Where Is My Romeo

astabeli द्वारा

375K 22.5K 1.7K

Selingan kisah Asmara seorang putra kebanggaan Marcuss 20+ अधिक

You Hold My Breath
INFO
Do I know you?
Almost
MARCUSS & NATASHA
Rumah Baru Untuk Leon
Goodbye Happiness
Is This Our Last?
Maaf..
Pregnant??
Undangan..?
Anellia..?
Merindu Sendiri
Luka
Boneka Kecil
Kenyataannya
MEMPERKENALKAN
Hello

Be Mine

22.9K 1.4K 160
astabeli द्वारा


Hey hoo...

Ini buat yang dari semalem nangihin Meo..

Maap yaa semalem tepar banget jadi baru lanjutin sekarang...

Selamat membaca.. Jangan lupa VOTE nya ^^

*

*

*

*

*

*

*

*

*

*

*

*

*

*

*

"Apaa?? Tapi kenapa kami diusir bu.. Saya kan tidak pernah terlambat membayar uang sewanya?" Lena yang sore itu sedang menggendong Leon terperanjat kaget saat ibu sang pemilik kontrakan memintanya meninggalkan rumah itu dalam waktu dua hari.

"Ibu tau Alena... Maafkan ibu, tapi rumah ini sudah ada yang mau membeli dengan harga yang sangat tinggi..." ucap ibu tua bernama Ratna itu merasa tidak enak. Ibu Ratna sudah mengenal Lena sejak Lena pindah ke daerah sini, waktu itu Lena sedang mengandung dan dia bingung mencari kontrakan yang murah, beruntung bi Inah mengetahui ada sebuah kontrakan kecil yang mungkin pas dengan keuangan Lena saat itu. Dan sejak saat itulah Lena tinggal di rumah kecil ini, dan kenal baik dengan sang pemilik rumah yang kebetulan juga sangat menyayangi Alena seperti putrinya sendiri.

"Tapi bu... saya-"

"Aku minta maaf nak... Tapi aku membutuhkan uang ini untuk biaya cuci darah suamiku.. Aku harap kau mengerti dan memaafkan aku sayang...."

Lena menitikkan air matanya dan menunduk, bagaimana dia bisa menolak ? Biar bagaimanapun Ratna pasti sangat membutuhkan biaya besar untuk suaminya yang sedang sakit ginjal sejak setengah tahun yang lalu.

"Maafkan aku nak..."

"Tidak papa bu... Saya mengerti.. Tapi bisakah anda memberi saya waktu, setidaknya satu minggu? Saya sendiri bingung bu, akan tinggal dimana saya dan anak saya yang masih bayi ini??" ucap Lena memelas dan emmohon belas kasih. Mau tak mau Ratna yang tidak tega semakin terpukul mendengar ucapan Lena barusan. Sang pembeli rumah sudah membayar cash rumah itu dan meminta agar rumah itu segera dikosongkan dalam waktu paling lama dua hari.

"Maafkan ibu nak.. Tapi sang pemilik yang baru menginginkan rumah ini harus segera dikosongkan dalam waktu paling lama dua hari.."

Mendengar ucapan itu hati Lena dipenuhi kegundahan.

Ya Tuhan... Dua hari???

Bagaimana dengan anakku Leon? Dimana kami harus mencari tempat tinggal dengan harga murah dalam waktu dekat ini?

Lena menatap Ratna perih, dan wanita itu hanya menunduk lesu merasa tak enak pada Lena.

Tak lama kemudian Ratna berpamitan pulang meninggalkan Lena dengan segala pikiran kacaunya.

Diliriknya putra semata wayangnya yang tengan memainkan kain jarik yang Lena gunakan untuk menggendongnya, sesekali menggigit jarik dan memasukannya kedalam mulut kecilnya.

Ini kah yang kau sebut dengan memberikan kehidupan yang layak untuk putramu Lena??

Lena menitikkan air matanya, dia pernah berjanji memberikan kehidupan yang layak untuk putranya. Tapi keadaannya sekarang memaksa dia untuk mematahkan janjinya sendiri. Leon yang masih berada di gendongan Lena kini sudah mulai gerah dan tak sabar untuk bermain dengan mainan mainan barunya yang kemarin di belikan oleh Romeo. Berulang kali terdengar celotehan Leon yang bergantian memainkan mainannya dengan riang. Lena hanya bisa menatap Leon perih. Bahkan kebahagiaan Leon kali ini bukanlah dari jerih payahnya, melainkan pemberian dari orang lain. Lena menatap mirik pada boneka beruang kucel yangsudah dipenuhi jahitan yang biasanya Leon peluk sebelum tidur. Dia membandingkannya dengan mainan mainan yang sedang Leon pegang saat ini. Bahkan terlihat dari kasat mata saja, sangat menunjukan perbedaan harga dari kedua benda itu. Yang satunya murahan dan lainnya barang barang mahal dan berkelas.

"Bi... aku pergi dulu ya..."

"Lhoo.. mbak Lena mau kemana?" tanya Bi Inah saat hendak menyerahkan teh untuk Lena yang sudah rapi denga tas di pundaknya.

"Aku harus cari kontrakan baru bi.. Tadi bu Ratna datang dan mengatakan bahwa rumah ini sudah di beli. Mereka memberikanku waktu untuk meninggalkan rumah ini paling lama dua hari.." ucap Lena sedikit terburu buru.

"Tapi mbak..."

"Tolong bibi bantu kemasi barang barang Leon ya bi.. Tadi sebagian barangku sudah aku kemasi... tinggal barangnya Leon.." tanpa banyak cakap, Lena langsung berpamitan dan keluar dari rumahnya untuk mencari kontrakan baru.

*****

"Apaa?? Rumah dinas pak???" tanya Lena sambil membekap mulutnya tak percaya saat kepala bagian Devisinya memanggil Lena ke ruang kerjanya.

Pria paruh baya itu mengangguk sambil tersenyum.

"Ya rumah dinas untukmu Lena... Fasilitas dari kantor untukmu.."

Lena masih setengah tak percaya akan apa yang ia dengar barusan.

"Tapi...tapi.. bukankah fasilitas rumah dinas hanya untuk kepala bagian dan wakilnya pak?"

"Ya memang. Tapi perusahaan juga memberikan fasilitas untuk supervisor sepertimu. Karena kinerjamu yang baik, tidak pernah telat dan selalu menjalankan lemburmu.. Oleh karena itu, aku memasukan namamu kedalam penerima fasilitas perusahaan.. Selamat ya.."

Lena kembali menutup mulutnya dengan penuh riang gembira. Dia tampak salah tingkah saking senangnya.

"Dan kau bisa menempati rumah barumu hari ini Lena..." lanjut pria yang duduk di kursi kerjanya itu lagi.

"Hari ini pak??" Rupanya sulit bagi Lena untuk sekali saja mempercayai ucapan atasannya itu.

Pria itu hanya terkekeh melihat ekspresi Lena yang antara bahagia, kaget dan heran menjadi satu.

"Ya sore ini setelah pulang kantor. Aku bisa menyuruh kurir untuk mengangkat barang barangmu dari rumah lama ke rumah dinasmu. Oh ya.. dan kau tenang saja. Rumah dinas perusahaan sudah siap huni.."

Satu lagi ucapan atasan Lena yang sulit untuk di percayai. Lena masih terlihat kaget dan tak percaya juga bahagia.

"Siap huni pak??" tanyanya lagi seperti orang bodoh.

"Hahaha.. ya Lena... kau bisa menempatinya mulai hari ini..."

Lena mengangguk kaku dengan raut wajah seperti orang bodoh karena terlalu kaget sekaligus bahagia.

"Terima kasih pak... Terima kasih banyak....Sa...saya permisi pak... Sekali lagi terima kasih banyak.." ucap Lena dengan segala kebahagiaannya yang tulus dan tak dibuat buat.

"Ya sama sama Lena...Jangan lupa hari ini kau sudah bisa menempati rumah barumu ya.."

Lena mengangguk sopan dipenuhi kebahagiaan luar biasa,dengan gembira membelah lorong menuju ruang kerjanya dengan hati berbunga bunga. Tuhan sangat baik, batinnya dalam hati. Semalaman dia mencari kontrakan baru, namun tidak ada yang sesuai dengan keuangan Lena yang memang sedang surut karena menutupi hutang perusahaan dan koperasi saat ayahnya masih hidup dulu.

Disaat dia sangat membutuhkan tempat tinggal, kepala bagian devisinya justru memberitahukannya bahwa dia mendapatkan fasilitas rumah dinas dari perusahaan karena kinerjanya yang memang baik.

Astagaa.... Ya Tuhan... Aku bahagia sekali...

Soraknya dalam hati. Lena tidak sabar untuk pulang kerumah dan memberitahukannya pada bi Inah serta Leon. Yang Lena tahu, rumah dinas dari perusahaan sangat bagus danberada di perumahaan cukup bagus tak jauh dari kantornya.

Pasti Leon akan senang sekali, karena taman di rumah dinas sangat luas..

Sambil bersenandung riang, Lena memasuki ruangannya sambil mulai terfokuskan pada kerjaannya yang terlihat menumpuk, namun sama sekali tak ada raut lelah di wajahnya, dia justru terus tersenyum sepanjang melakukan pekerjaannya.

Di tempat lain Romeo termenung di ruangannya, pikirannya berkelana membayangkan Alena dan Leon bayi kecil yang ternyata adalah anak kandungnya. Matanya terpejam perih ketika sekali lagi bayangan rumah sederhana dan kumug yang di tempati Lena dan Leon hingga detik ini. Ini tidak bisa dibiarkan terlalu lama, Romeo tidak tega membiarkan putranya keturunan Marcuss hidup serba berkekurangan seperti itu. Tidak ada sejarahnya dalam keluarga Marcuss hidup serba seadanya, kehidupannya dan keempat adiknya selalu diatas rata rata kehidupan normal kebanyakan masyarakat. Dan kehidupan Lena dan Leon membuat hatinya terasa teriris. Apalagi disaat dia bersenang senang menikmati kekayaannya sementara Lena berjuang mati matian mencari kerja demi membiayai hidup putra semata wayangnya.

Dan Romeo sudah bertekad mengatur semuanya, dia harus mengubah kehidupan Lena dan Leon menjadi lebih baik.

"Kau sudah mengatur semuanya??"

Pria dihadapan Romeo itu mengangguk cepat.

"Sudah sir..." jawab pria berjas abu itu.

"Sudah kau pastikan dia tidak mengetahui aku yang memerintahkanmu kan??" tanya Romeo sekali lagi ingin meyakinkan. Dan pria dihadapannya lagi lagi mengangguk tegas.

"Sudah saya pastikan sir.. Semua saya susun sedemikan rupa berdasarkan fasilitas perusahaan. Bahkan Nona Alena terlihat sangat bersemangat walaupun sedikit bingung. Namun anda tenang saja sir, saya pastikan dia tidak akan mencurigai bahwa anda yang mengaturnya.."

Romeo tersenyum simpul membayangkan wajah ayu Alena.

"Bagus... Berikan juga fasilitas mobil beserta supir untuk dia.."

Pria itu lalu mengangguk paham sekaligus berpamitan dengan sopan untuk mengatur tambahan permintaan Romeo.

****

"Yaampun mbak rumahnya enak sekali yaa..." Bi Inah tampak terkagum kagum melihat sekeliling rumah dinas yang malam ini mereka tempati. Bahkan perabotan mulai dari meja makan, soffa, TV layar datar, bifet dan peralatan dapur sudah tersedia lengkap dan rapi di tempatnya.

Sementara Leon sudah meloncat dari gendongan Lena dan merangkak, berguling guling di karpet bludru indah berwarna coklat gelap di ruang TV. Lena tertawa kecil melihat tingkah anaknya yang terlihat sangat bahagia saat menempati rumah barunya, lampu gantung yang begitu indah juga menghiasi rumah mereka. Serta berbagai pajangan mahal semakin mempercantik rumahnya.

Lena meletakan berbagai macam belanjaan makanan yang tadi sempat ia beli kedalam kulkas di dekat dapur. Bahkan kulkas pun sudah terisi lengkap dan penuh dengan segala sayur, daging, ikan, ayam dan telur.

Namun Lena sama sekali tak memiliki pikiran heran ataupun curiga, yang ia tahu dari atasannya tadi semuanya sudah disediakan untuknya di rumah baru. Termasuk dengan isi kulkas yang lengkap ini,asumsinya.

"Mbak... Leon ngompol kayanya... Tadi nggak dipakaikan pempers.." ucapan Bi Inah membuat Lena meninggalkan aktivitasnya yang tadi sedang membenahi isi kulkas dna langsung menghampiri Leon.

"Aduh anak bunda ngompol ya.." ucap Lena sambil memegang pantat gembul Leon yang montok.

Bocah kecil tampan itu hanya bersorak riang sambil menepuk nepukkan tangan mungilnya serta tersenyum menapilkan giginya yang baru tumbuh satu di bagian bawah.

"Senang ya sayang sama rumah baru ya..." Sekali lagi Leon hanya berceloteh riang sambil memainkan rambut Lena yang tergerai sementara Lena sibuk membasuh pantat anaknya dan mengenakannya popok.

"Nah.. sekarang waktunya Leon bobo yaa... Sini susu sama bunda dulu..." Leon justru melompat dari pangkuan Lena yang sudah bersiap menyusuinya dan merangkak menunjukan pantatnya yang montok. Tangan kecilnya mulai membuka dos berisi mainan mainannya dan mulai berceloteh khas bayi sambil memainkan seluruh mainan mahalnya.

Lena hanya tersenyum melihat kebahagiaan putra semata wayangnya itu, matanya melihat mainan mainan yang sedang dimainkan oleh Leon. Ingatannya melayang membayangkan wajah tampan Romeo. Dan dalam diam, Lena tersenyum membayangkan wajah Romeo. Bagiamana Romeo kemarin begitu memanjakan Leon putranya, bagiamana Romeo menyentuh pinggangnya dengan lembut dan mendekatkan wajahnya pada wajah Lena.

"Jangan menatapku seperti itu.. Aku sudah lama tidak menyentuh wanita. Dan kau membuatku ingin menyentuhmu..."

Ucapan sensual Romeo saat itu tiba tiba membuat Lena tersipu malu. Wajahnya memerah seketika mengingat kembali ucapan Romeo kemarin.

Bagaimana bisa Romeo berkata sevulgar itu...? Dan kau Lena..? Bagaimana bisa kau tersipu malu mendapati godaannya??

Kalau boleh dia berkata jujur, Lena mengakui bahwa berada didekat Romeo membuat hatinya berdegub kencang. Bahkan sepulang jalan jalan bersama Romeo dan Leon membuat pikirannya sepanjang malam terjebak pada Romeo. Hanya Romeo.

Cepat cepat Lena mengenyahkan segala pemikiran kotornya tadi.

Yang benar saja Lena..! Dia boss mu dan sampai kapanpun tidak akan pernah ada cerita cinderela dalam hidupmu!

Lena berusaha meyakinkan hati dan pikirannya dan membuang jauh jauh objek cinta butanya pada Romeo.

*****

"Wooww.. Tatanan yang bagus..." puji Romeo saat melihat sekeliling rumah Lena. Rupanya dari tatanan awal, Lena sudah sedikit mengubahnya. Namun tetap terlihat bagus dan rapi. Sudah seminggu lebih Romeo menahan hasratnya untuk bertemu Leon dan Lena. Dia sengaja memberi jeda waktu agak lama, agar Lena mencurigainya bahwa semua ini adalah hasil kerja tangan dari Romeo.

Dan Lena merindukan Romeo. Diam diam dia tersenyum dalam hatinya saat Romeo tadi mengatakan ingin bertemu Leon, dan disinilah dia berada bersama pria yang telah mengusik benaknya selama seminggu belakangan ini.

"Leon sedang bermain di ruang TV, mari saya anatar Sir.." ucap Lena kaku. Lalu memilih berjalan terlebih dahulu.

Romeo lalu mengikuti Lena dan tersenyum saat melihat Leon yang kini sudah bersorak girang saat melihat Romeo datang.

"Hai tampan..."ucap Romeo langsung mengangkat tubuh Leon yang merangkak menujunya.

"Silahkan duduk sir, saya akan siapkan teh.." ucap Lena formal dan Romeo tidak menyukai itu. Dia tidak suka saat mendengar Lena memanggilnya dengan sebutan "Sir" terdengar aneh dan tidak akrab.

"Bisakah kau tidak memanggilku sir?" tanya Romeo sedikit kesal, Lena yang hendak melangkah menuju dapur jadi terhenti mendengar ucapan Romeo tadi.

"Lalu saya harus panggil anda apa?"

"Panggil Romeo saja..."

"Tapi anda atasan saya sir..?"

"Ini kan diluar kantor.. Jadi jangan terlalu formal.." perintah Romeo sambil memainkan tangan mungil Leon yang sedang bermain di dasi yang sudah ia longgarkan.

"Ba..baik sir... Eee.. maksud saya... Iya Rom...meo.." ucap Lena sedikit kagok.

"Sounds good.." Romeo lalu kembali fokus pada Leon yang kini sudah menggingit gigit kepala dasi Romeo meninggalkan bercak liur disana. Bukannya merasa risih dan jijik Romeo justru terkekeh dan membiarkan bayi itu terus melakukannya sampai liurnya membasahi hambil sebagian atas kemeja kantor Romeo.

"Astagaa, sayang... Jangan seperti itu nak... Bajunya uncle jadi basah.."

Ucap Lena mencoba menjauhkan kepala Leon yang masih betah menggigit kemeja Romeo.

"Biarkan saja Lena... Aku tidak masalah..." Romeo menahan pergelangan tangan Lena dan menggenggamnya.

"Tapi baju kamu jadi basah terkena liurnya.."

Romeo hanya menggeleng lalu mengedipkan matanya "Tidak masalah.."

Lena menjadi salah tingkah melihat gelagat Romeo. Lalu tatapan matanya turun melihta tangannya yang masih digenggam oleh Romeo.

"Ee... tanganku.." ucapnya malu malu.

"Oh maaf... Habisnya nyaman sekali...Aku sampai tidak sadar.." ujar Romeo yang sukses membuat Lena tersipu malu dan merona kemerahan.

"Oh ya... Aku juga memesankan box bayi untuk Leon. Aku lihat di rumahmu yang dulu dia tidak memiliki box bayi??"

Lena kini barulah menatap Romeo intens. Kenapa Romeo begitu memperdulikan semua kebutuhan Leon? Ada apa sebenarnya ini?

"Tidak usah.. Leon biasa tidur seranjang denganku.."

"Tapi aku sudah terlanjur membelikannya dan sebentar lagi kurir akan datang kesini membawakan pesananku.."

Lena kini mulai mengerutkan keningnya. Benar kata Romeo tak berselang lama, beberapa orang kurir datang membawakan box bayi besar berwarna biru terang, lengkap dengan bantal serta guling dan beberapa hiasan box lainnya.

"Sebenarnya apa maumu? Kenapa kau terlalu memperdulikan kebutuhan putraku? Katakan apa maumu sebenarnya?" Lena yang sudah tidak tahan dengan segala pemberian Romeo kini akhirnya menyuarakan isi pikirannya.

"Mauku??? Mauku adalah.. Kau menjadi kekasihku..." ucap Romeo santai tanpa beban. Berbeda dengan Lena yang terkejut bukan main. Mulutnya tampak menganga tak percya. Romeo yang melihatnya merasa gemas, ingin sekali dia menerkam bibir mungil kemerahan itu dengan segala gairah yang dia punya. Namun dia menahan diri.

"Dan kau tahu..? Ini perintah.. Jadi kau harus mau!" ujar Romeo seperti biasa yang selalu mengintimidasi lawannya.

"Bagaimana kalau aku tidak mau??"

Romeo hanya mengangkat bahunya masa bodoh.

"Bukan masalah.. Aku akan tetap memberikan Leon barang barang kebutuhannya setiap hari. Ahh.. barang barangmu juga kalau perlu sampai rumah ini penuh.."

Lena awalnya khawatir dan cukup risih dengan barang barang mahal yang diberikan Romeo. Namun dia tidak bisa semudah itu menerima Romeo. Dia tidak mau terlalu jauh jatuh kedalam pesona Romeo Marcuss. Yang dia tahu, Romeo adalah seorang playboy sejati yang suka bergonta ganti pasangan. Bagaimana dia bisa tahan jika suatu saat nanti dia sudah terlalu mencintai Romeo dan pria itu bisa saja menghancurkan hatinya yang sudah terlanjur sayang.

"Aku tidak perduli..!" jawab Lena menantang.

"Oh ya dan aku juga akan mengantar jemputmu di kantor.." tambah Romeo yang sukses membuat Lena semakin was was.

"Kalau begitu lebih baik aku resign saja dari perusahaan!" Lena mencoba menantang lagi dan mendongakkan wajahnya berani.

Romeo justru mendekatkan wajahnya hingga hidung mereka bersentuhan. Lena yang kaget hanya mampu berkedip berulang kali bahkan untuk bergerak saja dia kesulitan. Pesona Romeo Marcuss memang sudah benar benar membiusnya.

"Resign? Ahh kau lupa nona Alena yang manis. Kau memiliki hutang perusahaan yang belum kau lunasi.. Dan kalaupun aku meloloskan permintaanmu untuk keluar dari perusahaan kau harus mencari pekerjaan baru lagi. Dan yang aku tahu mencari pekerjaan saat ini sangat susah bukan?" Romeo yang tampan berusah menggoda Alena dengan menggesek gesekan hidungnya.

"Aku bisa mencari pekerjaan lainnya kok" Lena masih berusaha menantang.

"Ahhh.. Benarkkah?? Well bisa saja... Dan setelah kau resign, kau harus segera meninggalkan rumah ini.. Dan mencari rumah lainnya. Bagaimana nona Alena?? Terima tawaranku??"

Meninggalkan rumah ini? Astaga!!! Tidak mungkin.. Leon bahkan baru sebentar merasakan kenyamanan di rumah baru ini..

Lagi lagi demi Leon, Lena tidak bisa egois dan mengenyampingkan kebahagiaan Leon.

"Bagaimana Lena? Mau menjadi kekasihku?" Romeo semakin menggoda hidung Lena dengan mengecupnya sambil lalu.

"Baiklah.. Tapi dengan satu syarat...!"

Romeo yang awalnya tersenyum puas kini mengerutkan alisnya.

"Apa?"

Lena berusaha menjauhkan tubuhnya dari Romeo namun tangan Romeo masih menahannya membuat niatan Lena batal karena tangan Romeo yang mengunci pinggangnya.

"Aku tidak ingin ada satu orangpun di perusahaan tahu tentang hubungan kita.."

Romeo pada akhirnya melepaskan pelukannya dari tubuh Lena. Membuat Lena sedikit kecewa.

"Baiklah.."

"Dan satu lagi... Aku tidak ingin kau terlalu banyak membelikan anakku mainan dan barang barang lagi." Tambah Lena yang sukses membuat Romeo geram dan kehabisan kesabaran.

"Cukup! Kali ini giliranku..!"

Lena menatap Romeo takut, dia merasa sedikit kurang ajar tadi karena terlalu banyak menuntut Romeo yang adalah bossnya di kantor.

"Kemari dan cium aku!"

Lena yang terkejut semakin dibuat terkejut saat Romeo menarik pinggangnya dan mulai mengecup bibir Lena. Awalnya hanya sebuah kecupan, lalu berubah menjadi lumatan. Lena sangat tak berpengalaman dalam berciuman rupanya. Dia bahkan kaku membalas ciuman Romeo, bibirnya hanya diam mengikuti pergerakan bibir Romeo yang ahli mencecap setiap sudut bibir bahkan rongga mulut Lena.

Leon yang duduk di karpet bludru itu sedang menggigit tangannya di mulut mungilnya dan hanya mampu mendongak melihat kedua insan manusia yang berciuman di atasnya itu.

Lena terbuai dan hampir larut dalam airah saat tiba tiba mendengar kekehan Romeo yang ternyata sudah melepaskan pagutan bibirnya.

"Menikmatinya sayang??"

Lena yang malu langsung mendorong tubuh Romeo. Bukannya marah Romeo justru tertawa lepas mendapati tatapan malu dan wajah merona Lena. Sungguh menyenangkan sekali melihat Alena yang malu malu seperti ini , batin Romeo.

"Besok aku ingin mengenalkanmu pada kedua orang tuaku..! Sepulang kantor, kau harus langsung bersiap. Ajak juga Leon bersamamu.."

"Apaaa?? Bertemu Mr. Ali maksudmu??" Romeo mengangguk.

"Ya.. memangnya kenapa?"

"Ak..aku...aku tidak bisa..." jawab Lena takut.

"Kenapa?" tanya Romeo tidak suka.

"Kau berjanji kan, tidak akan ada orang orang kantor yang mengetahui hubungan ini.." Lena berusaha mengingatkan Romeo akan janjinya tadi.

"Ya.. tapi bukan berarti ayahku juga! Biar bagaimanapun dia harus tahu bahwa kau adalah kekasihku" ujar Romeo kali ini dengan tegas.

"Tapi...ak..aku..-"

"Cukup Lena...! Kau pikir dengan kita menyembunyikan status hubungan kita dari orang orang kantor akan selamanya? Apa kau pikir aku hanya bermain main saja dengan ucapanku yang menginginkanmu menjadi kekasihku?"

Lena menatap Romeo tak percaya. Jujur, awalnya dia hanya berpikir Romeo hanya menginginkannya sementara waktu atau hanya ingin bermain main saja dengannya. Mengingat begitu banyak wanita wanita cantik yang di kencani Romeo. Pikir Lena, tidak mungkin Romeo serius menjalani hubungannya dengan Lena.

"Kalau kau berpikir seperti itu, kau salah besar! Karena aku menginginkanmu tidak hanya sebatas kekasih yang ku ajak berkencan saja.. Jadi lupakan syarat bodohmu tadi! Besok malam jam tujuh tepat aku akan menjemputmu!"

*****

"Benarkah sayang??? Ahhh mama bahagia sekali..." Prilly yang mendengar ucapan Romeo bersorak penuh kegembiraan saat Romeo mengatakan akan mengajak Alena makan malam bersama keluarganya.

"Iya ma... Besok aku mengundangnya makan malam disini.." ujar Romeo sambil merangkul sang mama.

"Alena itu yang kita ketemu di rumah sakit ya ma??" tanya Letty mengingat.

"Iya sayang.. Alena yang itu.." jawab Prilly sambil tersenyum.

"Wahhh.. Kakk ajak anaknya mbak Lena ya yang lucu ituu.. Pengen aku gendong nih..." sambung Letty bersemangat.

"Kakk Letty gendong aku ajaa..." sahut Ferla yang sudah bergelayut di pundak Letty.

"Heh.. kamu nihh udah masuk SMA juga.. Mana kuat kakak gendong kamu dasar gembil.." gerutu Letty yang mencubit pipi Ferla dengan gemas dan sedikit keras hingga menimbulkan bekas kemerahan di pipi chubynya.

"Aduhhh pipi aku merah kak Eli... di cubit diaa.." Ferla yang sangat dekat dengan Elissa akhiirnya mengadu kesakitan pada Elissa yang duduk sambil membca novel.

"Ihhh Letty kamu nih yang lembut dikit dong.. Kasihan adik bungsu kakak pipi gembilnya jadi merah.. cupp cupp nanti kakak gendong yaa.."

Prilly dan Romeo hanya tertawa melihat tingkah adik adiknya yang selalu berdebat saling mengadu.

"Kenapa harus Alena yang kau undang Romeo?" Suara berat dari arah belakang Romeo dan Prilly menganggetkan mereka.

"Oh ayah.... Ee... ya tadi aku bertemu dengan Lena dan tiba tiba saja berpikiran untuk mengajaknya makan malam bersama dengan kita.." ucap Romeo yang masih belum bisa berkata jujur.

"Kenapa hanya Lena saja? Pegawai kita kan banyak?" Romeo yang tahu arah pembicaraan Ali baru saja hendak membuka mulutnya kembali, namun Prilly sudah lebih dahulu menyahut

"Kau ini kenapa sih sayang.. Aku senang jika Alena datang kesini.. Aku jadi bisa bertemu dengan putra tampannya yang mirip dengan Romeo kecil kita.." awalnya Romeo kaget mendengar ucapan Prilly yang sudah melihat kemiripan diantaranya dan Leon namun dia berusaha menormalkan ekspresinya.

Ali yang awalnya tidak suka mendengar Romeo yang hendak mengajak Alena makan malam bersama, tak bisa berkata kata lagi jika sudah istrinya yang meminta. Namun tetap saja, hatinya merasa tidak suka akan kedatangan Alena dan anaknya itu di rumahnya. Ditambah lagi, Prilly yang sudah terlanjur jatuh cinta dengan putra dari Alena.

Ini tidak bisa dibiarkan. Lama lama Prilly bisa saja menjodohkan putra kebanggaanku dengan seorang wanita beranak satu itu karena bentuk ibanya! Aku tidak akan membiarkan itu terjadi. Tidak untuk anakku! Putra kesayanganku!

Tukas Ali dalam hati.



#########

EAAAAA...

Ayah jahat banget ayaahhh... hikss hiksss.. T.T

Gimana kelanjutannya yaaahh.. Apa yang ayah lakuin buat ngejauhin Alena dan Baby Meo... Ahhh ayah kan kacian Leon cucu ayahhh :((

पढ़ना जारी रखें

आपको ये भी पसंदे आएँगी

517K 19.6K 45
⚠️ WARNING!!! : YOUNGADULT, 18+ ‼️ hars word, smut . Tak ingin terlihat gamon setelah mantan kekasihnya berselingkuh hingga akhirnya berpacaran denga...
969K 145K 49
Awalnya Cherry tidak berniat demikian. Tapi akhirnya, dia melakukannya. Menjebak Darren Alfa Angkasa, yang semula hanya Cherry niat untuk menolong sa...
1.8M 88.9K 55
Rasa cinta terlalu berlebihan membuat Lia lupa bahwa cinta itu tidak pernah bisa dipaksakan. Rasanya ia terlalu banyak menghabiskan waktu dengan meng...
968K 95.4K 26
Karmina Adhikari, pegawai korporat yang tengah asyik membaca komik kesukaannya, harus mengalami kejadian tragis karena handphonenya dijambret dan ia...