitu tersakiti dan hanya diam saja membuat Ryan seolah melihat perempuannya yang rapuh. Julie yang tak pernah sedikit pun ia niatkan untuk membuat raut wajah sedih terbit pada perempuan itu dan ia selalu memang berhasil mempertahakan senyum Julie hingga akhir khayat perempuan itu.

Namun, Julie yang lain? Aluna? Ia malah mempunyai wajah yang persis dengan Julie-nya namun memiliki kehidupan yang berbeda. Yang jauh lebih menyakitkan. Ryan benar-benar merasa bahwa yang sekarang tersakiti itu adalah Julie-nya dan ia benci kenyataan bahwa wajah cantik seperti itu hanya digunakan untuk muram.

Seadainya perempuan yang di depannya ini benarlah Julie, ia pastikan ia sudah berkelahi di tengah-tengah kafe bersama Louis saat ini juga. Dan ia benar-benar ingin melakukannya namun ia tahan, ia tak mau menambah beban perempuan itu dengan keributan yang ia buat. Bagaimanapun ia orang asing walau bagi Ryan ia sudah cukup akrab dengan Aluna.

"Kau mau mencari tempat yang lain?" tanya Ryan dengan nada yang mulai melembut setelah ia mulai berhasil mengontrol amarahnya.

Aluna melirik ke arah Louis dan Victoria yang sudah kembali dalam dunia mereka berdua membuat Aluna semakin meringis sedih. Ia pun memandang wajah Ryan dengan raut sendu sebelum mengangguk lemah. Ia harus pergi dari tempat itu untuk kebaikanna sendiri.

Sedetik setelah melihat Aluna mengangguk, Ryan pun langsung berdiri dari tempatnya dengan kasar kemudian menarik tangan Aluna untuk mengajaknya keluar secepat mungkin dari kafe terkutuk itu, sehingga suara kursi yang yang berdecit keras terdengar di seluruh ruangan kafe.

Sekali lagi perhatian Louis teralih pada sumber suara itu dan kali ini ia melihat orang yang dari tadi menganggu pendengarannya. Ia sedikit terbelalak saat melihat seorang pria yang pernah ia lihat seminggu yang lalu itu yang membuat suara berisik tersebut. Dan yang membuat rahangnya secara spontan mengeras adalah Aluna yang tampak pasrah dan menunduk ditarik oleh Pria itu. Bahkan tangan mereka saling memegang erat membuat gigi Louis mengeletuk keras karena rahangnya yang mengeras kuat.

Louis sebenarnya seharusnya tak merespon semarah itu tanpa sebab mengingat ia sudah kembali bersama Victoria setelah semua kesalahpahaman mereka selesai. Namun, melihat perempuan yang masih berstatuskan istri sahnya di sentuh oleh pria lain membuatnya mengepal. Ia tak suka apa yang menjadi miliknya disentuh seintens itu.

Louis yang terus melihat pintu kafe yang kembali tertutup itu pun tak menyadari bahwa ia sudah mengabaikan Victoria yang memanggilnya, sehingga mau tak mau Louis kembali memusatkan perhatiannya pada perempuan itu.

***

"Maaf, kau harus mengetahui dan melihat permasalahan rumah tanggaku yang kurang baik," kata Aluna dengan nada yang masih begitu lemah dan rapuh membuat Ryan ingin sekali memeluk tubuh yang terlihat sama itu.

Akhirnya Ryan memilih menghibur perempuan itu dibanding meluapkan amarahnya. Dengan senyuman turus yang begitu menghangatkan, Ryan mengangkat tangan kanannya dan menaruhnya di pucuk kepala Aluna dan mengusapnya dengan lembut. Masih persis seperti hal yang sering ia lakukan pada perempuan itu dulu, Julie.

"Tersenyumlah. Percayalah kebahagian untukmu suatu saat akan datang. Semakin keras dan menyakitkannya cobaan itu, semakin tak ternilai kebahagiaan yang akan kau dapatnya di akhir nanti," kata Ryan dengan sosoknya yang begitu dewasa. Ryan juga menggenggam kedua tangan Aluna dengan hangat untuk memberikannya rasa nyaman dan dilindungi.

Tanpa terduga Aluna memeluknya. Dan isakan pun mulai terdengar diiringin air yang terasa dingin di kain kaos bagian dada Ryan. "Aku lelah nangis tapi tangisanku tak mau berhenti, Ryan. Aku ingin tertawa atau setidaknya tersenyum tanpa beban. Bukannya tersenyum palsu seolah-olah aku baik-baik saja. Aku ingin kembali bahagia, Ryan. Apa aku terlalu rakus menginginkan itu?" kata perempuan itu dengan isakan memilukannya.

"Tidak, justru itu hakmu. Kau harus mendapatkannya kembali. Kau harus selalu bahagia." Ryan hanya bisa mengelus lembut surai halus itu dengan hangat untuk memberikannya semangat. Ia hanya bisa berharap ia bisa menghilangkan rasa sakit perempuan itu.

Julie-nya tak boleh bersedih!

To be continue...



Ga verder met lezen

Dit interesseert je vast

3.2M 24.8K 47
harap bijak dalam membaca, yang masih bocil harap menjauh. Kalau masih nekat baca dosa ditanggung sendiri. satu judul cerita Mimin usahakan paling b...
1.6M 99.6K 49
Highest rank #1 gosip (29/03/19) #2 perselingkuhan (5/4/19) Diandra merubah jalur hidupnya menjadi wanita jalang penggoda pria kaya demi mendapatka...
1.1M 93.6K 32
[CERITA MASIH LENGKAP SAMPAI END] Aku tidak percaya pada takdir. Takdir hanyalah omong kosong agar manusia takut membuat pilihannya sendiri. Ketika a...
1.1M 111K 33
Pertemuan dengan Marsha melalui kejadian yang tidak terduga mengubah hidup Vincent ke arah yang tidak terduga pula. Ketika cinta tumbuh di antara ked...