Maaf telat update lagi..komentar yang masuk ke akun email aja belum sempat author balas..semenjak masuk kuliah jadi super sibuk nich. bagi kalian yang menunggu recaps untuk ramalannya tunggu yah, author belum sempat buat
Cover pembukaan untuk part ini adalah gambar antonio fabiani berhubung banyaknya pesan yang masuk ke akun untuk menampilkan gambarnya. author juga sempat binggung mau masukin gambar yang mana, namun setelah dicari hanya image ini yang cocok dengannya
Pagi yang cerah..
Aku berjalan menuruni tangga menuju ke ruang makan. Rasa sakit dan perih dari luka di wajahku masih jelas kurasakan. Semula aku bermaksud untuk makan dikamar tapi mengingat aku tidur dikamar leon aku mengurungkan niat. Takut disangka aku disiksa habis habisan oleh leon tadi malam
Padahal memang itulah kenyataannya aku telah disiksa bahkan lebih dari itu, aku hampir diperkosa beruntun
Saat tiba diruang makan kulihat leon telah duduk disana memakai seragam sekolah. Tangannya bergerak aktif memasukan makanan kedalam mulut. Dia bahkan tidak menoleh kearahku, hanya sibuk pada makanannya
Kulangkahkan kakiku mendekat kearah meja dan duduk didepannya. Saat aku duduk dia hanya memandang wajahku sekali lalu sibuk dengan makanannya lagi
dia sama seperti biasa.., sosok leon yang dingin
seorang pelayan mengantarkan makanan kedepan hadapanku. Aku langsung menyuapkan masuk ke dalam mulut. Aku benar benar lapar tak bertenaga akibat kejadian tadi malam
sambil menyuap masuk makanan, kulirik mataku memandangnya. Dia bahkan tidak memandang sekalipun ke arahku hanya tetap focus pada makanannya
rasa canggung merayap masuk kedalam diriku.., jujur biasanya aku makan dikamarku baru kali ini aku makan tepat didepannya
''maaf..maaf untuk kejadian tadi malam'' ucapku. Kugigit bibir bawahku
Kulihat matanya memandangku sekilas lalu dia melanjutkan makannya ''kalau hanya itu yang ingin kau ucapkan. Sebaiknya kau diam, aku tidak ingin merusak selera makanku''
Aku melanjutkan makanku berkali kali hingga makanan dalam piringku hampir habis. Kucuri pandang ke arahnya, dia telah selesai makan. Dia kemudian mengelap mulutnya menggunakan sapu tangan putih lalu matanya memandang ke arahku
Dengan sigap kusingkirkan pandanganku darinya berpura pura focus pada makanannku. Dia memandang wajahku lekat
Hingga kudengar dia berbicara padaku ''apakah masih sakit?''
Hmmm..kutatap wajahnya tak mengerti maksud ucapannya
''maksudku..apakah luka diwajahmu masih sakit'' tanyanya masih memandangku
Aku mengelengkan kepala pelan padahal nyatanya masih sakit. Batinku bahkan sudah menyoraki agar aku berkata sejujurnya biar dia mengetahui apa yang diperbuatnya. Namun aku tetap menyangkalnya..
Aku juga merasa aneh..entah mengapa aku merasa tidak ingin membuat dirinya cemas
''james mengatakan padaku hari ini dia tidak dapat datang. Jadi istirahatlah di kamar dan sembuhkan luka diwajahmu''ucapnya
Heii bukankah seharusnya dia yang merawatku.., ini semua kan akibat ulahnya
Aku mengangukan kepala. Gaya yang sangat kubenci karena membuatku tampak seperti anak kecil
Leon mengambil tasnya kemudian beranjak berdiri dari meja ''kalau butuh sesuatu suruh saja pelayan mengambilkannya''. Setelah mengucapkannya dia langsung berjalan pergi meninggalkan aku
Aku menghela nafas melihat kepergiannya. Kulanjutkan makanku, sesekali mataku melirik keseluruh tempat mencari sesuatu yang dapat kukerjakan..mataku tertuju pada surat kabar yang masih tergelung rapi. Letaknya tepat disamping piring makan leon
Mungkin dia belum sempat membacanya
Kuambil Koran didepanku mencoba membacanya..,aku membelalakan mata tak percaya
disana tertulis menteri kiri dari partai oposisi ANTONIO FABIANI
''apa maksudnya ini?'' bisikku. Ini semua terjadi begitu cepat
###
Tak terasa malam pun tiba..
Ditempat kerja yang tak jauh dari mansionnya leon menghempas koran yang dibacanya. Brengsek, makinya
Semua usaha yang dilakukan hilang semua dalam sekejap. Dia sudah berkali kali berusaha menutupi semua partai oposisi yang akan menaiki tingkat jabatan ke tingkat menteri. Tak disangkanya ada yang berhasil lolos dari jangkauannya bahkan terlebih berani berurusan dengannya
Tidak tahukah mereka kalau berani menantangnya berarti itu sama juga dengan mencari mati..
Belum lagi foto didalam Koran itu adalah sosok orang yang paling dibencinya.., rekan sekaligus rivalnya waktu bersekolah di francis. Ditambah lagi dengan pertemuan sewaktu dipesta.., caranya mendekati Juliet, sifat sok manisnya semua sifatnya sama saat mereka bersekolah difrancis dulu hingga membuat wanita disana cepat bertekuk lutut padanya
Sifat mereka yang bertolak belakang menyebabkan mereka diberi gelar berbeda..jika dirinya digelar iblis maka si brengsek itu digelar malaikat
Malaikat...leon muak mendengarnya. Menurutnya pria itu bahkan lebih brengsek dibanding dirinya. Dia sangat pandai menyembunyikan sifat bejatnya dibalik sifatnya yang manis seperti serigala berbulu domba
Mungkinkah pacar yang dimaksud sibodoh itu adalah pria ini..dasar bodoh..bodoh..seharusnya kalaupun ingin memiliki pacar dia harus mencari yang lebih baik
Leon memijat kepalanya membayangkan segalanya, rasa sakit bahkan sudah menyerang masuk ke ubun kepalanya. Digapainya telfon yang berada tak jauh darinya
''alex..siapkan mobil aku ingin kesuatu tempat menyegarkan pikiran'' setelah mengucapkannya leon menutup telfon. Menyandarkan kepalanya di kursi
Mobil hitam yang membawa leon melesat jauh melewati jalan. Didalam mobil leon masih menyandarkan kepalanya matanya menatap lurus kedepan. beberapa menit dalam posisi itu hingga mulai ia sadari mobilnya berhenti ditempat yang ingin ia tuju..
Tempat menyegarkan pikiran...sebuah bar..
Dirinya memang sudah jarang datang ketempat ini. Terhitung sejak dirinya berhasil membalaskan dendamnya. Namun sekarang semuanya berbeda...
Leon membuka pintu mobilnya dan berjalan masuk kedalam bar. Dari luar beberapa wanita penggoda sudah merayunya namun dirinya tidak mengubrisnya..baginya:
Semua wanita sama saja..hanya gila pada harta serta penampilan fisiknya..jika sudah dimasuki akan mengerang kenikmatan dan mengeliat buas layaknya binatang
Dirinya kemudian duduk dikursi tak jauh dari penari eksotis wanita. Suara music berbunyi dengan kencang memenuhi seluruh ruang. Dilihatnya sekilas beberapa pria naik ke atas panggung memasukan tangan mereka menjamah tubuh wanita penari
Suara erangan juga terdengar keluar dari mulut mereka
Menjijikan !, pikirnya
Seorang pria berpenampilan gendut bertanya padanya ''apa yang ingin anda pesan''
''tiga bir ukuran ekstra'' jawabnya singkat. Pria itu menganguk kemudian berjalan pergi mengambilkan pesanannya
''ini birnya tuan'' ucapnya meletakan tiga bir dan sebuah gelas kecil didepan leon. Leon mengeluarkan uang dari sakunya ''ini..ambil saja kembaliannya''. Tangannya mengusir agar pria itu segera meninggalkan dirinya
Rasa sakit semakin menyerang kepalanya. Dengan cepat leon membuka bir dihadapannya kemudian meminumnya. Satu gelas..dua gelas..tiga gelas..hingga tak terasa satu botol bir habis diminumnya
Pandangannya sudah mengabur dengan sigap tangannya membuka botol bir kedua namun saat dia hendak membukanya suara tawa terdengar dari sampingnya
''apakah ini yang dilakukan putra perdana menteri setiap harinya''tanya orang yang duduk disamping
Leon menoleh kesampingnya. Matanya semakin memanas saat melihat orang itu..orang yang sempat dimakinya..antonio fabiani
Setelah mengetahui siapa itu leon tidak mengubrisnya..tangannya membuka botol bir kedua kemudian meminumnya lagi. Sejujurnya tangannya sudah mengepal erat hendak menghajar langsung namun dia mengurungkan niatnya
Suara tawa kecil terdengar lagi olehnya ''kurasa ayahmu menyesal telah mengambilmu..dia menyesal memungutmu dijalan''
Leon menhembuskan nafas panjang. Mulai dirasa emosinya akan membuncah
''jaga ucapanmu jika kau masih ingin hidup'' ucap leon penuh penekanan pada setiap kalimatnya
Tangannya kemudian mengambil botol bir dimeja dan berjalan pergi. Namun langkah leon terhenti saat antoni menertawakan dirinya
''kau masih sama seperti dulu...dasar pengecut''
Leon membalikan badannya emosinya sudah tidak dapat ditahannya. Tangannya sudah terkepal erat, matanya bahkan menatap antoni tajam
Antoni membalas tatapan matanya. Seculas senyum sinis terbentuk diwajahnya
''pen.ge.cut.''ejanya
Leon langsung meninju wajahnya membuat antoni jatuh tersungkur kelantai. Puas dengan apa yang dia lakukan leon menginjak tubuh antoni berkali kali. Dilihatnya wajah antoni sudah mengeluarkan darah, namun dia tidak memperdulikannya.
''mampus kau keparat. Lihat sekarang siapa yang pengecut''ucap leon berkali kali melayangkan tinjunya diwajah antoni. Tanpa mereka berdua sadari seluruh mata orang dibar tertuju pada mereka
Merasa kalah antoni menerjang balik tubuh leon dengan mengunakan kakinya yang terulur bebas hingga membuat leon jatuh disampingnya. Antoni kemudian berdiri dan menerjang balik tubuh leon
''makan ini sial'' ucap antoni melayangkan tinjunya. ''kau kira aku tidak tahu apa yang kau perbuat ! aku tahu semuanya bangsat'' tinjuan demi tinjuan masih terus dilayangkan. ''aku akan merebut julie kembali..aku akan merebutnya''
Antoni menekan kedua lututnya pada pergelangan tangan leon ''sakit..kau merasa sakit, itulah rasa sakit yang kau berikan padanya. Kau menyiksanya padahal dia tidak mengetahui semuanya''. Sebuah tinjuan dilayangkan mengenai wajah leon menimbulkan memar disana
Hati leon tertohok mendengarnya..
Aku mengenal Juliet lebih baik dari siapapun, pikir leon
Leon menerjang balik tubuh antoni, membuat antoni tersungkur lagi.
''lihat aku brengsek'' dengan nafas kuat seperti kesetanan leon memukul wajah antoni bertubi tubi. Darah yang terus mengalir keluar sudah tidak dihiraukan leon. Yang dipikirkan leon adalah membunuh pria yang dipukulnya sekarang
''kau memang bernyali besar karena berani menantangku'' sebuah tinjuan dilayangkan lebih keras dari sebelumnya. ''dan satu lagi yang harus kau ingat..aku tidak akan melepaskan barang yang telah menjadi milikku..'' tinjuan terakhir berhasil membuat antoni memuntahkan darah dari mulutnya. Nafasnya bahkan sudah melemah
Leon puas melihat musuhnya itu. Saat yang paling bahagia dalam hidupnya adalah saat melihat musuhnya terkapar lemah..dia bahkan tak pernah membedakan semua musuhnya apakah seorang pria atau wanita..
Jika menurutnya orang itu berbahaya..maka dia akan langsung membunuhnya..
''disinilah kuburan mu sekarang'' sebuah tinjuan hendak dilayangkan leon lagi namun tangannya dicegat seseorang. Dan orang yang mencegatnya adalah alex
''tuan anda tidak boleh membunuh orang didepan publik'' bisik alex. Leon memandang kesekeliling matanya dapat melihat semua orang sedang memandangi dirinya
Shiiittt.. makinya
Leon kemudian berdiri melepaskan antoni yang sudah penuh luka memar diwajahnya. Dia mengeluarkan uang dari sakunya melemparkan begitu saja diwajah antoni
''berterima kasihlah karena aku sudah membiarkan dirimu untuk hidup'' ucap leon membalikan badannya hendak berjalan pergi
Samar samar masih dapat didengarnya antoni meludahi uang pemberiannya.
''aku tidak akan merebutnya darimu. Kaulah yang akan mengantarkannya padaku dengan sukarela. Ingat itu !'' ucap antoni
Leon hanya meneruskan langkahnya tidak menghiraukan ucapan antoni. Yang menurutnya tak lebih dari sekedar sampah
***
Aku menatap kea rah jam yang tergantung didinding. Disana sudah menunjukan pukul dua belas tengah malam
Kemana perginya leon, pikirku
Suara ribut dari luar menyadarkan diriku. Aku kemudian berjalan pergi untuk melihat apa yang sedang terjadi. Begitu sampai diluar aku begitu terkejut saat melihat alex memapah tubuh leon
Ohh tuhan apa yang terjadi
''biar aku saja alex'' ucapku kemudian tangan kiri leon kutautkan pada leherku. Dengan sekuat tenaga aku memapah masuk tubuh leon. Kubawa hingga masuk kedalam kamarnya. Sekilas dapat kucium bau alcohol yang keluar dari mulutnya
Tanpa berpikir lagi kubaringkan tubuh leon diatas kasur. Dapat kulihat wajahnya penuh dengan bekas memar
Apakah dia habis berkelahi, tanyaku dalam hati
Aku menangalkan jas yang melekat pada tubuhnya kemudian berjalan pergi mengambil air hangat dan sebuah handuk kecil lalu kupegang wajahnya, mulai membersihkan
Wajah tidurnya membuat diriku nyaman. Sekian lama aku tinggal di mansion bersamanya baru kali ini aku melihatnya tidur secara langsung. Memang aku sering berharap dapat melihat leon dalam posisi tidur..yang mungkin akan tampak seperti anak kecil
Aku mebelit handuk ditanganku menautkannya hingga menjadi lebih kecil. Lalu kuusapkan pelan menyentuh luka memar disisi bibirnya..
Kulihat leon sedikit mengernyitkan keningnya
Apakah dia kesakitan
Aku mendekatkan wajahku kedekat wajahnya. Tangan kiriku memegang wajahnya sedangkan tangan kananku mengusap luka disudut bibirnya
Pelan..pelan...pelan.., gumamku sambil mengusapnya beberapa kali. Dapat kurasakan dengan jelas hembusan nafasnya membelai wajahku. Hembusan nafas yang membuai diriku..
Hahhh...aku mengelengkan kepala. Jangan berpikiran kotor Juliet..kau sedang mengobati orang yang terluka
Selesai mengobati luka diwajahnya aku meletakan handuk disamping meja. Mataku menatap wajahnya lekat. Senyum tipis merekah dibibirku melihat dirinya
''andai saja kau tetap seperti ini'' ucapku pelan. Kilasan ingatan muncul dalam benakku. dirinya yang selalu menatapku tajam, bibirnya yang selalu melontarkan kata kata kasar serta sikapnya.
Cihh, cibirku. Bagaimana dengan detak jantungnya yah..
Berlahan kuturunkan kepalaku menyentuh dadanya. Telingaku kudekap dekat..
Deg..deg..deg..
Bunyi degup jantungnya berdetak dengan teratur. Aku mengulum senyum sendiri setelah mendengarnya
Wahh enak juga melakukan hal yang tidak dapat kulakukan jika dia bangun bagaimana bisa aku melakukannya.., aku bahkan bisa memukulnya jika aku mau
Kuangkat kepalaku menjauhi dadanya..apa lagi yah yang bisa kulakukan padanya selagi ada kesempatan
Mataku menyusuri seluruh tubuhnya mencoba mencari sesuatu yang menyenangkan. Begitu lama aku mencari hingga mataku tertuju pada wajahnya yang penuh luka memar
Kalau dipikir dia kasihan juga. Dia sama seperti diriku, aku tahu itu tapi dia selalu marah jika aku mengatakannya. Dan entah mengapa sebanyak dia menyakiti diriku, akumalah tak merasa benci padanya.. aku merasa gelanyar aneh saat berada didekatnya..perasaan yang belum pernah kurasakan jika aku dekat dengan orang lain. Dia..orang pertama yang membuatku merasakannya..
Tanganku memegang halus wajahnya dan tanpa diriku sadari aku menurunkan wajahku mendekat kewajahnya. Hembusan nafasnya semakin kurasakan...semakin dekat wajahku hingga bibirku menyentuh bibirnya.
Kusentuhkan bibirku begitu lembut takut menyakiti bibirnya....
Tuhan kuharap aku dapat hidup lebih lama bersama dirinya. Bagiku setiap detik bersama dirinya sangatlah berharga. Tanpa diriku sadari maupun tidak ..aku..aku..begitu menyukai dirinya
Kuangkat kepalaku menjauhkan bibirku dari bibirnya. Jemariku mengelus halus sekitar bibirnya.
Tidak, aku tidak mengiginkan lebih ini sudah lebih dari cukup, pikirku
Kuangkat badanku menjauh darinya. Kakiku telah menyentuh lantai hendak beranjak pergi hingga kurasakan sebuah tangan besar memegang lengan tanganku
''jangan pergi, tetaplah disini dan temani aku tidur''
Kubalikan kepala kebelakang kulihat leon membuka matanya memandang diriku. Caranya memandangku seperti menyiratkan dia benar benar membutuhkannya. Tepatnya membutuhkan diriku
Kunaikan kakiku diatas kasur dan merebahkan diriku disampingnya dengan posisi membelakangi dirinya. Aku tidak berani membalikan badan menghadapnya. Wajahku bahkan sudah memanas
Kurasakan tangannya mendekatkan diriku ke arahnya. Semakin dekat..dan tanpa diriku sadari dia sudah memelukku erat dari belakang
''terima kasih untuk semuanya. Aku berjanji tak akan melepaskan gengaman tanganku darimu''