Where Am I? *2

121K 7.8K 396
                                    

"Selamat datang di dunia sihir." Memang kata-katanya terdengar menyambut, tapi percayalah nada suaranya itu begitu dingin. Bahkan lelaki itu tidak repot-repot memperlihatkan wajahnya ke arahku.

Aku melihat langit yang cerah. Terlihat banyak sekali yang terbang di atas sana, saat memincingkan mataku, aku menyadari bahwa itu adalah orang yang terbang! Mereka terbang menggunakan sapu, mirip seperti cerita yang kubaca dulu.

Dan bukankah malam baru datang beberapa saat yang lalu? Kepalaku jadi sakit memikirkan apa yang sebenarnya tengah terjadi.

Ada tebing, bukit kecil, pohon-pohon yang bentuknya belum pernah kulihat sampai hari ini. Tidak ada bangunan tinggi pencakar langit seperti di Tokyo. Tempat ini begitu tenang dan indah.

Lelaki itu akhirnya menoleh ke arahku, dengan tatapan datar dan tanpa lekukan senyum sedikitpun di wajahnya. Menurutku wajahnya cukup tampan atau entahlah, aku jarang bertemu lelaki di lingkunganku. Aku menoleh heran pada lelaki itu ketika dia memberiku sebuah sapu. Aku meraih sapu itu dan ada tulisan 'Piya' di batangnya. Aku menoleh heran lagi kearahnya.

"Kau menyuruhku menyapu?"

"Selamat datang, Piya." sambut lelaki itu tanpa mempedulikan pertanyaanku.

"Namaku bukan-"

"Di dunia ini, namamu Piya. Sapu ini milikmu." Potongnya. "Karena suatu hal, kita tidak menggunakan nama asli kita di dunia ini."

"Pi-ya?"

"Iya. Perkenalkan, namaku Tazu. Aku datang di dunia ini tiga minggu yang lalu." Kata lelaki itu sambil menoleh kembali ke arah langit. Langit biru itu tampak indah dihiasi awan dan benda-benda yang berterbangan itu

Aku hanya terdiam, pikiranku kosong, "Ini dimana?" tanyaku

"Di dunia lain, bukan di bumi. Semua orang yang hilang ada disini."

"Hah?"

"Rumor yang dunia nyata kita ributkan," jelasnya singkat tetapi berhasil membuat kepalaku mengangguk-angguk.

"Berarti..., aku menghilang?" tanyaku.

"Benar."

Aku terdiam cukup lama, sampai akhirnya Tazu memecahkan keheningan.

"Kenapa?"

"Ucapan nenek sihir itu terwujud." gumamku refleks. Aku bahkan tidak sadar aku telah mengepalkan tanganku geram.

Memang permintaanku terkabul, saat aku mengatakan bahwa aku ingin menghilang, itu tak sepenuhnya salah. Dengan menghilang, berarti aku bebas dari kehidupanku, dengan menghilang berarti aku bisa bertemu dengan Mamaku. Mamaku juga menghilang dua tahun yang lalu, dan kuharap aku menemukannya.

Aku hanya sedikit kesal karena belum sempat membalas apapun perlakukan nenek sihir itu.

"Nenek sihir?"

"Ah-tidak, lupakan." sahutku salah tingkah, dan akhirnya Tazu bangkit dan tatapannya seolah memintanya mengikutinya.

"Ayo, kita ke sekolah sihir. Sepertinya masih keburu."

"Sekolah?" tanyaku memperlihatkan wajah malas. Baru aja mau kegirangan bebas dari sekolah kutukan itu, eh-eh, ada lagi rupanya sekolah sihir.

"Benar. Sekolah dimana kekuatan dikembangkan." Jelasnya.

"Kekuatan?" tanyaku mulai penasaran.

"Ya, masing-masing mempunyai kekuatan yang berbeda." Jelasnya

Dia menyuruhku naik sapu terbang, tapi aku sama sekali nggak bisa. Dia bahkan menyuruhku melafalkan satu mantra yang tak kumengerti artinya, tapi tetap saja aku gagal menaikinya. Sapuku bahkan tidak mampu mengangkatku semili pun.

The Sorcery : Little Magacal Piya [Telah Diterbitkan]Where stories live. Discover now