Bonus Palsu

Von mounalizza

761K 51.9K 5.4K

"Ceria itu datang membawa keramaian dalam hidupku. Sifat positivnya membuat aura kelamku tergantikan dengan s... Mehr

Prolog
Bonus - 1
Bonus - 2
Bonus - 3
Bonus - 4
Bonus - 5
Bonus - 6
Bonus - 7
Bonus - 8
Bonus - 9
Bonus - 10
Bonus - 11
Bonus - 13
Bonus - 14
Bonus - 15
Bonus - 16
Bonus - 17
Bonus - 18
Bonus - 19
Epilog

Bonus - 12

28.1K 2.1K 292
Von mounalizza

Warning 18+ dimohon kebijakannya.

______

Muna ( ื▿ ืʃƪ)

Hai semua pemirsah kangen kah kalian dengan sudut pandang versi aku? Ini butuh perjuangan loh meyakinkan author untuk pakai pov aku. Butuh persetujuan secara serius dan aneka perjanjian supaya yang baca kagak pusing dan berakibat meninggalkan cerita ini setengah jalan. Makjleb begimane ini...?

Masa kalian tega meninggalkan cerita ini nantinya?

No no no tidak akan aku biarkan hal itu terjadi. Eh tapi ngomong-ngomong  itu jargon siapa yah? Bisa-bisa aku nanti diprotes pake jargon itu. Baiklah tinggalkan.

Makanya kalian para pembaca budiman bertahanlah dengan diriku. Aku janji akan berubah. Rezky aja kesemsem sama aku masa kalian kagak. Jiaaah Muna siapa sampeyan?

Oke lanjut yah sama kisah hidupku. Kepo tuh sama kisah asmaraku.

Udah pada tau kan kalo pacar aku siapa? Hihihi malu sendiri ternyata aku bisa kembali pacaran. Tapi pacaran kali ini berbeda. Aku benar-benar memakai hatiku untuk menanggapi Rezky. Yah nggak kelihatan banget sih tapi sumpah deh aku berusaha. Sangat berbeda saat aku berpacaran dengan mantan-mantanku sebelumnya. Kali ini aku ingin berubah. Aku mau menjadi yang terbaik di mata Rezky.

Seperti saat ini kami berada di RezkyBar cabang Surabaya. Tau sendirikan kami sedang berada di Surabaya. Rezky sungguh baik mengajak aku berkunjung ke rumah mama. Dia seakan tahu aku merindukan belaian mama. Beberapa bulan ini hidupku memang sedikit terbebani. Dimulai dari kebakaran rumah, hutang sana sini, sampai pada akhirnya aku berniat menjual mahkota berhargaku. Aku mengakui semenjak kehadiran Rezky bebanku terasa berangsur ringan bahkan satu persatu dia selesaikan.

"Kenapa senyum terus sih?" Rezky membuatku menegang di tempat kuberpijak. Dia memeluk dari belakang. Keadaan bar sedikit ramai di malam hari. Kami ada di atas tepatnya ruangan pribadi milik Rezky. Dari atas sini aku bisa melihat secara keseluruhan situasi di bawah. Di ruangan ini juga ada kamar khusus untuk Rezky beristirahat. Tidak beda jauh sama RezkyBar Jakarta.

"Nggak aku hanya ingin turun ke bawah. Mungkin dance di sana bisa bikin pikiran kita senang." Rezky menumpukkan kepalanya di pundakku. Tangannya melingkar di pinggangku sangat posesif. Hangat dan seakan terlindungi. Ini yang aku rasakan jika berdekatan dengannya.

"Tidak bisa. Kalo mau dance di sini aja ama aku." kalian tahu aku mulai menyukai sikap posesif Rezky.

Duh si abang segitunye ama kite. Muna ini di Surabaya, jangan ber aksen ala ibu kota.

"Tapi Rez mana enak? Di mana letak kesenangannya kalo joget di sini nggak ada orang dan teman timpalan. Kalo di bawah kan aku bisa lihat pemandangan. Siapa tahu di tengah aku menghentakkan badan ada pria yang menatap terus kaya di tipi-tipi dia tertarik dan berkenalan. Terus..."

"Berisik.." aku tahu dia pasti akan memberhentikan ucapanku. Aku suka membuat dia menahan nafas dan wajah kesalnya membuat aku merasa rasa cemburu sudah ia rasakan.

"Dengar yah Muna jangan pernah memimpikam hal itu akan terjadi sekalipun itu hanya khayalan." ketusnya membuatku gemas.

Aku berbalik dan memeluk pinggangnya. Wajahnya memerah karena emosi dan tatapan tajam menusuk hatiku sungguh membuat aku menari-nari di dalam hati. Pria dihadapanku memang menyukaiku.

"Tapi aku belum pernah punya pengalaman seperti itu. Kan seru tuh kaya adegan tidak terduga, ketemu terus minum sampai akhirnya kita memadu ka..."

"Berisik Munaaaa.." Rezky juga semakin memeluk erat pinggangku. "Sekali lagi berkhayal yang aneh-aneh kupastikan besok.." dia diam sejenak. Alisnya naik satu seakan ancamannya sangat kutakuti.

"Apa? kenapa besok?" tantangku.

"Adik kamu kepalanya aku botakkin." seketika aku tertawa. Diapun sama tertawa dan menganggkat pinggangku berputar. Sungguh aku merasa terbang ke awan, seperti ini yah rasanya berpacaran jika memakai perasaan?

Nyaman, bahagia dan cerah.

"Muna kamu kenapa sih sekarang aku perhatiin jarang berkicau panjang lebar?" aku memang sedikit berubah karena aku sadar dari jalinan asmara sebelumnya. Masalah kicauan ku yang tidak penting membuat alasan kandasnya tiap berhubungan. Selain akunya juga tidak bergairah tapi kicauan tak penting bisa menjadi boomerang di kisah asmaraku yang sekarang.

"Aku malas berbicara. Lebih baik dipendam di hati dan sanubari." sekali lagi aku menarik tangannya ke arah dada. "Di sini." jawabku sok lugu.

Rezky menahan nafas, dapat kurasakan matanya berkobar api gairah, tangannya gemetar, giginya saling menggigit, gemerutuknya dapat kudengar dan kakinya mengesot jangan lupakan raungan kencang. Kenapa aku membayangkan kucing minta kawin yah?

Aku memang sengaja memberikan tes ini. Ternyata Rezky bisa menahan godaan. Terkutuklah kamu Muna mengerjai kekasihmu seperti sekarang.

"Sudah kubilang jangan bangunkan buaya Muna." dia menjitak kepalaku lalu melepas pelukan. Aku hampa, hilang arah dan terkulai lemas.

"Kenapa diam?" haruskah aku bilang jika aku mau ia memelukku terus? Menggeleng aja lah. Kaya disinetron, malu-malu kucing. Muna lebay amat idup lo.

"Mun aku mau ke bawah sebentar melihat keadaan. Sudah lama aku tidak mengontrol cabang di sini. Aku mau tempat ini bersih dari anggapan negatif." dia membuka pintu kamar miliknya.

"Istirahatlah di sini, kamu bisa menonton acara tv atau rebahan saja. Aku tidak lama, nanti kita makan malam yah. Sebenarnya kakakku mengundang kamu ke rumah. Ini dia baru saja sms tapi aku ragu kamu mau?" aku tertawa menatap kekasihku.

Jiaaahhh kekasih saudara-saudara.

"Kenapa ketawa?" Rezky menaikkan alisnya. Bingung kali liat aku cengar-cengir nggak jelas. Emangnya dia aja yang bisa pasang wajah senyum tanpa henti. Aku juga berhak dong.

"Kamu sadar nggak kalo sekarang kamu lebih banyak ngomong. Sementara aku sedikit berkurang intesitasnya?" dia menggarukkan kepala. Tampang konyol tapi tampannys memenuhi penglihatanku.

Dia kekasihku.

"Ini semua karena kamu Muna." jawabnya tulus. Benarkah dia tulus menyukaiku?

"Berdekatan dengan kamu membuat aura kamu menyambar ke diri aku."

"Tapi nanti kalo kamu dekat sama Nizar jangan bilang kamu akan mirip dia?" Rezky langsung menelan ludah dan berdecak kesal.

"Bisa nggak sih kamu nggak ngerusak fantasiku? Lagi seru-serunya juga. Terus sekarang penampakan adikmu yang mirip burung Cendrawasih melalang buana di otakku." gerutuannya lucu. Hari ini mungkin aku terlalu sering menggodanya. Aku mendekatinya dan mengecup kedua pipinya.

"Iya maaf, sekarang silahkan boss ke bawah dan kerja yang benar. Setelah itu kita kencan sesungguhnya." bisikku penuh godaan. Dia mengacak rambutku.

"Tungguyah di sini Muna-ku." aku mengangguk dan kesendirian kembali hadir. Bolehkah aku mengakui jika aku sudah merindukannya? Yailah Muna baru juga lima menit ditinggal, lebay amat.

Tapi aku jadi inget nasihat mama semalam.

"Rezky mengaku dia pacar kamu sama mama. Sepertinya dia pri baik-baik."  Mama mendekatiku yang sedang meracik pewarna rambut. Aku memang sedang berniat merombak warna rambut Nizar.

"Iya kak calon kakak ipar sepertinya pria baik-baik. Dari mata terawang bisa kurasakan ada keseriusan di matanya." Nizar yang berada di depanku menyambar omongan.

"Mama senang akhirnya ada pria yang mau serius sama kamu."

"Kami masih penjajakan ma, belum mau serius."

"Tapi dia bilang sama mama akan serius sama kamu. Berapa usianya?"

"Kalo tidak salah dua puluh tujuh."

"Keluarganya?"

"Tadi dia bilang di anak ke tiga dari tiga bersaudara. Kakaknya perempuan. Salah satunya tinggal di sini. Aku tidak tahu lagi ma. Eh seingetku papanya dokter."

"Kamu harus coba dekat dengan dia, pertama kenali kehidupan pribadinya. Siapa orang-orang terdekatnya."

"Untuk apa ma?"

"Haduh kakak ini bagaimana sih. Dia ajah mau kenalan sama kita. Itu artinya dia ada niat tulus dengan kakak. Nih denger yah dari semua mantan kakak, Kak Rezky paling berbeda. Dia mau menjabat tanganku. Itu artinya dia menghargai keberadaanku di muka bumi ini. Tidak seperti mantan kakak yang lain, meremehkan aku. Orang penting begini disepelein. Kelak suatu hari nanti mereka akan menyesal.

"Kesan mama saat pertama melihat dia adalah suka. Mama lihat ada ketulusan rasa sayang untuk kamu."

Benarkah yang mama bilang?

"Kak aku ke kamar mandi dulu yah, mendadak terjadi perhelatan akbar di perutku."

...Tuuut...

"Nizar kurang ajar. Bauu..."

"Maaf saudara-saudara ini breaking news dadakan. Hehehe."

"Dasar gila sikat jeding."

"Muna sayang dengar mama yah. Mama tahu kamu juga ada rasa sama Rezky. Jangan takut mama akan selalu ada bersama kamu. Dia bukan papa kamu sayang."

"Muna takut ma. Muna takut rasa yang mulai timbul membuat Muna mengalah untuk semuanya. Seperti mama. Muna nggak mau berkorban atas nama cinta jika diperlakukan seperti itu."

"Mama ini manusia bodoh yang menyikapi rasa cinta seperti itu. Sekarang mama sadar jika rasa itu salah, cinta tidak seperti yang mama tunjukan. Itu ketakutan bukan cinta."

Ketakutan? Jadi selama ini mama ketakutan sama pria brengsek itu? Bukan pengorbanan cinta yang membuat mama menerima perlakuan macam-macam dari dia?

Tapi Rezky berbeda dengan pria brengsek itu. Rezky bukan pemabuk, Rezky tidak pernah memukul. Rezky bukan pria kasar kepada anak dan istrinya. Tidak, dia pria baik. Bahkan dia menjaga mahkotaku berkali-kali. Dia menahan semua rasa itu. Demi aku.

Berbeda dengan pria brengsek itu. Berkali-kali aku melihat dia memperkosa mama di keadaan mabuknya. Bahkan dia hampir berbuat hal itu kepadaku. Anak kandungnya sendiri. Aku benci pengabdian cinta yang menjijikan seperti itu. Aku benci suatu hubungan. Jika nanti sifat berang-berang menjadi salah satu kejadian yang menimpaku.

Tapi Rezky berbeda. Dia menawarkan kelembutan dengan caranya sendiri. Sudahlah Muna jangan dipikirkan, syukuri apa yang ada hidup adalah anugerah. Kenapa aku jadi nyanyi?

Bicara soal bernyanyi aku rindu membagi suara merduku dengan khalayak ramai. Gimana kalo aku minta izin Rezky untuk bernyanyi di sini yah? Aku kangen bersenandung.

Dengan riang aku turun dari ruangan milik Rezky ke bawah. Suasana sedikit tenang dan alunan musik dari live band semakin membuat suasana romantis terasa. Dimana Rezky yah?

"Nanti aja lah pulangnya lagipula di luar hujan, terus nih yah yang punya bar ini lagi berkunjung. Boss Rezky si tampan itu kembali lagi. Aku rindu menghangatkan tubuhnya."

Seorang wanita sexy sedang berbicara dengan temannya yang juga tak kalah sexy dalam berpakaian. Mereka pengagum Rezky rupanya. Baiklah harus aku terima kenyataan Rezky itu terkenal nakal untuk urusan wanita. Tapi itu dulu. Hatiku percaya kalo dia memang sudah berubah. Tapi bisa nggak yah?

Masih kuingat ucapan Laura wanita yang memperkenalkanku dengan Rezky. Laura cukup kenal dengan Rezky.

"Laura kamu gila, kenapa waktu itu kamu nggak bilang kalo pria itu minta dihangatkan di ranjang. Aku kira saat itu tugasku sebagai pembantu sehari."

"Aku lupa Muna, sorry tapi gimana dia? Spektakuler kan? Dia pelanggan terbaikku Mun. Dia lembut tidak kasar dan sangat mengerti titik kepuasan wanita. Bonusnya juga banyak dari dia. Gimana rasanya? Mantan-mantan kamu pasti kalah sama dia."

"Boro-boro dia menolakku mentah-mentah. Ah malu-maluin deh. Kejadian sebulan yang lalu itu membuat aku malu. Mimpi buruk dalam hidup yang perih dan penuh derita ini."

Harus aku akui malam itu bukan mimpi buruk. Oke secara harga diri aku malu karena ditolak mentah-mentah sama dia. Itu seperti tamparan di wajah. Hanya karena aku seorang perawan. Padahal dia harusnya berbangga hati karena aku memberikan bonus spesial itu untuknya. Aku menyerahkannya cuma-cuma. Tapi semakin ke sini aku semakin sadar. Dia mau aku menghargai kesucianku. Dan aku sadar kesucianku sangat berharga dan sekarang aku mau memberikannya sama dia. Tekadku sudah bulat, jika dia serius aku akan berusaha menerimanya.

"Ayo kita cari boss Rezky. Masih ingat nggak yah dia sama aku? Dia pasti ada di wilayah bartender."

Mendengar info dari wanita ganjen itu seketika kakiku tergerak ingin menyeret Rezky dari mereka. Nggak akan aku biarkan kekasihku di grepe-grepe sama mereka. Ama aku aja masih senin kamis intensitasnya.

"Yah kita telat, aku lupa itu Davina memang selalu unggul menguasai Boss Rezky. Dia yang paling sering menemani Boss Rezky kalau ke sini."

Aku terpaku saat melihat seorang wanita sangat cantik dengan tubuh yang sangat sexy sedang meraba dada Rezky. Bibirnya mengecup bibir Rezky penuh sensual. Rezky hanya diam, tidak marah tidak juga menolak.

Apa-apaan ini..

Hatiku perih, tersayat melihatnya. Terlebih saat wanita itu menggigit bibir bawah Rezky. Aku nggak bisa melihat ini. Mungkin benar playboy tetaplah playboy. Mimpi kalau mereka bisa berubah.

"Boss.." kudengar salah satu anak buahnya yang sempat menyambut kami tadi memberikan kode mata kepada Rezky untuk melihat ke arah kanan. Yah kearah keberadaan diriku.

Iyaloh tertangkap basah kan sama pacar.

Dan saat Rezky menoleh ke arah yang ditunjuk aku memberikan senyum kepada kekasih playboy ku ini. Wajahnya sangat tak menduga karena keberadaanku. Dia mendorong wanita yang kalau tidak salah bernama Davina itu. Inikah yang namanya bercumbu kepergok oleh kekasih? Sakitnya menyayat hati yah? Ngilu banget di dada. Nyut-nyut banget. Pokoknya rasa ini sangat-sangat tidak enak. Aku benci rasa ini.

Rezky mendekatiku:

"Muna ini nggak..."

"Seperti yang aku bayangkan?" aku meneruskan pembelaannya. Ya kan biasanya kata-kata itu yang keluar kaya di sinetron tv. Aku memegang tangannya saat ia tepat di hadapanku.

"Aku sadar ko Rez. Kebutuhan kamu butuh dilampiaskan. Aku kan sudah menawarkan berkali-kali tapi kamu menolak." dia mencengkram tanganku lalu berbisik.

"Sudah kubilang jangan pernah merendahkan diri kamu dihadapanku."  ancaman yang kali ini membuatku muak.

"Lalu kamu boleh merendahkan wanita lain di depanku? Oh apa status kita tidak berlaku jika kamu berada di bar ini?" baru kali ini aku berkata ketus terhadapnya. Rezky diam menatap raut wajah yang belum pernah kupersembahkan kepadanya. Aku menatapnya penuh emosi.

Wajahku pasti memerah menahan tangis. Aku sadar aku cemburu. Tapi haruskah dia memancing kecemburuanku dengan bercumbu dengan wanita lain?

"Muna dengarkan aku dulu. Aku tidak mau dengan dia." wajah Rezky sangat dekat denganku. Kurasakan bau alkohol menerpa wajahku. Rezky baru meminum minuman alkohol rupanya.

Aroma ini mengingatkan aku dengan pria brengsek itu. Seketika aku sadar mungkin semua pria sama saja.

"Nggak bisa jawabkan? Aku nggak apa-apa Rez. Aku sadar diri, di ruangan ini begitu banyak wanita yang bersedia melemparkan tubuhnya sebagai selimut malam kamu. Pilihlah sesuai kebutuhanmu. Aku mau pulang, maaf kalau aku tidak mematuhi perintah kamu saat kamu suruh aku berdiam diri di atas. Tadinya aku mau meminta izin bernyanyi, tapi mungkin akan mengganggu aksi kamu sama semua wanita di sini. Selamat memilih wanita boss Rezky." aku berbalik dengan perasaan kesal. Biasanya pria akan menarik tangan kekasihnya tapi Rezky hanya diam dengan posisinya.

Saat aku keluar ternyata hujan menyambutku, sangat deras. Aku berjalan melewati hujan deras. Menangis? Tidak aku sudah lupa yang namanya tangisan. Yang pasti di dada ini nyeri banget. Aku merasa tak berdaya bagai butiran air yang jatuh ke tanah begitu saja.

Ibarat adegan film India Aasiqie 2 ini mirip waktu Aarohi pergi dari tempatnya Rahul. Ah menyebalkan aku nggak mau adegan kaya gini. Si Arohi sih enak dikejar Rahul. Nah aku mengkerut bisa deh. Mana ujan, nggak ada ojeg, becek. Eh bisa panggil gojek sih.

"Rezky nyebelin.." teriakku tanpa sadar di jalanan. Ada beberapa orang yang melihatku. Basah-basahan kagak jelas.

"Si Mbak ngapain toh ujan-ujanan. Iku ada trotoar sama tempat berteduh." bapak tua yang sedang berteduh menatapku sambil tertawa. Baru kusadari sepanjang jalan dari RezkyBar sampai halte itu ada kanopinya. Terus daritadi ngapain aku berjalan lemah di tengah jalan? Kebangetan menghayati peran kamu Munaaaa...

Aku masih diam berdiri ditemani guyuran hujan. Tinggal tunggu petir menyambar angus deh nih badan.

"Ayo balik." suara yang sudah sangat kukenal. Rahul-ku menjemput. Selametan deh abis ini. Tapi Muna ingat kamukan lagi kecewa sama dia. Ingat dia baru aja bercumbu sama wanita lain. Walaupun tadi memang yang aktif blingsatan tuh cewek tapi tetep aja tidak mudah menerima pemandangan itu.

Tepis tangannya Muna!

"Nggak usah Rez. Aku mau pulang aja." jelasku singkat. Oh mungkin sekarang saatnya adegan Rezky membuka jacket-nya dan kita berbagi bersama. Sebagai alat pengganti payung untuk berteduh. Eh tapi Rezky cuma pake kemeja. Jangankan bawa jacket, payung aja kagak bawa. Dia juga sama ujan-ujanan. Yah kagak ada adegan berbagi pelindung dong.

Lagian kenapa kita berdua main ujan-ujanan yah? Jelas-jelas orang pada minggir jalan di atas kanopi trotoar untuk berteduh.

Sehati amat kita begonya. Apakah ini yang namanya dunia milik berdua yang lain juga numpang sih. Serem juga kali di dunia nggak ada kehidupan. Terserahlah, yang jelas aku kecewa.

"Ayo ikut aku. Kamu salah faham. Wanita itu namanya Davina. Dia memang salah satu wanita yang biasa menemaniku saat aku ke sini. Tapi itu dulu sebelum aku ketemu kamu. Sebelum hatiku udah diambil sama kamu secara keseluruhan." dia mendekatiku. Wajah kami cukup dekat satu sama lain.

"Tadi dia menantang aku, masih sanggupkah aku tahan godaannya. Kamu lihat kan aku bahkan tidak membalas semua rayuannya? Jangan salah faham Munaku sayang. Aku bisa gila kalo kamu seperti ini." Rezky menyatukan kening kami. Derasnya hujan tak menjadi masalah bagi kami. Walaupun kusadari napasku megap-megap sedikit. Susah loh bicara di tengah turunnnya hujan kencang.

Kuakui para artis sinetron atau film butuh kekuatan extra dan kondisi yang pas saat beradegan seperti ini. Bukan hal mudah beradegan seperti ini. Mulut dan hidung harus bisa mengatur nafas yang benar di tengah artikulasi yang jelas. Eh kenapa aku memikirkan adegan ini? Muna fokus sama pria di hadapanmu. Dia sedang menjelaskan masalah.

Baiklah aku mengakui kalo tadi Rezky tidak membalas rayuan wanita sexy itu.  Mungkin aku memang salah faham dan mengambil kesimpulan sepihak.

Maafin kagak yah?

"Ayo." dan tiba-tiba tubuhku sudah melayang. Rezky menggendongku dan aku yakin sesuai permintaan pemirsah pasti maunya aku mengalungkan kedua tangan di leher Rezky. Jiaah bisa juga aku beradegan kaya gini. Emangnya Aarohi aja yang bisa melakukan adegan seromantis ini.

Kami berjalan sambil terus bertatapan. Tak perduli semua mata memandang kami. Basah pada pakaian dan rasa dingin seolah tidak menjadikan halangan. "Muna maafkan aku yah." bisik Rezky dengan wajah bergetar. Kedinginan mungkin. Aku mengangguk lemah.

"Buka pintunya." perintah Rezky saat kami sudah sampai di atas, tepatnya di depan ruangan pribadi milik Rezky. Aku membukanya pelan, dia masih belum berniat menurunkan aku. Walaupun tetesan air membasahi lantai tapi Rezky tetap tidak memperdulikan.

"Rez.." jantungku berdegup kencang saat Rezky merebahkan tubuhku di ranjang miliknya. Kami sudah berada di tempat istirahat Rezky di ruangan khusus. Akankah ending malam ini sama seperti Aarohi dan Rahul. Ah masa aku harus menjulurkan tangan ke Rezky. Minta duluan gitu? Kemarin-kemarin aja ditolak. Tahan Muna.

"Muna.." panggilannya terdengar sexy. Aku gemetaran pemirsah. Dia duduk di sampingku. Merapikan helaian rambut yang menutupi sebagian wajahku. Dag dig dug udah jangan ditanya deh. Merinding disko ini. Aliran darah mengalir kaya laut pasang.

"Munaa sakiit..." kutatap wajah Rezky yang sedikit meringis. Tapi secepat kilat ia tahan. Rezky tersenyum dan menurunkan wajahnya agar bisa mendekat denganku. Dia mengecup dahiku pelan. Aku memejamkan mata menikmati sentuhan rasa bersalahnya. "Sekali lagi maafkan aku sssst.."

"Iya." cicitku malu-malu. Rezky diam menatapku. Aku menunggu ia mencium bibirku. Haduh lama amat mau terkam aku. Muna kenapa jadi kegatelan gini? Terbawa suasana yah begini jadinya.

"Muna.." panggilnya lagi. Kali ini ia kembali ke posisi duduk dan memegangi perutnya. "Haduh." desahnya pelan.

Rezky kenapa? Ko kagak jadi cium. Apa langsung ke ehem ehem?

"Nizar sialan." gerutunya pelan.

Nizar? Kenapa dia menyebut nama si tengil adikku itu. Ah merusak suasana aja. Sekarang sesi Arrohi Rahul yang lagi ujan-ujanan. Bukan penampakan burung Cendrawasih. Mau ke Papua apa?

Krrrkk..

Suara apaan tuh?

"Maaf aku mules nggak karuan." secepat kilat ia berlari ke kamar mandi yang ada di ruangan ini. Dan yang lebih mencengangkan Rezky meninggalkan bau tak sedap bersama denganku di sini .Ini racun gas alami darinya. Tidaaaak Rezky kamu merusak suasana. Mungkin dia belum setor untuk hari ini. Merusak suasana saja.

"Rez.. Kamu kenapa?" panggilku di balik pintu kamar mandi. Aku sedikit khawatir karena Rezky cukup lama di dalam sana.

"Muna tolong ambilkan aku baju ganti yah di lemari di dekat jendela. Ada kaos dan celana santai milikku." aku menuruti perintah Rezky. Terlebih suaranya lemah terdengar. Apa dia sakit? Wah jangan-jangan terjadi perhelatan akbar juga di perutnya. Jodoh amat dia sama Nizar.

"Ini." aku mengetuk pintu kamar mandi. Rezky membuka dan hanya menjulurkan tangannya lalu menutup pintu itu kembali. Aku menunggu Rezky cukup lama. Apa dia benar-benar mulas yah.

Cekrek.

Pintu terbuka, pemandangan Rezky yang berdiri lemah membuatku kasihan. Tak kuhiraukan lagi rasa dingin dan lembab yang menimpa diriku. Menatap wajahnya yang lemah seperti itu membuat tak perduli akan kondisiku.

"Rezky kamu sakit?" aku mendekatinya.

"Kamu ganti pakaian aku yang ada di lemari. Aku nggak mau kamu sakit." ucapnya lemah. Tangannya kembali memegang perut lalu secepat kilat masuk kembali ke kamar mandi.

"Munaa gantilah bajumu sekarang!" teriaknya dari dalam kamar mandi. Dalam kondisi lemah ia masih saja khawatir akan diriku.

"Iya Rez aku ganti." akupun langsung mencari baju yang layak untuk ku pakai. Pakaianku memang basah kuyup semua. Aku mengambil kemeja besar berwarna biru muda. Kemeja yang cukup untuk tubuh mungilku, mampu menutupi pahaku.

"Buka saja semua pakaianmu. Nanti kubelikan yang baru." teriaknya lagi. Rezky ini masih saja memperhatikan hal terkecil. Baiklah daripada aku juga sakit karena pakaian dalamku basah lebih baik ku buka semuanya. Haduh kenapa kostumku sungguh menggiurkan yah? Aku hanya memakai kemeja milik Rezky tanpa pakaian apapun selain ini.

Sanggupkah malam ini kami menahan hasrat?

"Muna kamu sudah berganti pakaian?" setelah merapikan pakaian kotor aku mendekati pintu kamar mandi. "Sudah Rezky."

Pintu kembali terbuka. Wajah Rezky terlihat pucat. Aku memapah dirinya, kurasakan dingin dikulit tangannya. "Kamu demam Rez."

"Aku nggak apa-apa hanya saja badanku terasa lemas."

"Kamu belum makan?" dia menggeleng lemah. Setelah merebahkan diri aku duduk di sampingnya. Memegang erat tangannya.

"Aku belum makan dari pagi."

"Berarti hanya sore tadi saat kamu makan bakso pedas?" dia mengangguk. Haduh ini gara-gara Nizar kalo begitu.

"Terus tadi kamu sempat minum. Aku mencium baunya." selidikku.

"Sedikit."

"Dasar Rahul. Sudah kubilang jangan banyak minum." aku hendak bergegas pergi tapi Rezky menahan tanganku.

"Mau kemana Muna?"

"Tunggu di sini aku akan suruh pelayanmu membeli obat dan bubur." jawabku sambil memberikan senyum manis untuknya. Seketika rasa kesalku memang hilang tergantikan dengan kekhawatiran.

"Haduh, permisi." sepertinya Rezky masih mengalami mulas. Dia langsung beranjak ke kamar mandi. Kasihan kekasihku.

"Muna pakai baju yang tertutup kalau ke bawah, kostummu sekarang itu memancing...!" perintahnya tegas dari kamar mandi. Aku tertawa, di saat lemah begini masih sempatnya dia cemburu karena pakaian yang aku kenakan. Apa tadi dia sempat terpesona dengan tampilanku yah?

Setelah memakai celana olahraga milik Rezky dan tak lupa sweater yang dirasa sangat sopan bahkan terlihat aneh akupun segera pergi ke bawah mencari pelayan. Tidak lama aku menunggu obat dan bubur yang dibeli di dekat RezkyBar aku kembali ke atas kulihat Rezky baru keluar dari kamar mandi.

"Masih mulasnya?" aku membantunya tidur di tempat tidur. "Sudah lebih baik."

"Ini makan bubur baru minum obatnya."

"Aku malas makan. Terasa mual." mungkin saatnya sekarang aku mengurusi Rezky.

"Aku suapi yah sedikit saja baru minum obat." rayuku pelan.

"Maafkan aku Muna." aku tanya apa malah jawab apa. Haduh Rezky ini. Dehidrasi membuat hilang konsentrasi.

"Iya sudah sekarang makan atau aku tidak akan memaafkan kamu." dia membuka mulutnya, aku menyuapi dengan tulus.

"Maaf merepotkan." Rezky memegang tanganku. Matanya memancarkan rasa bersalah.

"Tidak masalah. Nah sekarang minum obatnya. Apa masih sakit diperutmu."

"Bisa kuatasi.."

"Sekarang tidurlah aku akan menunggu kamu di sini." Rezky menggeleng dengan wajah khawatir.

"Muna sebaiknya kamu pulang. Biar aku suruh supir yang mengantarkan!"

Apa? Pergi begitu saja? Tidak, aku tidak mau menjadi kekasih tak tahu diri. Aku mau menjaga kamu Rez.

"Nggak mau aku mau menemani kamu di sini." pintaku manja. Dia menatap tampilan aku. Aneh kali pikirnya. Tinggal pegang senter dan topi lalu teriaklah vila vila. Aku mirip calo rumah singgah kalo begini.

"Kalau begitu kabari mama kamu." benar juga. Belum terlalu tengah malam sih tapi mama pasti khawatir. Aku berjalan ke arah ruangan kantor Rezky. Sambil menekan tombol di ponsel menanti jawaban dari mama.

"Halo ma aku tidak pulang yah malam ini. Rezky sakit ma, tapi mama tenang saja aku tidak akan berbuat macam-macam. Rezky sangat butuh bantuanku ma. Dia demam tinggi aku khawatir. Baiklah ma hati-hati di rumah."

Baiklah sekarang suster Muna akan merawat sang kekasih sekuat tenaga. Bunuh saja diriku jika tidak bisa merawat dengan benar. Bisa-bisa jadi suster ngesot nantinya.

Saat aku ke kamar ternyata Rezky baru keluar dari kamar mandi. "Mama kamu  mengizinkan?"

"Aku sudah izin sama mama. Dia titip salam semoga kamu cepat sembuh." aku menghampirinya memegang keningnya.

"Sekarang kamu tidur karena suster Muna akan menjaga kamu. Kutuklah aku jadi suster ngesot kalau tidak bisa menjaga kekasihnya sakit."

"Kamu sudah tidak marah lagi?" tanyanya pelan. Aku menggeleng dan menarik wajahnya. Kukecup pipi kirinya. "Tidak lagi."

"Ayo tidur Rez." aku menyelimuti tubuhnya yang masih terasa demam. Terlihat dari tubuhnya yang bergetar.

"Kamu tidur di sampingku Muna.." ajakan yang menggiurkan. Diterima nggak yah? Nanti kalo ada setan yang datang gimana? Wah ini namanya ngundang. Tapi bukankah kamu juga mau Muna?

"Jangan mikir yang aneh-aneh. Aku tidak sanggup dan tak berniat berbuat hal yang kamu pikirkan. Aku hanya butuh dipelukan kamu. Tubuhku sangat lemas Muna." haduh mau taro dimana muka Princess Muna? Tertangkap basah memikirkan hal mesum di tengah kondisi kekasih lemah tak berdaya. Malu mamaa.

"Ayo sini Muna-ku..!" aku mengangguk dan membuka sweater dan celana panjang yang memang membuatku tidak nyaman.

Pemirsah aku akan tidur satu ranjang dengan Rezky Abdi Negara. Akhirnya setelah penantian panjang.

"Peluk aku." haduh Rezky kenapa manja yah? Baiklah ini bonus karena hari ini dia sakit. Kami berpelukan dan saling menatap. Sebenarnya aku sedikit gugup tapi tatapan hangat Rezky mengunci pergerakanku.

"Apa yang kamu rasakan sekarang Rez?"

"Hangat dan nyaman." suara seraknya sangat sexy. "Kalau kamu? Apa yang kamu rasakan Muna?"

Perasaaanku?

"Pas saya lagi sendokin itu es ke mulut..Tuut itu ngilunya. Saya benar-benar langsung kehilangan moment kebersamaan sama sahabat saya. Dokter sarankan coba deh ibu pakai..." belum selesai aku bergurau mulutku sudah di sumpal bibir Rezky. Lumatan lembut sangat pelan dan penuh pengkhayatan. Dan saat Rezky melepaskan ada rasa tidak rela. Sebentar amat dia ciumnya.

"Kamu tuh aku lagi serius malah iklan." aku cekikikan nggak jelas. Menutupi rasa gugup sih sebenarnya. Rezky menggigit pipiku sambil memasang senyum. Walaupun matanya sedikit sayup lebih tepatnya pucat. Kasihan kekasihku.

"Apa mama kamu tahu aku sakit apa?"

"Aku hanya bilang kamu demam. Masa iya aku bilang kamu demam dan sakit diare. Malu-maluin aja bos RezkyBar sakitnya urusan w.c." godaku.

"Ini gara-gara adik kamu."

"Iya besok kita kasih pelajaran itu burung Cendrawasih. Sekarang tidurlah. Haduh pengalaman pertamaku tidur sama kamu. Aku kira ada adegan Aarohi sama Rahul yang ehem ehem. Eh taunya adegan mules dan pembuangan bau tak sedap yang disebabkan akumulasi gas di dalam perut. Tapi nggak apa-apa jika kita mau berhasil harus terima apa adanya kondisi pasangan. Baik suka dan duka. Mulas itu juga termasuk jenis duka berbahaya yang tidak boleh disepelekan. Inilah saatnya aku menemani kamu." aku mengecup keningnya dan sedikit mengecup bibirnya. Rezky tersenyum dan memelukku erat.

"Maafkan aku yah. Harusnya aku tidak diam saat Davina memancing." aku hanya mengangguk dipelukannya. Aku bahkan sudah melupakan adegan yang aku lihat tadi.

Semoga aku bisa mempercayai kekasihku ini. Bukan hal yang mudah menerima ini semua. Tapi aku harus yakin seperti Rezky yakin dengan hubungan kita.

"Muna i love you.."

TBC..
Senin, 01 Februari 2016
-mounalizza-

Mulmed Ost. Aasiqie 2
Tum hi ho.

Mana adegan 18+ nya? Warning sbg pengingat. Aku hanya berhati2 krn aga menjurus kesana.

Weiterlesen

Das wird dir gefallen

3.4M 112K 48
Ini hanyalah sepenggal kisah tentang Iris Jingga yang kembali dipertemukan dengan sahabat seumur hidupnya. Kisah yang kembali mengulik luka lama just...
223K 12.6K 50
Centana, perempuan 30th yg memiliki trauma pada pernikahan, tiba-tiba harus dihadapkan dengan sebuah insiden mengejutkan. Ia terbangun dan mendapati...
265K 27.4K 26
Secuil kisah ajaib bin menarik dari keluarga mapia Papi Rion Kenzo dan Mami Caine Chana beserta tuyul-tuyulnya. YES THIS STORY CONTAIN BXB!
769K 105K 67
Ketika kebahagiaan lepas dari genggaman. Kala yang tersisa hanyalah cacian dan cibiran. Saat akhirnya hadir sekelumit harapan. Apakah harus mempermas...