Ssstt Pacar Pura Pura

Від itsyooniverse

11.4K 612 42

Conan seorang most wanted di SMA Nasional setuju dengan usulan salah seorang sahabatnya untuk mencari pacar p... Більше

Chapter 1
Chapter 2
Chapter 3
Chapter 4
Chapter 5
Chapter 6
Chapter 7
Chapter 8
Chapter 10
Chapter 11
Chapter 12
Chapter 13
Chapter 14
Chapter 15
Chapter 16
Chapter 17
Chapter 18
Chapter 19
Chapter 20
Chapter 21
Chapter 22
Chapter 23
Chapter 24
Chapter 25
Chapter 26
Chapter 27
Chapter 28
Chapter 29
Chapter 30
Chapter 31
Chapter 32
Chapter 33

Chapter 9

446 30 2
Від itsyooniverse

Insiden maag kambuh kemarin membuat Gain tahu akan satu hal, Conan memang cowok baik dan perhatian. Apa ini alasan Arga memintanya untuk menjadi pacar pura-pura Conan? Karena cowok itu baik makanya Arga membiarkan? Atau hanya karena Conan itu sahabatnya? Gain tidak tahu. Arga tidak pernah membahas tentang itu.

Pagi ini Gain sudah menyiapkan sesuatu untuk Conan. Dia melakukannya hanya karena ingin berterimakasih.
"Dek, udah ditungguin Arga tuh," teriak Kak Jio dari luar. Gain yang tengah berada di dapur segera memasukkan sesuatu itu ke dalam tas dan berlari keluar.

"Ngaphaint?" Arga bertanya tidak jelas karena mulutnya penuh dengan makanan. Kak Jio geleng-geleng kepala melihatnya.

"Ck. Kalo makan ditelen dulu baru ngomong, jangan makan sambil ngomong. Keselek baru tau rasa," omel Gain.

"Lo nyumpahin gue keselek?" ujar Arga setelah dia menelan nasi gorengnya.

"Bukan nyumpahin, tapi ngingetin. Ck ganteng-ganteng bego, ya."

"Heh, nggak usah ngatain bego juga. Gue kan pinter."

"Iyain aja deh biar cepet." Gain mengalah. Kalau mereka terus berdebat seperti itu bisa-bisa telat ke sekolah.

"Kak, berangkat dulu, ya," pamit Gain pada Kak Jio yang kebetulan hari ini sedang libur kerja. Arga yang baru saja menuntaskan sarapannya segera minum air dan berpamitan pada Kak Jio. Tak lupa dia menyambar 2 lembar roti tawar di atas piring. Kak jio hanya tertawa melihatnya.

Arga berjalan di belakang Gain sambil memakan rotinya, sementara Gain sibuk mendumel karena sikap Arga yang tidak pernah berubah. Hampir dua tahun mereka kenal dan sifat Arga masih saja sama seperti pertama mengenal cowok itu. Yang berubah hanya fisiknya, bukan kelakuannya.

Gain duduk di halte dekat kompleksnya, menunggu kedatangan metromini atau mungkin angkutan umum yang bisa ia tumpangi untuk sampai ke sekolah. Biasanya dia naik sepeda bersama Arga, tapi hari ini ia akan naik kendaraan umum. Karena kelakuan Arga yang abnormal sepeda Gain jadi rusak.

Kemaren sore Arga balapan sama anak kompleks sebelah dan dia masuk got bersama sepedanya.
Kalo Arga balapannya sama anak-anak seumurannya sih Gain nggak masalah, tapi ini dia balapan sama anak SD, kelas 3 lagi dan dia nyusruk ke got. Kan malu-maluin. Masa anak kelas dua SMA kalah sama anak kelas 3 SD.

"Maaf ya, Gain. Besok gue bawa motor deh."

"Lo benerin dulu sepeda gue. Siapa suruh ngembat sepeda orang buat balapan, jadi apes kan lo. Lagian balapan sama anak SD, nggak malu sama seragam?"

"Elo ya, kalo udah ngomel kayak emak-emak."

"Kampret lo. Sebenernya elo itu bisa bawa kendaraan nggak sih? Lusa motor nyokap lo, lo pake nabrak tiang. Kemaren sepeda lo masuk bengkel terus sekarang sepeda gue yang lo rusakin. Pantesan aja nyokap lo nggak mau beliin mobil pas lo minta, orang elonya aja nggak bener."

"Terus aja ngungkit-ngungkit soal mobil." Bibir Arga manyun 5 cm. Dia akan mingkem jika Gain sudah membahas tentang mobil. Rencananya di ulangtahunnya yang ke-17, Arga pengen minta kado mobil pada kedua orangtuanya, tapi rencana tinggal rencana karena begitu Arga mengutarakan keinginannya sang mama langsung menolak. Alasannya sih sepele, karena Arga orangnya ceroboh. Dia juga suka ngerusakin barang.

Angkutan umum yang ditunggu Gain dan Arga pun datang. Mereka segera naik, tapi begitu di dalam angkot keduanya diam. Isinya anak SMA Gajah Mada semua.
"Lo Arga kan?" sapa seseorang yang duduk di depan Arga.

"Iya."

"Gue Chiko. Ketua OSIS SMA Gajah Mada," katanya seraya mengulurkan tangan. Arga tidak langsung menyambut, tapi malah ngeliatin tangan itu sama orangnya secara bergantian. Gain menyikut keras perut Arga hingga membuat cowok itu meringis.

"Gue Gain." Gain menyambut uluran tangan Chiko. "Nggak usah perduliin dia, dia emang agak miring," ucap Gain sambil menyilangkan jari di dahinya. Chiko pun tertawa kecil. Dan yang terjadi selanjutnya, Gain berkenalan dengan semua anak Gajah Mada yang ada di dalam angkot.

"SMA kita kan lumayan deket, gimana kalo kita kerjasama bantuin korban bencana alam? Gue sama anak-anak lagi ngumpulin dana buat bantu mereka. Yah, itung-itung ngejalin tali persahabatan gitu sama SMA Nasional."

"Boleh-boleh aja sih. Ntar gue rapatin sama anak-anak OSIS. Lagian ini kegiatan yang sangat bermanfaat buat orang lain dan membantu kita menjadi pribadi yang perduli dengan sesama. Gue minta kontak lo, nanti kalo udah ada kesepakatan gue kabarin." Arga menyodorkan HPnya pada Chiko, dia minta agar Chiko menyimpan nomornya di sana.

"Oke, gue tunggu kabar dari lo, ya."

"Eh, Bang, berhenti!" pekik Gain saat dia tahu gerbang sekolahnya sedikit terlewat. Si abang supir angkot ngerem mendadak sampe orang-orang yang ada di dalam otomatis bergeser ke depan.

"Ya ampun, Neng, jangan bilang berhenti mendadak dong, untung di belakang nggak ada kendaraan."

"Hehe maaf, Bang, terlalu serius nyimak diskusi tadi." Gain segera turun dan membayar. "Gue duluan ya," ucapnya pada anak-anak SMA Gajah Mada yang dijawab anggukan oleh mereka semua. Arga pun mengekor di belakang Gain.

"Eh, Mas, belum bayar." Gain yang baru ingin melangkah kembali berbalik dan menatap si Supir Angkot heran. "Itu masnya belum bayar, Mbak."

"Ya ampun, Arga."

"Gue pikir udah elo bayarin tadi."

"Pala lo. Sana cepetan bayar ongkosnya!" Gain geregetan sama Arga. Si Arga kayaknya otaknya kebalik gara-gara nyusruk kemaren.

Gain langsung pergi meninggalkan Arga yang sedang berurusan dengan si Supir Angkot. Dia melangkahkan kakinya lebar-lebar agar cepat sampai kelas.

"Pacar!"

"Siapa sih, pagi-pagi udah neriakin pacarnya, dikira yang punya pacar di sekolah ini cuma dia doang," gerutu Gain masih dengan melangkah cepat. Sepertinya dia mendadak sensi gara-gara kelakuan Arga tadi.

"Hey, Pacar!" Suara itu semakin keras. Gain geleng-geleng kepala heran karena orang itu masih saja memanggil dengan berteriak seperti itu.

"HEY, PACARNYA CONAN."

DEG

Sebentar, pacarnya conan? Tunggu dulu! Gain sepertinya tidak asing dengan suara itu. Cewek itu segera membalikkan badan dan didapatilah Conan sedang berlari ke arahnya.
"Apa gue harus manggil lo seperti itu supaya lo mau berhenti?" kata Conan sembari mengatur nafasnya.

"Bu-bukan gitu. Gu-gue... maaf." Akhirnya hanya itu yang keluar dari mulut Gain. Dia tidak tahu harus memberi alasan apa.

"Sudahlah. Yuk, jalan lagi!" Conan menarik tangan Gain pelan agar cewek itu mengikutinya berjalan. Mereka berjalan beriringan menuju kelas Gain. Seperti biasa Conan akan mengantarkan Gain ke kelasnya.

"Udah sampe. Gue langsung ke kelas, ya. Lain kali kalo gue panggil pacar langsung berhenti dan noleh. Biar kejadian kayak tadi nggak terulang lagi."

"Iya, tapi lo kan bisa manggil nama gue biar gue ngerti."

Jujur saja sebenarnya Gain tidak tahu jika Conan memanggilnya pacar, apalagi kalau dari belakang seperti tadi. Gain selalu merasa bukan dia yang dipanggil. Conan diam. Dia juga ingin menyerukan nama cewek itu, tapi sampai saat ini dia belum bisa melakukannya.

"Gue ke kelas," kata Conan tanpa berniat menjawab perkataan Gain yang barusan. Dia sudah berjalan lima langkah ketika Gain kembali memanggilnya. Cewek itu menghampiri Conan dan memberikan sesuatu.

"Apa ini?"

"Sandwich buatan gue sendiri. Anggap saja ini ucapan terimakasih gue karna kemaren lo udah nolongin gue."

"Oh, oke makasih." Conan menerima kotak makanan itu dan kembali melanjutkan langkahnya menuju kelasnya. Gain memandang Conan yang terus menjauh, dia tersenyum lalu kembali ke kelasnya.

***

Gain memasang muka manyunnya. Ia benar-benar lelah berdiri di pinggir jalan sambil membawa kardus seperti ini. Mana cuaca lagi panas-panasnya lagi.

"Muka lo yang bener dong, Mut. Kalo manyun kayak gitu mana ada orang yang mau nyumbang." Arga mengingatkan.

Ya. Saat ini mereka sedang berada di pinggir jalan meminta sumbangan untuk korban bencana alam. Arga dan para anggota OSIS lainnya sudah memutuskan untuk bekerja sama dengan anggota OSIS dari SMA Gajah Mada. Mereka sudah membagi tugas. SMA Nasional bertugas di jalanan dan SMA Gajah Mada datang ke rumah-rumah warga.

Sebenarnya Gain bukan anggota OSIS, tapi berhubung dia adalah sahabat Arga yang kadang suka membantu kegiatan OSIS, jadi dia juga ikut serta dalam hal ini.

Gain bukan tipe perempuan yang takut akan sinar matahari, hanya saja dia sudah merasa lelah berdiri terus layaknya patung pancoran. Bukannya apa-apa, dari tadi dia belum minum air jadi sekarang tenggorokannya terasa kering. Gain terus saja memasang muka manyunnya yang membuat dia terlihat sangat imut. Arga hanya tertawa kecil melihat tingkah sahabatnya itu.

"Iya deh, istirahat dulu yuk," ucap Arga pada akhirnya. Dia tidak tega membiarkan Gain kehausan seperti itu. Bibir Gain merekah lebar mendengarnya, dia lalu duduk dengan sembarangan hingga membuat seragamnya sedikit kotor.

"Ish, duduknya yang bener dong, Mut. Seragam lo kotor tuh, besok kan masih dipake."

"Bodo amat. Gue masih punya seragam satu lagi di rumah," jawabnya cuek. Dia lalu menenggak habis air mineral yang tadi diberikan Arga.

"Gimana, Ga?" tanya Conan yang baru saja datang. Dia melirik Gain sebentar lalu duduk di samping Arga.

"Gue sama Gain cuma dapet dikit. Lo sama Iman gimana?"

"Sama."

"Loh Iman mana?" Arga baru sadar kalau Conan datang seorang diri.

"Lagi beli minum. Buset dah itu anak nggak bisa diem, ngoceh mulu dari awal dateng sampe gue tinggal tadi aja dia masih ngoceh."

"Lo kayak baru kenal dia kemaren sore aja." Keduanya tertawa. Iman memang orangnya cerewet. Dia juga nggak bisa diem alias pecicilan. Udah gitu suka nggak jelas tingkahnya.

Arga dan Conan menghentikan tawanya karena tiba-tiba Gain nyempil di antara mereka berdua dan memaksa keduanya bergeser agar dia bisa duduk di antara Arga dan Conan.
"Lo kenapa sih?" tanya Conan heran karena Gain langsung memeluk lengan Arga dan menyembunyikan wajahnya di sana.

"Takut," jawab Gain sambil menunjuk sesuatu. Conan dan Arga kompak menoleh mengikuti arah jari telunjuk Gain.

Tawa Conan pecah begitu melihat badut yang sedang menyebrang menuju ke arah mereka. Jadi ternyata Gain takut dengan badut. Conan langsung mingkem begitu merasa bahunya ditabok dengan keras. Dia lalu melayangkan tatapan membunuh pada Gain, tapi cewek itu cuek saja. Dia masih sibuk bersembunyi di belakang Arga.

"Udah pergi kok, Mut."

Arga memberitahu. Gain melongokkan kepala memastikan kalau yang dikatakan Arga itu benar.

"Aduh. Rambut lo nih." Conan protes karena rambut panjang terurai milik Gain yang tertiup angin mengenai wajahnya. Gain menoleh, dia menghadap Conan, tapi menggeser duduk mendekat ke Arga.

"Tolong dong, Ga," pinta Gain. Tanpa bertanya Arga mengeluarkan sisir kecil dari sakunya dan menyisir rambut Gain yang sedikit kusut akibat tertiup angin. Dengan telaten Arga mengumpulkan rambut Gain dan mengikatnya ekor kuda dengan karet yang memang sudah ia siapkan.

Arga memang selalu membawa sisir kecil dan karet setiap pergi dengan Gain. Semua itu ia siapkan karena Gain tipikal orang yang susah mengikat rambut dan itu agak mengganggu jika angin sedang bertiup kencang. Arga tidak suka melihat rambut Gain kusut, itu membuatnya tidak imut lagi.

Conan melihatnya. Ada rasa penasaran di dalam dirinya, ia ingin sekali bertanya hubungan antara Gain dan Arga yang sebenarnya. Gain selalu menjawab sahabat jika orang-orang bertanya padanya, tapi kenyataan seperti mengatakan hal lain. Sikap mereka menandakan seolah-olah mereka itu sepasang kekasih bukannya sahabat. Lalu manakah yang benar? Sahabat atau pacar?

"Balik yuk!" Suara Gain membuyarkan lamunan Conan yang sempat ngelantur kemana-mana.

"Iman belom dateng kok udah ngajak balik?"

"Yeee, gue nggak ngajak elo kali, gue ngajak balik Arga kok." Gain menjulurkan lidahnya pada Conan hingga membuat cowok itu keki.

"Yaah, nggak bisa, Mut. Gue ada janji sama Iman mau nemenin dia beli sepatu baru."

"Ya udah, gue ikut."

"Iman bawa motor, masa mau bonceng tiga sih, ntar ditilang Polisi."

"Trus gue pulangnya gimana? Duit gue udah abis buat jajanin si Ifo tadi."

"Elo sih pake jajanin dia segala. Kan gue udah bilang jangan boros, malah jajanin Ifo."

"Eh, udah! Jangan berantem di sini dong." Conan segera menengahi sebelum perang dunia ketiga terjadi di depan matanya.

"Nggak mau tahu. Kalo lo nggak anterin gue pulang, gue bakal ngambek sama lo."

"Kok lo ngancem gitu sih, nggak asik ah, Mut."

"Bodo." Gain memalingkan wajahnya dari Arga menandakan kalau dia benar-benar ngambek.

"Gue aja yang anter pulang." Conan buka suara. Ternyata dia sudah tidak tahan mendengar perdebatan dua orang di sebelah kanannya itu.

"Ayo deh."

Final.

Gain sudah memutuskan dan ini bencana untuk Arga karena setelah ini pasti Gain tidak akan bicara padanya.

"Eh...eh... gue nganter lo pulang dulu deh, Iman biar nunggu di sini." Arga mencoba membujuk Gain yang sudah terlanjur ngambek.

"Nggak mau. Gue mau pulang sama pacar gue," kata Gain ketus sambil menggamit tangan Conan.

Conan agak terkejut dengan perubahan sikap Gain. Dia menurut saja saat cewek itu menariknya.

"Motor lo mana?" Conan menunjuk sesuatu menggunakan dagunya.

Gain menoleh ke arah yang ditunjuk dagu Conan. Melihat sebuah motor ninja warna merah yang terparkir tidak jauh dari tempatnya berdiri mood Gain yang tadinya buruk jadi bagus seketika. "Ayo cepet naik!" katanya girang. Conan jadi tertawa melihat tingkah Gain yang seperti anak kecil. "Ayo cepeeeet!"

"Iya-iya sabar. Lo tunggu di sana aja ntar gue ke sana." Gain menurut. Dia segera berlari menuju tempat yang ditunjuk Conan. Cowok itu hanya geleng-geleng kepala melihat Gain yang begitu bersemangat.

Conan melajukan motornya mendekati Gain yang sedari tadi menatapnya dengan mata berbinar.
"Ojek, Neng?" canda Conan. Gain tertawa lalu melompat naik.

"Lo duduknya nyamping, ya?" Conan bertanya ketika merasa bebannya tidak seimbang.

"Iya, Gue kan pake rok jadi bisanya gini. Kenapa emang?"

"Ck. Rok lo kan pendek, motor ini tinggi ntar keenakan sama orang yang duduk di pinggir jalan dapat tontonan gratis." Gain memukul bahu Conan, dia kesal dengan apa yang baru saja diucapkan cowok itu.

Conan tampak berfikir. Dia melepas jaketnya dan menyerahkannya pada Gain. "Pake ini buat nutupin." Gain menurut. Dia mengikatkan lengan jaket ke pinggangnya, tidak terlalu membantu memang, tapi setidaknya jaket itu menutupi pahanya sampai sedikit di bawah lutut.
"Udah belom, Neng?"

"Udah. Jalan, Bang!"

"Si- eh." Conan tidak jadi melanjutkan kalimatnya karena Gain memeluk pinggangnya erat.

"Kenapa nggak jalan?" tanya Gain polos. Gain mengikuti arah mata Conan yang tertuju pada tangan kecilnya yang melingkar cantik di pinggang cowok itu.

"Maaf. Gue biasa begini kalo sama Arga." Dia lalu menarik tangannya, takut Conan tidak suka dengan perlakuannya barusan.

"Nggak apa-apa pegangan aja ntar lo jatuh lagi."

Conan menarik tangan Gain dan melingkarkan kembali kepinggangnya. Entahlah, dia merasa nyaman dengan posisi ini.

Conan tancap gas. Dia melajukan motornya dengan kecepatan sedang, dia tidak mau jaket yang menutupi Gain terbang tertiup angin.

Satu jam kemudian mereka sampai di depan rumah Gain.
"Mampir dulu yuk!"

"Nggak ah ini udah sore, nanti nyokap gue nyariin."

"Oh, gitu. Emm... jaket lo gue bawa dulu ya. Besok gue kasih pas di sekolah. Lo masih mau nungguin gue kayak biasanya kan?"

"Iya dong. Dimata orang lain status kita kan masih pacaran jadi gue masih akan nungguin elo seperti biasa. Ya udah, gue pamit."

"Hati-hati." Gain mengingatkan. Conan yang sudah menutup wajahnya dengan helm pun mengangkat kedua jempolnya.

Tanpa sadar Gain tersenyum dan melambaikan tangan mengantar kepergian Conan.

"Gue ngapain sih?"

Cewek itu tertawa pelan lalu berlari masuk.

***

TBC
[Ssst Pacar Pura-Pura]
06 Maret 2017
©Mindsweet

Продовжити читання

Вам також сподобається

ARSYAD DAYYAN {Segera Terbit} Від aLa

Підліткова література

2.6M 140K 62
"Walaupun وَاَخْبَرُوا بِاسْنَيْنِ اَوْبِاَكْثَرَ عَنْ وَاحِدِ Ulama' nahwu mempperbolehkan mubtada' satu mempunyai dua khobar bahkan lebih, Tapi aku...
Love Hate Від C I C I

Підліткова література

3.1M 219K 38
"Saya nggak suka disentuh, tapi kalau kamu orangnya, silahkan sentuh saya sepuasnya, Naraca." Roman. *** Roman dikenal sebagai sosok misterius, unto...
All to Well : Transmigration story Від hali

Підліткова література

250K 23.7K 30
[JANGAN LUPA FOLLOW] Bulan seorang gadis yang harus menerima kenyataan pedih tentang nasib hidupnya, namun semuanya berubah ketika sebuah musibah me...
Figuran Menjadi Tunangan Protagonis Від SecretNim

Підліткова література

1.6M 115K 47
Aneta Almeera. Seorang penulis novel terkenal yang harus kehilangan nyawanya karena tertembak oleh polisi yang salah sasaran. Bagaimana jika jiwanya...