After The Fog Forest Action*8

82.3K 5.8K 356
                                    

***8A***

Masih dalam keheningan yang mencekam, aku dan Sonic dengan herannya menatap garis finish yang tampak kosong dan tidak berpenghuni. Aku bertanya-tanya dalam hati, dan apa yang ada dibenakku hanyalah kemungkinan buruknya saja. Semua orang menghilang, seperti di telan bumi. Maksudku, di tanah dalam dunia sihir, lagipula kami sedang tidak berada di bumi. Oke, ini sama sekali tidak lucu.

"Dimana mereka semua?"

"Kau tetap disini," Sonic menggenggam sapunya dan langsung mengucapkan mantra agar sapu siap terbang dan bisa digunakan.

EH?! Jadi ceritanya aku ditinggal sendirian, gitu?

"Kamu berani?" tanya Sonic sebelum dia meluncur pergi.

Aku memperhatikan garis finish kembali, lalu menatapnya kembali. "Berani." jawabku sok tegas. Cukup aku yang tahu bahwa saat ini aku takut tak karuan. Sudahlah, biarkan Sonic saja yang mencari mereka. Lagipula disini sudah lumayan terang, pikirku dalam hati--mencoba menenangkan diriku sendiri.

"Aku duluan. Kalau ada apa-apa, cepat cari tempat yang aman." pesannya sebelum dia terbang pergi dengan sapunya, meninggalkanku.

Sendirian.

Apa yang harus kulakukan?

Aku mencoba tenang, sambil memperhatikan penerang yang mengantung di pohon. Baiklah, setidaknya aku masih punya penerang disini. Semuanya akan baik-baik saja selama...

Szt, lampu penerang meredup perlahan, dan mati membawa kegelapan.

Baiklah, ini mulai mengerikan, aku takut sekarang. Sebisa mungkin aku mencoba untuk tidak melihat ke dalam hutan kabut. Kepalaku membayangkan ada monster dengan leher panjang yang menjulurkan lidahnya dan memanjangkan lehernya kepadaku. Hiii, berhenti mikir yang aneh-aneh, Rin!

SREK SREK, Suara semak belukar membuatku bergidik ngeri, ada banyak imajinasi liarku yang mengatakan bahwa, seseorang sedang melihatku, mengintipku dan menungguku hingga aku lengah dan siap untuk diterkam. Aku pun menutup mata dan telingaku dan terduduk di rumput, sambil melafalkan doa-doa yang masih dapat kuingat.

"Ini aku,"

Aku memandang ke arah sumber suara yang sudah familiar di telingaku itu. "Tazu?"

"Kau takut?" tanya Tazu dengan tatapan datar, tetapi penuh arti mengejek yang sangat mengesalkan untuk di dengar.

Baiklah, dia memang benar. Aku tidak punya apapun untuk menyangkal kata-katanya. Lebih baik aku bernafas, karena sedaritadi aku tidak mendapatkan waktu yang tepat bahkan hanya untuk sekedar menarik nafas. Aku memang kesal tapi di sisi lain aku merasa lega akan kedatangannya yang langsung membuatku dapat mengubur takutku dengan cepat.

Tanpa berkata apa-apa, Tazu mengikutiku duduk. Kami tidak berkata apa-apa, hanya diam. Bagus, kecanggungan apa ini namanya? Aku yang kini kehabisan nafas dan tak bisa bersuara dan Tazu yang irit mengeluarkan suara.

"Jangan takut," Dia menepuk pelan kepalaku.

Aku hanya memincingkan mataku menatapnya curiga. Dia sedang tidak mengejek atau menyindirku, kan? Tapi kubiarkan saja tangannya bertengger di kepalaku, lagipula tidak ada yang dirugikan disini.

Belum sempat aku atau Tazu mengeluarkan suara lagi, tiba-tiba semua orang keluar dari balik semak-semak. Barulah aku menyadari bahwa mereka bersembunyi dan memperhatikan kami sedaritadi. Aku refleks menepis tangan Tazu dari kepalaku.

"Oke, sepertinya kita dapat pasangan terbaik kita." sorak para lelaki dengan keras dan heboh.

"Eh, bukan begitu!" seruku, tapi suaraku tak bisa menandingi suara sorakan mereka semua. Aku juga tahu akan ada pemilihan pasangan terbaik sejak awal, karena kukira tidak mungkin aku dan Sonic yang memenangkannya, jadi aku santai saja. Dan hello? Tazu kan bukan pasanganku.

The Sorcery : Little Magacal Piya [Telah Diterbitkan]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang