Rain marriage

By Feeterdirk

593K 33.6K 1.7K

Karena jatuh cinta seorang diri itu rasanya sangat menyakitkan. - Raindita More

Prolog
Hello Kak Adlan
I'm not the only one
Mrs. Basyir
Another Room
Tell me a lie
No one can hurt you now
Holiday
Jakarta
Dr. Fadlan Basyir
Now you see me
I want to spend forever with you
Sunday
Rain
Stay
I know that I let you down
I will be right here ( waiting for you )
Dear Adlan
Sunday morning
I pretend I'm okay
A.M.
Brendya and him
Jealous
Let me love you
Bali, and goodbye!
I'm fadlan. And I know who I am
Promosi
Belanda
Love you too, Arsen
Welcome back, Rain
Welcome back, Rain (2)
Let her go
The second lightning with you, Dr. Fadlan
Bukan lanjutan!
One only

Why do you do this so easily?

15.7K 1K 15
By Feeterdirk

Mungkin part ini akan mengecewakan. Entahlah. Baca saja.
-----------------------------------------        " Woaw. Perfect sekali, muda, tampan, jenius. Dokter apa itu, Mom?" Tanya Rain sekilas melirik Ibu Neta dengan senyum tipisnya.

  "Dokter umum termuda di rumah sakit Amster. Dr. Fadlan Basyir." Jawab Ibu Neta yang membuat Rain mengerem mendadak. Dan mengerjapkan mata beberapa kali.

  "Kamu kenapa, sayang?" Tanya Ibu Neta dengan cemas. Rain menggeleng dengan lemah.

"Kita akan kesana? Bertemu dokter jenius itu?" Tanya Rain dengan tergagap. Ibu Neta tersenyum, lalu menganggukan kepalanya.

"Memangnya kenapa, Rain?" Tanya Ibu Neta masih dengan penasaran ketika melihat air muka Rain.

"Tidak, aku hanya... terkejut." Jawab Rain lalu mulai melajukan mobilnya lagi.
----------------------------------------
  "Dokter Fadlan ada?" Tanya Ibu Neta kepada suster yang menjadi asisten Adlan. Rain memegang erat tali sling bag nya. Suster yang dari name tag nya bernama Risa itu mengintip ke dalam ruangan Adlan.

  "Sepertinya ia tadi sedang keluar bu, tunggu saja. Ia mungkin sedang ke toilet, atau membeli makan siang di kantin. Karena tadi pasien sedang banyak-banyaknya dan Dokter belum sempat makan siang." Jelas Risa dengan ramah. Ibu Neta mengiyakan dan duduk di ruang tunggu dengan Rain.

  Setelah lima belas menit, Adlan datang dengan jas dokter yang menggantung di tangan kanannya. Lalu tangan kirinya membawa gelas kertas yang berisi kopi. Ia tak melihat ke arah Rain dan Ibu Neta, melainkan langsung masuk ke ruangannya setelah menyapa Risa terlebih dahulu.

  "Ibu bisa masuk sekarang," Ucap Risa menghampiri Ibu Neta dan Rain.

  "Oh iya. Terimakasih, Sus," Ucap Ibu Neta, lalu mereka masuk ke dalam ruangan Adlan. Tangan Rain mulai terasa dingin.

Apa yang harus ia lakukan saat bertemu Adlan? Menyapanya sebagai suami? Sebagai teman lama? Atau sebagai orang asing satu sama lain?

  "Siang, dok." Sapa Ibu Neta dengan senyum mengembang di bibirnya karena kagum melihat wajah tampan Adlan. Adlan membalas senyum Ibu Neta dengan ramah. Lalu pandangannya bertemu dengan Rain. Mereka berdua terdiam. Dengan berbagai fikiran yang berkecamuk.

  "Siang bu. Mari duduk." Jawab Adlan setelah mengalihkan pandangannya dari Rain. Mereka berdua berbincang-bincang dengan mengkonsultasi kan kesehatan Ibu Neta. Ibu Neta sempat di periksa sebentar, lalu Adlan dengan lugasnya menjelaskan penyakit yang di derita Ibu Neta dan hal apa yang harus dihindari agar penyakitnya tidak bertambah parah dan segera sembuh. Rain menatap Adlan dengan tegas. Sosoknya tampak keren ketika sedang menjalankan pekerjaannya. Meskipun Rain sama sekali tak melakukan interaksi dengan Adlan.

  "Itu pacar dokter?" Tanya Ibu Neta menunjuk salah satu figura kecil di meja belakang Adlan. Itu foto Adlan dan Brendya yang terlihat sedang menghadiri acara penting, Adlan memakai jas hitam dengan Brendya yang memakai gaun berwarna putih elegan, disitu Adlan sedang tersenyum lebar dengan Brendya yang duduk dan mengangkat satu tangannya dekat dagu. Meskipun foto itu berukuran kecil, Tapi masih dapat terlihat. Foto itu tak terlihat sengaja di pajang, tapi setiap orang yang duduk di tempat Rain berada pasti bisa melihatnya.

  "Itu.." Jawab Adlan menggantung sembari melihat figura kecil dibelakangnya.

  "Dia cantik. Cocok sama Dokter. Padahal tadinya saya mau mengenalkan dokter dengan anak saya," Lanjut Ibu Neta terkekeh, dan memotong ucapan Adlan yang belum sempat tersampaikan. Rain menelan ludahnya. Menggigit bibirnya dan menunduk. Harus beginikah setiap hari? Menekan rasa sakit di hatinya.

  "Suami dari Rain juga dokter kan? Namanya siapa Rain? Siapa tahu dokter Fadlan kenal," Tanya Ibu Neta dengan antusias, tanpa menyadari dua orang yang di ajak bicaranya sedang terdiam kaku.

  "I..iya. Suami ku buka prakteknya di Bandung. Jadi Dokter Fadlan pasti tidak akan mengenalnya," Jawab Rain dengan senyum datar.

  "Oh, pantas Mommy tidak pernah bertemu dengan suami kamu." Jawab Ibu Neta dengan tersenyum tipis. Rain mengangguk dan menatap wajah Adlan. Sedangkan pria itu menyesap hanya kopinya tanpa membalas tatapan Rain.

  "Yasudah kalau begitu terimakasih dok. Minggu depan saya akan datang lagi untuk check up." Ucap Ibu Neta sebelum meninggalkan ruangan Adlan.

Rain memakai sabuk pengamannya dan menghela nafas.

  "Kamu kok sejak tadi diam saja Rain?"  Tanya Ibu Neta dengan heran.

  "Aku tadi agak pusing saja, jadi nggak bisa banyak ngomong." Dusta Rain.

  "Kenapa tadi nggak sekalian di periksa dokter Fadlan?" Tanya Ibu Neta dengan nada menggoda. Rain menggeleng ringan dan tertawa.

"Mommy mau kemana sekarang?" Tanya Rain.

"Pulang saja, lagi pula kamu harus masak buat suami kamu kan?" Ujar Ibu Neta.

"Tidak. Dia bahkan tidak berniat makan masakanku." Jawab Rain dengan nada menyedihkan.

---------------------------------------
  Rain sudah menunggu Adlan hingga malam tiba, tapi seperti biasanya. Adlan bisa pulang kapanpun ia mau, jadi Rain setiap malam pekerjaannya hanya menunggu dan menunggu. Tapi kali ini, ia menunggu dengan jantung berdebar. Ada yang ingin ia bicarakan. Mungkin sedikit menyinggung permasalahan tadi siang.

Ceklek.

Pintu ruang tamu terbuka. Adlan datang dengan wajah sedikit kusut, dan melonggarkan dasinya.

"Hai, Rain." Sapanya singkat, baru saja Rain akan mengatakan sesuatu Adlan malah melenggang masuk ke dalam kamarnya. Akhirnya Rain mencoba menunggu lagi. Hingga tiga puluh menit kemudian Adlan keluar dari kamarnya. Lalu duduk di sofa dan menyalakan televisi.

"Kak, kita perlu bicara?" Ucap Rain kepada Adlan yang sedang khusyu menonton acara tv.

  "Katakan saja," Jawab Adlan melirik sekilas ke arah Rain, lalu menonton televisi lagi.

  "Bisa bicara di sana?" Tanya Rain menunjuk ke arah balkon. Adlan mengangguk dan mematikan televisinya, lalu berjalan ke balkon lebih dulu.

  "Ada apa?" Tanya Adlan melihat wajah Rain. Rain menghela nafasnya sebentar.

  "Bisakah.. Kakak tidak menaruh foto kalian di ruang kerja Kakak?" Ucap Rain dengan sedikit ragu.

"Kenapa?" Tanya Adlan dengan alis mengerut dan tatapan yang, tak ter prediksi.

"Maksudku, bagaimana kalau orang tua ku, Kak Keno, atau mungkin Ayah Kakak berkunjung kesana dan melihat foto itu?" Ujar Rain dengan cemas dan volume suara rendah. Adlan berfikir sejenak. Ia menunduk dan mengangguk.

  "Baiklah," Jawab Adlan akhirnya dengan senyum tipisnya. Rain mengangguk dengan perasaan sedikit senang.

"Kakak, mau makan?" Tanya Rain menatap wajah Adlan.

"Tidak. Tadi sebelum pulang semua staff rumah sakit makan malam bersama." Jawab Adlan ringan, lalu masuk ke dalam Apartemen terlebih dahulu. Tapi Rain lebih memilih duduk di kursi malas balkon, dengan meluruskan kakinya. Ia memejamkan matanya sebentar. Ia terus duduk disitu hingga beberapa menit kemudian.

"Enggak masuk ke dalam?" Tanya Adlan yang ternyata datang lagi dengan membawa dua buku tebal yang berhubungan dengan medis.

"Eh? Aku.. aku suka disini." Jawab Rain dengan senyum menerawangnya.

"Aku akan membaca buku disini."

"Haruskah aku pergi, Kak?" Tanya Rain hampir berdiri.

"Terserah, kalaupun duduk disini juga tak apa. Asal jangan berbicara apapun dan menganggu konsentrasiku." Jawab Adlan dengan menyunggingkan bibir nya sedikit. Rain sedikit senang mendengar jawaban Adlan. Adlan tak menyuruhnya pergi. Tapi juga tak menahan untuk tetap tinggal. Tak apa. Meskipun begitu, hal kecil seperti ini juga sangat membahagiakan bagi Rain.

Keheningan menemani keberadaan mereka berdua. Adlan membaca bukunya dengan serius. Rain sibuk menikmati setiap detik waktu yang berjalan untuk mengabadikan kebersamaan mereka.

--------------------------------------
Aku mah terserah adlan aja. Dia mah kadang nyakitin. Kadang Rain nya baperan. Eh kalian tuh vomment atuh. Jangan baca doang. Ga baik tau haha. Suka nyesek aja gitu.

Continue Reading

You'll Also Like

1.5M 137K 48
Kehidupan Dinar Tjakra Wirawan berubah, setelah Ayah dan kakak laki-lakinya meninggal. Impiannya yang ingin menjadi seorang News anchor harus kandas...
2.9M 303K 50
Bertunangan karena hutang nyawa. Athena terjerat perjanjian dengan keluarga pesohor sebab kesalahan sang Ibu. Han Jean Atmaja, lelaki minim ekspresi...
555K 21.3K 46
⚠️ WARNING!!! : YOUNGADULT, 18+ ‼️ hars word, smut . Tak ingin terlihat gamon setelah mantan kekasihnya berselingkuh hingga akhirnya berpacaran denga...
908K 85.3K 52
Ini adalah Kisah dari Kila. Kila Prastika yang ternyata memiliki seorang bapak kos yang kebelet kawin ... "Nikah sama saya, kosmu gratis seumur hidu...