The Sorcery : Little Magacal...

By PrythaLize

4.3M 300K 24.7K

[REPOST]--Wattpad Version Tersedia sampai part 31. Kalau kalian menemukan cerita ini menarik, go grab it fas... More

[REPOST]
PROLOG
The Mystery Of Disappear People *1
Where Am I? *2
Middle Class *3
Who's The Wings Maker? *4
Wings Maker and Changes Power *5
The Explaination *6
The Fog Forest *7
After The Fog Forest Action*8
The Double Trouble *9
Library Accident*10
The Hidden Book*11
Power Down (I)*12
Power Down(II)*13
Power Down (III) *14
Painful Reality*15
The Mess Secret*16
Fear *17
War Preparing (Beginning) *18
Insomnia *19
Egoist *20
Revertatur*21
Returned*22
Changed *23
Special *24
Cross *26
Herself *27
ICE *28
Out Of Blue*29
Unexpected Terror *30
Lost *31
Protected*32
One Of Those Pieces*33
Shaped Heart *34
Re-Life*35
BUSTED!*36
Ostioluman*37
Domesticus Secret*38
Mission (I)*39
Mission (II)*40
Mission (III)*41
BLAZE *42
Exigency*43
Oblivious *44
Wrong Step*45
Leader's Visit*46
He Knows *47
Awakening Anger*48
Being Accepted *49
Amare & Odione [Flashback]*50
Looking for A Past Viewer *51
When Two Different Elements, Forced To Be One*52
Heart of Ice *53
Last Mission *54
Last Mission : Failed*55
Failure or Success? *56
After War*57 [LAST]
EPILOG
HALLOWEEN : Trick or Treat
[Informasi & Fanart] ✔
[Polling Cover] ✔
[Exclusive Pre-Order] ✔
[Pre-Order|Finished] ✔
[Announcement]
Extra Part - Shinozaki Kayato
PRE-ORDER 2021!!!!!

Second Lie *25

57.1K 4.7K 146
By PrythaLize

REPOST SAMPAI CHAPTER 31! 

Maaf baru publish. Tadi masih bingung cara publish dari hp karena Wattpad versi baru wkkwkwkwkww

Happy reading~

The Sorcery: Little Magacal Piya

Aku berjalan didaerah clan magacal yang telah kami tinggalkan sejak dua tahun yang lalu. Dan sekarang kami bersembunyi di dalam pergunungan. Mereka berhasil membangun negri baru didalam tebing.

Tapi ini tidak seperti yang dulu kami buat, melainkan menyerupai gua. Sebenarnya aku heran pada adaptasi mereka. Mereka berhasil bersembunyi didalam hingga dua tahun dan sekarang hari ke tujuhku disini, dan aku lebih memilih diluar.

Kulangkahkan kakiku ke arah jalan yang belum kutelusuri semalam. Jalan-jalan tiap pagi menjadi kebiasaan spontan yang muncul dalam diriku. Ini karena aku ingin melihat jalan baru atau perkembangan lainnya.

Aku menghirup udara segar dan dinginnya udara pagi yang terus mengeritiki diriku. Untunglah Yako adalah pro. Jadi, aku mempunyai jubahku sendiri. Kutajamkan mataku saat samar-samar, terlihat bayangan seorang gadis yang membelakangiku sambil mengangkat tangannya.

Dan tanpa dugaan kedua, aku langsung menyadari bahwa itu adalah Ryoka. Kusadari itu saat aku melihat tanaman-tanaman tumbuh disaat bersamaan.

Aku terus menatapnya, sampai akhirnya aku berhenti disampingnya. Melihat ekspresi sedihnya saat menciptakan tanaman-tanaman indah yang menghiasi dunia sihir. Aku tidak kaget saat dia menghadap ke arahku tiba-tiba, karena aku sudah bersiap-mental.

"Hai, Yako."

Aku menganggukan kepalaku sekali dan kemudian menyapanya kembali, "Hai". Dia nampak senang saat melihatku membalas sapaannya.

"Namaku Ryoka" sahutnya dengan senyuman manis. Ya, mungkin ini pertama kalinya dia berbicara denganku sebagai Yako. "Um, Aku sudah lama ingin berbicara denganmu" ujarnya. Lalu dia menatapku dengan seksama.

"Oh, be-begitu ya" jawabku sambil gugup karena dia melihatku begitu lama.

Dia menaikan sebelah alisnya dan kemudian tersenyum, "kau benar-benar mirip dengannya."

Aku tersontak kaget. "Siapa maksudmu 'dia'?" tanyaku dengan nada tuntutan yang dalam. Sungguh bukan nada yang bersahabat untuk orang yang baru saja berkenalan. Menyadari itu, aku langsung terdiam. Suasana pun hening karena kelakuan bodohku.

"Piya,"

Jantungku serasa tidak ada ditempatnya. Bahkan, detakan yang begitu keraspun, tidak dapat kurasakan akibat shok yang memenuhi kepalaku saat ini.

"Kau mirip dengan Piya." lanjutnya yang membuatku menghela nafas diam-diam.

Dari tatapan Ryoka, aku dapat menangkap sedikit-banyak kekecewaan dan kesedihan yang nyaris menenggelamkannya. Walaupun dia mencoba menutupnya dengan tatapan membinar dan antusias, aku mengerti bahwa dia sedang memasang topengnya, agar tidak dikhawatirkan siapapun.

***

Aku memasuki daerah GH200-GH300, yang kata Invi, kebanyakan disana adalah teman lamaku. Walaupun dengan terheran-heran mengenai siapa temanku, aku tetap datang. Aku ingin tahu siapa teman yang dimaksud oleh Invi. Sedangkan diriku sama sekali tidak menyadari kehadiran teman itu sendiri.

Banyak yang menatapku dengan tatapan kagum, juga beberapa orang yang kerap memanggil namaku, membuatku tidak tau harus menjawab mereka dengan jawaban apa. Akhirnya aku hanya membalasnya dengan tatapan saja.

"Yako!" seru seorang gadis. Aku memperhatikan gadis itu dengan seksama, sebelum akhirnya kegelisahan muncul dari diriku.

"Kau, Yanda ya?" Yang aku ingat, Yanda kurang berhubungan baik dengan Yako. Meskipun terakhir kalinya kami terlihat berdamai layaknya teman, aku tidak tau harus membalas atau menanggapinya sebagaimana hal yang dipikirkannya.

Selain gelisah, aku juga menatap Yanda dengan tatapan kagum. Wajahnya sudah memperlihatkan perubahan yang cukup bisa dibandingkan, ketimbang dua tahun lalu. Bahkan, rambut Yanda yang sebahu itu pun memanjang, nyaris mengalahkan panjang rambut milik Invi.

"Ya, tadi aku baru saja berniat menjumpaimu" balasnya dengan nada yang bersahabat, membuatku akhirnya membalasnya dengan senyuman tipis. Kegelisahan itu menghilang, sampai akhirnya dia melontarkan pertanyaan. "Sebenarnya, dimana kamu pada saat perang itu?" tanya Yanda.

Aku langsung menoleh singkat kearahnya."Pertanyaannya sama dengan magacal lain" gumamku dengan nada kesal, membuatnya terkekeh pelan.

"Yah, kalau kau tak mau menjawab sekarang, tidak masalah." sahut Yanda dengan santai. Dia bahkan merangkul bahuku, seperti menyambutku layaknya teman lama. Lalu melanjutkan, "Mungkin saja kau mengubah dirimu menjadi orang lain dan menyerang BlackMix."

Jantungku kembali menggila saat dia menatapku dengan tatapan dalam dan menyelidik. Aku tidak tau, apa kegugupanku ini bisa merubah tatapan gelisahku menjadi tatapan datar atau tidak.

"Jangan menatapku begitu. Aku cuma bercanda tau!" serunya sambil tertawa keras, hingga membuat semua perhatian tertuju padanya. Aku pun buru-buru membungkam mulutnya dengan Changes Powerku.

Setelah dia terlihat tenang, barulah aku melepaskan kekuatanku. "Kau tau kan? Waktu itu aku juga tidak bisa pakai kekuatanku." sahutnya sambil meringis dan mengelus kepalanya. Diapun menarikku ke kamar GH256, dan langsung saja memulainya tanpa mempersilahkanku duduk.

"Kau lihat kejadian saat si Piya itu terbang ke Door Connection?" tanya Yako.

Aku melotot dan dalam hati berseru, 'mana mungkin aku melihatnya!'

Yanda tertawa saat melihat reaksiku. "Apa mungkin kau ikut mengungsi saat Invi meng-Transparantkan batu-batu itu?" tanya Yako.

Apa maksudnya?

Akhirnya, kuputuskan untuk menganggukan kepalaku agar dapat mengetahui maksudnya.

"Begini, saat batu-batu besar itu dilemparkan ke dalam lubang yang kau buat hari itu, banyak magacal yang tertimpa batu itu dan kemudian mati. Yah, lalu Invi membuatnya transparant agar tidak terkena orang-orang. Dia menyuruh kami semua kabur dan begitulah. Tapi, aku tidak ingin kabur. Jadi kuputuskan bertahan diarea sana. Gara-gara pengorbanannya Invi, kakinya lumpuh" jelasnya.

Aku tidak tau, Invi tidak menjelaskan kejadian ini padaku.

"La-lalu, apa yang terjadi disana?" tanyaku menahan nada gemetar yang mulai kurasakan begitu aku membuka mulut.

"Kau pasti nggak percaya apa yang kulihat saat itu! Pangeran Pro Class-"

"-Maksudmu Tazu?" potongku.

"Iya! Dia...., berdarah cukup banyak gara-gara ingin menyelamatkan dia."

Aku terdiam sejenak. Membayangkan kejadian itu diimajinasiku. rasanya sakit. Sangat sakit. Entah apa yang menyakitkan di dalam hatiku. Mendengar pengorbanannya itu, atau mendengar berita yang sakit tentangnya.

Mungkin ini penyebab kenapa aku tidak bertemu dengannya saat aku bangun hari itu. Lalu, dengan suara kecil, kuminta agar Yanda tetap melanjutkan omongannya.

"Lalu, apa yang terjadi dengan Rainna? Katanya, dia menghilang yah?" tanyaku sambil menunduk membayangkan ucapannya saat itu kepadaku. Dia tidak meminum air di Life River dan mungkin dia tidak akan hidup kembali.

"Rainna? dia dibanting oleh cowok yang punya kekuatan yang sama dengan Jin-Sensei! Dibanting dari tempat yang tinggi dan berulang-ulang. Lalu tertimpa batu berulang kali, bersimbah darah hampir disemua bagian tubuhnya." jawab Yanda sambil menunduk sedikit. Aku masih ingat dulu Rainna yang memperkenalkanku pada Yanda.

"Lalu, setelah itu apa yang terjadi?"

"Oh iya, Itu, ketika dia bangun, suasana sudah kacau dan kemudian dia membuka sayapnya! Anehnya, yang keluar itu sayap raksasa, bukan sayap-"

"Tunggu-Tunggu!" potongku. "Daritadi dia yang kau maksud itu, Pi-Piya ya?" tanyaku sambil menatap serius kearahnya. Dia menatapku serius dan kemudian,

"Kau ini juga suka dengan Tazu kan?" tanya Yanda yang membuatku...syok! Aku membesarkan mataku dan menoleh kearah lain.

"Ti-ti-tidak kok!" bantahku dengan penuh kekesalan. " Dan apa maksudmu dengan 'Juga'? Kau suka padanya?"

"Tidak mungkinlah! Kalau begitu, bagaimana aku mendukungmu? Dasar! Sebenarnya dari dulu aku percaya kalau kau bisa mendapatkan Tazu karena kan kau ini sempurna!" seru Yanda dengan nada yang begitu antusias.

Apa maksudnya itu?

"Tapi...," kali ini, nada suaranya menurun, membuatku makin bingung tentang hal-hal yang terjadi belakangan ini. "Sekarang, aku tidak tau deh." sahut Yanda dengan tatapan prihatin.

Aku mematung dengan pandangan kosong kebawah. Aku hanya seorang remaja limabelas tahun dengan pemikiran yang masih tigabelas, ingat? Aku benar-benar tidak mengerti.

"Nah, kalau Piya itu, memang dari dulu sudah dekat sama Tazu. Mungkin saja Piya juga suka padanya." lanjutnya. Lalu Yanda melihat kearahku, dengan tatapan bersalah. "Maksudku, bukan berarti Tazu suka sama Piya yah! Mungkin saja dia suka padamu. Malahan, baru-baru ini ada gosip kalau kalian pacaran. Kok kalian bisa jadi dekat sih?" tanya Yanda dengan hati-hati.

Setelah lima detik, barulah aku mengerti tentang topik yang kini dibicarakan oleh Yanda. Rupanya dia mengira bahwa aku menyukai Tazu? Dia mengira kedua diriku--Piya dan Yako menyukai Tazu?

Akhirnya, aku pun membalas responnya agar terlihat normal. Karena sepertinya diusia mereka ini, mereka begitu menyukai pembahasan ini. Sedangkan aku, malah sensitive tentang yang namanya hubungan.

"Yah, menurutku sih Tazu tidak menyukai Piya." ucapku sejujurnya. "Tapi mungkin dia juga tidak menyukaiku." ucapku sambil mengelus daguku.

Yanda lagi-lagi mencoba menghiburku, "Iya, dan Piya itu bukanlah orang yang pantas dibandingkan denganmu."

Aku tersenyum miris, saat aku mengiyakan ejekan yang ditujukan kepadaku.

"Yanda, aku duluan." ujarku sambil bangkit dan bersiap-siap meninggalkan tempat itu. Tanpa berbalik sedikitpun meskipun sudah berulang kali Yanda memanggilku.

*

"Invi." Saat ini, kami sedang berada di perpustakaan, satu-satunya bangunan yang masih kokoh meskipun semua bangunan lainnya telah hancur tak terbentuk. Buku-bukunya masih ada, meskipun tidak selengkap dulu.

Invi menatapku datar, membuatku mengerti bahwa ia telah mengerti jalan pikiranku, hal yang akan kutanyakan. Namun, tidak ada respon apapun yang dikeluarkannya meskipun aku yakin telah memikirkannya beberapa kali sejak memasuki perpustakaan.

"Kau yakin, tidak ada hal lain yang perlu kau beritahu padaku?"

Aku mengulang pertanyaanku, tetapi kali ini langsung dari bibirku, bukan dari batinku. Dengan harap-harap, aku menunggu Invi menjawab pertanyaanku, sesuai yang kuharapkan.

"Tidak ada, aku sudah menjawabnya. Semuanya." jawabnya, tanpa memutus hubungan kontak mata denganku. Saat itu juga, aku memaksakan senyumanku, yang mungkin adalah senyuman terburuk yang pernah kubuat.

"Semuanya? Baiklah. Kalau begitu, terimakasih sudah mau datang." ujarku segera bangkit dan melangkah menuju pintu yang terbuka dan langsung berjalan cepat, meninggalkannya.

*

-Invi POV-

"Kau yakin, tidak ada hal lain yang perlu kau beritahu padaku?" tanya Piya dengan rambut panjangnya, dan wajahnya yang mirip dengan Yako. Dia menatapku penuh harap-harap, dan nada batin yang mendesak seolah memintaku menjawabnya. "Kumohon, Invi. Jujur dan katakanlah semua kejadiannya padaku."

"Tidak ada, aku sudah menjawabnya. Semuanya." jawabku berdusta.

Aku tidak mungkin menceritakan 'semuanya' kepadanya. Dia akan merasa bersalah dan putus asa jika tau apa yang terjadi sebenarnya. Dan meskipun dia sudah tau bagian yang tidak penting itu dari Yanda, itu sudah membuatnya merasa sangat bersalah. Bagaimana jadinya kalau kuceritakan semuanya padanya?

Larut kecewa, terlihat dengan jelas dari wajahnya.

"Semuanya? Baiklah. Kalau begitu, terimakasih sudah mau datang." ujarnya sambil bangkit dan langsung meninggalkan tempat itu. "Aku tidak percaya dia tidak mengatakannya padaku!" seru batinnya.

Aku menghela nafas, ini demi kebaikannya.

-FLASHBACK-

BRAAAKK!!!

Sebuah bongkahan batu besar dijatuhkan ke tanah yang berhasil menemus ruangan bawah tanah. Panik pun terjadi seketika. Aku melihat kearah Piya, dengan perasaan kacau balau yang menyerbuku selama dua detik.

Dia nampak terluka akibat terlempar kerikil-kerikil kecil yang terterbangan cepat kearahnya. Seketika itu juga, lemparan kerikil-kerikil itu terasa seperti panah yang tertembak. Aku tidak tau, bagian tubuh mana yang terluka. Tetapi, ada darah segar yang mengalir dengan lambatnya, membuat jantungku serasa berhenti. Kemudian, ada lemparan batu besar yang dikirim ke arah sana.

Aku mencoba mendekati tempat itu, tetapi gagal. Rasa putus asa dan bersalah menyerbuiku setiap aku melihat genangan darah yang muncul dari sana, walaupun tidak banyak.

Tazu yang melihat itupun, berinisiatif mendekati Ring Transparant, dan menghalangi gadis yang tertidur lelap di dalam ilusi dengan punggungnya. Piya tidak terlihat, sama sekali. Tapi, Tazu terus memandang ke arah yang 'kosong' itu, seolah dapat melihatnya. Bahkan saat batu besar itu menghantam punggungnya, dia tetap menatapnya hangat, seolah sakit itu, menghilang dengan alami.

Beberapa orang yang melihat aksi nekadnya, mulai menegurnya,

"Tazu! Hei, kau jangan melukai dirimu!" seru Rainna sambil menahan sakit di kepalanya setelah terhantam batu-batu kecil.

Belum sempat Tazu menjawab, tubuh Rainna diangkat dengan begitu tingginya. Lalu dibanting, tanpa ampun, tanpa hati yang dilakukan oleh salah satu anggota BlackMix, seolah menyalahkan Rainna atas sambutan 'ramah' yang diberikan oleh magacal di depan gerbang. Lingkaran Langit mereka, kini terbatas, mengurangi peluang mereka untuk berpencar dilangit.

Dia punya kekuatan yang hampir sama dengan Yanda. Tetapi sedikit berbeda, dia bukan mengendalikan. Tetapi mengangkat atau lebih tepatnya kekuatannya mirip Jin-Sensei. Rainna yang saat itu sekarat, langsung buru-buru diangkat Sonic dibelakang batu besar untuk menyembunyikannya. Lalu, sasaran banting-bantingan menuju ke magacal lain.

"Tazu, Stop! Kau melukai kepalamu!" ujar Ryoka sambil berusaha menarik Tazu dari arah sana. Tapi, Tazu sama sekali tidak bergerak dari tempat itu, membuat Ryoka nyaris menangis putus asa.

Darah yang ada dikepala Tazu meluncur turun diatas bagian yang tak kasat mata, membuat tetes darah itu seperti mengambang diudara. Ada juga yang menyatu dengan tanah. Tazu akan tersenyum tipis, saat mendapati tetes pertetes darah terjatuh, karena itu berarti, dia berhasil melindungi Piya.

Aku tau pasti mengapa dia menjadi seperti itu. Tetapi, tujuannya hanya untuk melindunginya.

"Ryoka benar." sahutku setelah menyadari bahwa darah yang meluncur dikepalanya nyaris merintik menguyuri Piya yang berada di bawahnya. Apalagi saat melihat tanah yang sudah berwarna merah darah, membuatku prihatin. "Kau bisa mati karena kehilangan banyak darah."

Tazu menoleh ke arahku, dengan tatapan datar, berbeda dengan saat ia memandang sesuatu yang transparant di bawahnya itu. "Kau tau kan, aku bisa membekukan darahku? Aku tidak akan mati karena itu." jawabnya dengan angkuh, disela-sela dirinya yang nyaris mati itu.

"Cukup!" seru Ryoka frustasi.

Tazu menatap kearah Ryoka yang matanya kini lembab karena terlalu lama menjerit dan menangis. "Aku akan memastikan, Piya-"

Belum lagi ucapannya selesai, kesadarannya menghilang, membuat tubuhnya menindih tubuh tranparant yang ada di bawahnya. Membuat Ryoka panik sesaat, dia sudah termaksud kuat karena berhasil bertahan dari serangan batu yang berjari-jari sekitar 18 cm itu.

"Ryoka, bawa Tazu ke tempat persembunyian" pintaku dan tanpa sedikitpun keluhan, Ryoka mengiyakannya.

Dia memapah Tazu dan berkali-kali terjatuh karena yang dipapah, sama sekali tidak sadarkan diri. Tapi dia terus bangkit, dan memaksa dirinya untuk membawa Tazu ke tempat yang aman, meskipun harus menahan sesak yang begitu tertusuk dalam.

Pandanganku sekarang kearah Hize. Dia terluka dibagian lengan dan kepala, kesadarannya masih ada. Batu-batu besar itu pun tak kunjung habis dilemparkan oleh BlackMix. Mereka seolah-oleh ingin mengubur kami semua dengan bongkahan batu. Tapi kali ini, aku harus mengorbankan diri untuk menyelamatkan mereka semua.

Aku segera berdiri ditengah dimana tempat itu akan menjadi target pelemparan selanjutnya dan kemudian, begitu batu itu turun, aku harus membuatnya Invisible sebelum mengenai orang-orang. Batu itu pun seolah menjadi ilusi, terlihat jelas tetapi tidak bisa tersentuh.

Aku memerintahkan beberapa magacal yang masih sanggup ataupun tidak sanggup untuk segera lari kepersembunyian. Tapi, serangan bertubi-tubi bukan hanya dilakukan oleh seseorang saja, membuatku kewalahan.

Aku menahan seruanku yang nyaris saja keluar dari mulutku, saat merasakan sakit yang begitu luar biasa dari kakiku, yang membuatnya mati rasa dalam sekejap saja. Serangan pun terhenti dan kemudian Terlihat Piya keluar dari Ring Transparant.

-FLASHBACKEND-

"Sudah kubilang, kalian berdua sudah terikat." Gumam Invi dengan suara kecil, dia menopang dagunya sambil meratapi punggung Piya yang sudah lama berlalu.

Piya's POV

Dengan langkah yang begitu cepat, dan emosi yang kupendam sedalam-dalamnya, aku meratapi setiap kepingan kenangan dan hal-hal yang tidak kusadari.

Pertama kalinya Invi berbohong, dia mengatakan bahwa dia menyembunyikan Mind Readernya. Tapi, saat dimana Kato-Senpai berhasil menebaknya, dia tidak terlihat ragu sama sekali untuk menceritakan hal itu. Berbeda denganku, yang sungkan dengan setiap orang yang mungkin mempertanyakannya.

Dia berbohong, karena ingin dekat denganku, membantuku menyelesaikan masalah, dan kebingunganku. Aku bisa merasakan efek kebohongannya yang ditujukan untuk melindungiku.

Tapi, kebohongan kali ini, membuatku semakin bersalah jika dia menyembunyikannya.

Aku berhenti melangkah, dan mengepalkan erat tanganku hingga kuku-kuku tanganku memutih. Dadaku sesak. Rasanya seperti terjatuh dalam lubang, menjebakku bersama tanah di dalam sana, dan menguburku hingga aku tidak merasakan apapun selain sesak disana. 

A/N:

Sejauh ini, chapter ini yang paling capek, beneran. BTW, Buat yang baru selesai UTS, saya doakan nilainya memuaskan :D

Big Love, Prythalize

*

Continue Reading

You'll Also Like

79.5K 5.4K 22
Arsyakayla Attaya, biasa dipanggil Kayla seorang gadis berumur 18 tahun. Ia adalah gadis yang ramah dan lembut ia juga sangat baik dan perduli terhad...
135K 12.7K 36
Teman SMA nya yang memiliki wangi feromon buah persik, Arion bertemu dengan Harris dan terus menggangunya hingga ia lulus SMA. Bertahun tahun tak ter...
1.1M 104K 32
Kaylan Saputra anak polos berumur 12 tahun yang tidak mengerti arti kasih sayang. Anak yang selalu menerima perlakuan kasar dari orangtuanya. Ia sel...
1.4M 71.6K 40
(BELUM DI REVISI) Aline Putri Savira adalah seorang gadis biasa biasa saja, pecinta cogan dan maniak novel. Bagaimana jadi nya jika ia bertransmigra...