Bonus - 18

32K 2.3K 192
                                    

Maaf belum bisa balas coment. Tapi aku baca ko..😭😘 byk juga yg kangen sama Muna. Walaupun nggak mudah buat karakter aneh kaya dia.

Heheheh

•••

Rezky ('._.')

Dan di sinilah kami.

Aku dan Muna, menunggu Pak Chandra di ruang tunggu rumah sakit. Kondisi calon mertuaku itu sudah sangat parah. Bahkan sudah beberapa kali dia mengeluarkan darah dari mulutnya. Muna hanya menatapnya dari kejauhan.

Tapi mata Muna tidak bisa berbohong, aku tahu ia ingin melihat dengan jelas kondisi terakhir sang papa.

Ini suatu peningkatan walaupun Muna mau ikut aku ke rumah sakit. Aku sudah memberikan kabar kepada Tante Mira dan juga si adik tengil Nizar. Mereka langsung berangkat dengan pesawat penerbangan malam, anak buahku membantu menjemput di bandara.

"Apa dia bisa selamat?" tanya Muna sambil menggenggam tanganku. "Papamu akan lebih bahagia jika dia beristitahat di keabadian. Penyakitnya sudah sangat menjalar. Terlambat." ucapku memeluk Muna. Tubuh kekasihku bergetar hebat. Tangannya ia lingkarkan dipinggangku.

"Kamu kuat Muna." ucapku sambil mengecup keningnya. Lama kami nyaman dengan posisi ini. Saling berbagi kehangatan, menjelaskan jika Muna akan aman berada dalam dekapanku.

"Aku mau melihatnya, kamu mau?" dia menggeleng lemah.

"Kamu mengizinkan aku melihatnya?" izinku kepadanya. Muna mengangguk, aku akan melihat sebentar.

Dan saat aku ingin melangkah suara orang berlarian membuat kami menoleh.

"Munaaaa.."

"Mamaaaa..." teriak Muna berhambur ke arah Tante Mira. Nizar berada di sampingnya.

"Bagaiamana dia?" tanya Tante Mira melirikku. Aku hanya menggeleng lemah. Aku menepuk pundak Nizar, anak itu hanya diam. Tatapannya sama seperti Muna.

Luka lama jelas tercetak di wajah Nizar dan Muna. Berbeda dengan Tante Mira, sungguh wajahnya ikhlas bertanya.

"Saya mau melihat bisa?" aku mengangguk. "Kita harus ke dalam ruangan lain dulu, mungkin memakai baju steril."

"Tidak masalah. Nizar mau ikut?" tanya Tante Mira. Anak itu hanya menggeleng. Dia lebih memilih merengkuh Muna dalam pelukan.

"Ayo tante, kamu tunggu sini saja yah. Koper Tante di mana?" setelah berkata dengan Muna aku berjalan bersama Tante Mira.

"Koper tante dan Nizar masih di mobilkan?" dia mengangguk. "Nanti tante dan yang lain pulang saja beristirahat di apartement. Biar aku yang menjaga Om Chandra." Tante Mira memegang lenganku sambil berjalan.

"Tante bahagia Muna berjuang mendapatkan kamu kembali. Kamu pria yang mampu menyentuh hatinya. Dengan dia mau menunggu di sini saja sungguh suatu kemajuan pesat." aku tersenyum lega.

"Iya tante, aku juga berfikir begitu. Aku tahu Muna pasti akan memaafkan kejadian lalu. Aku mau saat kita menikah Muna benar-benar melupakan trauma masalalunya."

"Tante akan membantu kamu. Kamu tahu saat Muna meminjam uang untuk membayar hutang kamu, dari situ tante sadar dia mau tampil terbaik di mata kamu. Tanpa ada rasa beban. Dia bilang dia mau mengulang berkenalan dengan kamu secara normal."

Bonus Palsu Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang