Bonus - 5

33.4K 2.3K 243
                                    

Sorry for typo

Beberapa bulan kemudian.

Rezky (―˛―")

"Maaf hampir saja membuatmu menjadi pria sesaat."

Lagi-lagi aku terbangun dalam tidurku. Walaupun saat ini aku hanya memejamkan mata sejenak tetapi mimpi itu selalu terulang.

Seperti malam-malam sebelumnya mimpi akan bayangan gadis lebay itu selalu ikut hadir tanpa tahu waktu dan tempat. Mimpiku seakan tak kreatif. Hanya  tentang gadis itu dan selalu tentang gadis itu. Aneh.

Apa ini karma karena aku menolaknya?

Apa ini balasan karena aku suka bermain-main?

Arrggh.. Mengingatnya saja membuat aku pusing. Rasa bersalah akan kejadian beberapa bulan yang lalu seperti tak pernah pulih.

Aku membiarkan seorang gadis pergi dari apartement ku dikala hujan deras menjelang tengah malam. Ironis.

Itu bukan diriku. Itu kelakuan pria banci.

Apa kabarnya gadis itu yah? Apa dia masih seorang gadis? Kenapa aku jadi memikirkannya.

Sekarang ini aku sedang berada di ruang vip club-ku. Seperti biasanya aku memantau situasi club dari semua lini. Khusus ruangan ini memang tempatku memperhatikan dari berbagai camera cctv. Biasanya aku ditemani para wanita tetapi sudah beberapa bulan ini aku seperti paranoid dengan mereka.

Seperti malam ini aku hampir tertidur di sini. Tertidur sendiri tidak dengan penghangat yang spesial atau dengan bonus andalan. Tidak, aku sudah tidak melakukannya.

Bukan karena aku sudah tidak mampu tapi kata-kata gadis itu membuat aku berfikir. Bagaimana jika aku tertular penyakit. Bagaimana jika aku menularkan penyakit. Bagaimana dan bagaimana. Aku menjadi pemikir kelas kakap dengan segala pertimbangan.

Sungguh aku seperti hidup dalam dunia lebay dimana pemikiran menjadi drama dan penulis naskah di mana aku sendiri yang melakoninya.

Muna.. Apa yang dia lakukan kepadaku? Kepada isi otakku?

Beberapa waktu yang lalu aku bertemu dengan Laura. Wanita penyebab aku menjadi kenal sosok gadis bernama Muna.

"Rezky, Muna kasihan, kudengar dia cari uang ke sana kemari untuk hidupnya. Dia di Jakarta tinggal sendiri karena mama dan adiknya pindah ke Surabaya. Dia tetap bertahan karena masih terikat kontrak tapi kebakaran di pemukiman rumahnya membuat ia kesulitan dalam bertahan hidup. Dia sempat tinggal denganku."

Bayangkan bagaimana perasaanku saat Laura bercerita?

Niatku ingin memarahinya hilang seketika. Aku terus memikirkan gadis dengan kulit sangat indah itu berjuang hidup di kerasnya kehidupan ibukota. Oh bahkan aku hampir mirip dengan dirinya dalam berbicara.

Sialan gadis lebay itu, sungguh mulutnya bagai sihir yang berhasil membuat mantra ampuh melumpuhkan otakku. Aku terus memikirkan nasibnya.

Bonus Palsu Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang