1. Nothing (im)possible

By AudhiDaiii

361K 13.5K 144

Bagaimana jika kekasihmu meninggalkanmu? Bagaimana jika ia pergi dengan membawa separuh jiwamu bersamanya? Ba... More

Nightmare
First Meet
Not The Same as My Mind
Unexpected
Tears
Our Love
Our Love (Anniversary)
Who's Him?
Dia itu.....
I'm Sure, I'm Strong
Kehilangan
Bayangan Menyakitkan
I and You're Hurt
Berjuang Part I
Berjuang Part II
Sebuah Kebenaran
The Wedding?
The Real Wedding
Go to Swiss
Hamilkah?
Akhirnya (Mereka) Hadir
Twin Babies (END)
Xtra Part

Xtra Part Two

15K 408 6
By AudhiDaiii


"Audie bangun!" teriak suara berat laki-laki yang membuat seseorang yang tengah tertidur perlahan membuka matanya. Sambil melenguh pelan, gadis yang disebut namanya itu pun berdecak sebal.

Kakinya menendang selimut hingga terjatuh ke lantai, bantal yang seharusnya berada di bawah kepala kini teronggok menyedihkan di ujung tempat tidur. Sementara guling kesayangannya masih setia berada di pelukan Audie.

"Apaan sih pagi-pagi berisik banget," gerutu Audie sambil menguap lebar. Matanya mengikuti gerakan Augie yang kini sedang memunguti selimut dan melipatnya sampai rapi lalu meletakannya tepat di depan Audie.

Augie mendengus sambil menyilangkan kedua tangannya di depan dada. "Pagi? Bahkan ini udah jam sembilan,"

Kedua mata Audie melotot, "jam sembilan? Kenapa udah bangunin aku?" tanya Audie tidak terima. "Yaudah sana, aku mau tidur lagi." Gadis itu mengibaskan tangannya, mengusir Augie agar cepat pergi.

Sebelum Audie memejamkan matanya kembali, sebuah tarikan di lengan membuatnya tersentak hingga terduduk. "Enak aja, kamu mandi sekarang, kita ke supermarket." Setelah berkata seperti itu, Augie berjalan keluar kamar tanpa mempedulikan segala macam kalimat protes yang dilontarkan Audie.


**


Augie berjalan santai sambil mendorong troley dengan senandung kecil yang keluar dari bibirnya. Langkah kakinya berhenti ketika melihat kedua orang di depannya yang juga berhenti melangkah.

"Ma, aku ga doyan ikan," ucap Audie ketika melihat sang mama, Deeva, mengambil seekor ikan yang masih terlihat segar.

"Tapi mama doyan," sahut Deeva santai. Membuat Audie menggembungkan kedua pipinya. "Kamu juga suka kan, Gie?"

Sontak, Augie mengangguk dan mendekati Deeva untuk melihat jenis ikan apa yang ingin dibelinya. "Jangan banyak-banyak, Ma. Kan yang makan aku sama Mama doang."

Kening Deeva mengernyit, "siapa bilang? Malam ini kita kedatangan banyak tamu." Wanita yang masih terlihat sangat muda itu mengambil beberapa potong ikan dan memasukannya ke dalam troley tanpa mempedulikan tatapan penuh tanda tanya dari kedua anaknya.

"Siapa, Ma?" tanya Audie dengan tangan sibuk mengambil margarine, mayonaise, saos, dan kecap lalu melemparkannya ke dalam troley . Augie yang terkejut segera menggeser troleynya sedikit ke arah kiri hingga semua barang yang dilempar Audie sepenuhnya masuk.

"Heh!" seru Augie. "Naronya yang bener, dong!"

Audie hanya tersenyum lebar sambil mengacungkan jari telunjuk dan jari tengahnya membentuk simbol 'peace'. Sedangkan Deeva hanya geleng-geleng kepala melihat kelakuan anak kembarnya.

"Ma, siapa sih? Jangan bikin penasaran, deh." rengek Audie sambil mengekori langkah Deeva menuju rak yang berisikan cemilan.

"Lihat aja nanti," jawab Deeva. Kedua tangannya mengambil beberapa bungkusan cemilan, namun gerakannya terhenti ketika melihat tangan-tangan lain yang tengah berebut bungkusan hingga menimbulkan bunyi gaduh. "Yaampun, kalian!"

Reflek, Augie dan Audie terdiam dan memperlihatkan senyum manis pada sang mama yang kini tengah menatap tajam keduanya.

"Ma, kita mau ini," Audie mengangkat beberapa bungkusan snack yang berada di kedua tangannya. Hal yang sama pun dilakukan Augie. Membuat Deeva memijat pelipisnya dan menghembuskan napas pelan.

Melihat Deeva tidak menjawab, Augie bersorak yang diikuti Audie. Mereka dengan kompak memasukan snack-snack itu kedalam troley dan kembali mengekori Deeva yang tengah berjalan menuju kasir.


**


Jovan sedari tadi menahan senyum melihat sang istri yang tengah misuh-misuh sambil merapikan alat yang akan digunakan untuk acara malam ini.

"Anak-anak tuh ya, kalau diajak belanja pasti deh mintanya banyak," gerutu Deeva sebal. "Beli cemilan kayak buat satu bulan," ucapnya lagi. Wanita itu melangkahkan kakinya menuju kursi persis di depan suaminya, Jovan.

"Ga apa-apa, sayang. Jarang loh mereka mau ikut kamu belanja," tangan besar Jovan mengelus lengan sang istri. Membuat Deeva menjatuhkan bokongnya di pangkuan Jovan. Kedua tangannya mengalungi leher Jovan dan mengecup bibir suaminya sekilas.

"Iya sih, akhir-akhir ini mereka kan sibuk sama tugas sekolah," ucap Deeva. Keningnya berkerut tanda sedang berpikir. "Mau liburan tapi tugasnya numpuk ya, aneh."

Mendengar itu, Jovan terkekeh pelan. Ia meletakkan kepalanya di dada Deeva, sementara Deeva merapikan rambut Jovan yang sedikit berantakan. "Yaudah gausah bahas itu, kan sekarang waktunya liburan."

Deeva tersenyum dan mengusap pipi Jovan yang sedikit kasar karena ditumbuhi rambut-rambut halus. Diusianya yang sudah menginjak kepala empat, Jovan masih terlihat sangat tampan dan juga tubuhnya masih tegap. Membuat Deeva jatuh cinta di setiap harinya.

"IYA YAAMPUN SABAR!"

Teriakan itu membuat Jovan dan Deeva menoleh karena terkejut. Suara yang berasal dari ruang tv dimana kedua anaknya sedang bersantai sambil melahap cemilan yang dibelinya di supermarket. Jovan melirik kearah istrinya yang disambut dengan dengusan geli oleh Deeva. Wanita itu beranjak dari duduknya sambil menggamit lengan Jovan dan berjalan menuju sumber suara.


**


Audie hampir menjatuhkan snack ditangannya kalau saja ia tidak berpegangan pada gagang pintu. Setelah membuka pintu, terpampanglah wajah-wajah yang sudah tidak asing lagi baginya. Agam dengan Inne, disusul dengan lelaki berumur 20 tahunan yang kini menampilkan senyumnya yang menawan pada Audie. Yang disambut gadis itu dengan pekikan senangnya lalu memeluk Fernando dengan erat.

"Yaampun Kak, kapan pulang ke Indonesia?" tanya Audie sambil melepaskan pelukannya dan menatap wajah Nando dengan senyum lebar. Fernando, anak dari Agam dan Inne, sahabat Ayahnya ketika masih sekolah, hanya mengulum senyum.

"Seminggu yang lalu, sih," jawabnya. Audie menganggukan kepalanya dan melirik kebelakang tubuh Nando karena terdengar suara gaduh. Dan disanalah terlihat gadis berusia sama dengannya, tengah berkacak pinggang sambil mengomel entah apa ke seorang laki-laki yang mengenakan kacamata hitam.

"Renata!" teriak Audie, membuat si gadis menoleh dan raut kesalnya berubah menjadi senyuman lebar. Kaki jenjangnya berlari menuju Audie dan mereka berpelukan erat. "Yaampun, aku kangen banget," sambungnya sambil mengusap punggung Rena.

Renata melepas pelukan mereka dan tersenyum riang, "aku juga, Die. Yaampun rambut kita panjangnya sama!" pekiknya heboh. Membuat lelaki yang menggunakan kacamata tadi mencibir pelan. Namun sial, cibiran itu terdengar ke telinga Rina dan gadis itu segera berbalik untuk kembali menyemburkan segala kekesalannya pada lelaki itu, Galih, anak pertama dari sepupu jauh Jovan.

Sebelum kembali terjadi peperangan, Audie cepat-cepat merangkul pundak Rena untuk masuk ke dalam rumah.


**


Kediaman Jovan seketika ramai saat kedatangan tamu istimewa mereka. Para lelaki kini tengah berkumpul sambil melakukan ritual mereka; yakni meminum teh. Sementara para istri yang masih terlihat muda tengah berkumpul di dapur, menyiapkan beraneka macam bahan masakan untuk acara malam ini.

"Jadi, Nando tetap kekeuh jadi dokter?" tanya Jovan sambil mengambil cangkir berisi teh hijau dan menyeruputnya pelan. Sementara yang ditanya, Agam, hanya mengangguk. Dari raut wajahnya, Agam tampak sedikit keberatan atas keputusan anak sulungnya itu. "Yaudahlah, Gam. Jangan dipaksa kalau dia ga mau,"

Jovan tahu betul kalau Agam ingin sekali Fernando menjadi penerus perusahaannya, namun ternyata keinginan mereka tidak sama. Membuat Agam memijat pelipisnya karena mendadak kembali pusing dengan keputusan Fernando itu.

"Sehabis ini dia mau balik lagi ke Amerika, nerusin kuliah kedokterannya,"

"Bagus itu!" pekik Ferri tanpa disadarinya. Membuat Jovan terkekeh pelan. "Maksudnya, kan jadi dokter itu terjamin masa depannya. Mungkin suatu hari nanti akan tumbuh di diri Nando untuk nerusin perusahaan Kak Agam," sambungnya lagi.

Agam terlihat sedang memikirkan maksud dari kata-kata Ferri, lalu kepalanya mengangguk pelan. "Bener juga, sih."

"Para Om-Om, tolong bawain semua peralatannya ke taman belakang," tiba-tiba kepala Renata muncul dibalik tembok. Membuat Jovan tersedak minumannya, dan dengan sigap gadis itu berlari dan menepuk punggung Jovan dengan pelan. "Yaampun, maaf Om, aku ngagetin ya." ucapnya dengan rasa bersalah.

Jovan mengibaskan tangannya, tanda kalau ia baik-baik saja. Setelah mengambil napas dan menghembuskannya berulang kali, barulah ia berbicara, "lain kali samperin aja, Ren. Jangan kepala kamu doang yang muncul."

Renata nyengir, menampilkan giginya yang sedikit tidak rata di bagian pinggir. (re : gingsul)

Ferri yang pertama kali bangkit dari duduknya dan berjalan menuju dapur. Diikuti Agam yang masih terkekeh pelan saat berjalan melewati Renata dan mengusap kepala anak bungsunya itu dengan sayang. "Dimana Bunda?"

Dan Renata menarik lengan Agam menuju dapur.


**


"Galih, tolong itu bikin bara-nya!" teriak Deeva yang tengah sibuk memotongi berbagai macam daging untuk dibakar malam ini. Ada ayam, ikan, sampai daging sapi yang masih terlihat segar. "Ogie, bantu Galih, ya! Kamu, Odie, sini bantu Mama."

Audie menghampiri Deeva dengan langkah malas. Menerima pisau dari sang Mama dengan wajah sedikit ditekuk. Bukannya apa-apa, hanya saja Audie tidak tahan dengan bau hanyir daging yang belum dimasak. Matanya melirik kearah Renata yang sedang merapikan meja, merapikan piring-piring dibantu dengan Inne dan Anggie. "Ma, aku bantu mereka aja, ya," tunjuk Audie dengan matanya kearah Renata yang masih sibuk mengelap piring dengan serbet. "Nanti Tante Inne yang bantu Mama."

Deeva langsung menatap putrinya dengan mata memicing, "kenapa?"

"Mama kayak ga tahu aja, ini bau amis." rengek Audie lagi. Wajahnya memelas seperti ingin menangis. Tapi ternyata itu tidak mempan bagi Deeva. Ia menggerakkan jari telunjuknya ke kanan dan kiri. Membuat Audie memanyunkan bibirnya beberapa centi.

Tepukan di pundak membuat Audie menoleh, mendapati wanita yang memakai sarung tangan plastik seperti dirinya menyunggingkan senyum. Seolah mendapati mata air di hamparan gurun, Audie memeluk Inne dengan erat. "Makasih, Tante paling baik pokoknya!" serunya riang sambil menyerahkan pisau yang sedari tadi dipegangnya dan berjalan menuju Renata yang tengah melambaikan tangan padanya.

"Die, Ogie kenapa ya? Daritadi kayak ga semangat gitu. Ditanya sama kunyuk satu itu juga jawabnya singkat-singkat," tanyanya pada Audie. Mendengar kata 'si kunyuk' membuat Audie terbahak. Dari kecil, Galih dan Renata tidak pernah bisa akur, selalu saja ada sesuatu yang membuat mereka bertengkar.

"Aku kasih tahu tapi jangan bilang siapa-siapa ya?" Renata mengangguk antusias. Matanya melebar ketika berhasil mendengar hal yang dibisikkan Audie di telinganya. "Udah kan?"

"Yaampun, ga nyangka aku. Tiga tahun pacaran kan mereka?" tanya Renata dengan suara rendah, menyerupai bisikan. Yang dijawab dengan anggukan oleh Audie. Lalu mereka kembali melakukan tugasnya; yakni merapikan meja setelah melihat Augie melirik mereka dengan tatapan tajamnya.


**


Acara malam ini sukses dan berjalan dengan lancar. Dan saat ini Jovan, Agam dan Ferri tengah menaruh beberapa lampion kertas di atas rerumputan di taman belakang rumah Jovan yang cukup luas. Audie dan Renata tengah berselfie ria di ayunan yang terletak di ujung taman, berbekal pencahayaan yang bagus karena lampu taman cukup terang. Dua gadis itu tertawa ketika melihat-lihat hasil foto mereka.

"Yang ini bagus, Die. Nanti pasang di instagram ya," ucap Renata sata melihat pose mereka yang tengah memanyunkan bibir sambil memejamkan kedua mata. Audie mengangguk dan matanya melirik kearah Fernando, Galih, dan juga saudara kembarnya, Augie, tengah mengobrol di dalam sebuah saung yang terletak di seberang mereka.

"Rena, samperin yuk kita ajak selfie," ajak Audie sambil menunjuk kearah tiga lelaki itu, dan salah satunya menoleh. Ya, Galih.

Renata bergidik, "Kak Nando sama Augie aku mau, tapi si kunyuk itu pengecualian."

Audie kembali terbahak dan menuruni ayunan dengan menggandeng tangan Renata.

"Hai para lelaki, selfie yuk!" seru Audie ketika sampai di depan saung tersebut. Dengan lincahnya ia duduk di tengah-tengah dan mengisyaratkan Renata untuk duduk di sampingnya. Dengan malas, Renata akhirnya ikut duduk di sebelah Audie dan juga...

....disebelah Galih.

"Terus, siapa yang ambil fotonya?" tanya Audie bingung sendiri. Kedua alisnya menyatu, keningnya berkerut dan sedetik kemudian raut wajah ceria sudah terpasang di wajahnya.

"Om Agam!" panggilnya pada lelaki yang tengah berjalan menuju saung yang mereka duduki. Entah kebetulan atau memang Agam sengaja ingin memotret mereka."Om, foto dong," ujar Audie dengan alis yang dinaikturunkan. Dan Agam mengacungkan jempolnya.

"Satu...dua....tiga...say cheese!"


**


Deeva, Inne, dan Anggie sibuk merekam suasana saat ini, berbekal handycam dan ponsel canggih masing-masing. Ternyata para Ibu pun masih ingin terlihat eksis. Tidak inign kalah dengan anak-anak mereka.

Tetapi tiba-tiba, splashhhh!

Lampu taman seketika mati, menimbulkan suasana gelap yang temaram. Namun sesudahnya, terlihatlah cahaya kekuningan yang berasal dari lampion yang perlahan sudah diterbangkan. Maka terdengarlah teriakan para wanita yang mengatakan kalau semua itu...

....Amazing!

"Om Agam, fotoin aku sendiri dong," pinta Audie dengan tangan sibuk menariki ujung kemeja yang dipakai Agam. Setelah mengabadikan seluruh lampion yang terlihat sangat cantik di kegelapan malam, barulah pria itu mengabulkan permintaan anak dari sahabatnya.

"Udah? Oke satu...dua..say cheese!"

"Yeay!" pekik Audie saat melihat hasil dari foto tersebut. "Foto sekeluarga dong, Om." Belum sempat Agam menjawab, Audie sudah melesat pergi dan kembali dengan membawa Deeva, Jovan, dan Augie di sisi tubuhnya.

"Kak, anak kamu," bisik Deeva di telinga Jovan.

Jovan menoleh, mengecup bibir sang istri sekilas. "Anak kita," ralatnya. Wajah Deeva memerah, selalu seperti ini ketika bermesraan di depan orang banyak. Kebiasaan yang tidak pernah berubah dan tentu saja Jovan suka akan hal itu. Perlahan, tangan besar Jovan menarik dagu Deeva agar menatap matanya. "Love you, Princess Kodok," sesudah berkata seperti itu, wajah Jovan mendekat dan melumat pelan bibir Deeva yang selalu menggiurkan baginya. Setiap bibir itu bergerak, rasanya Jovan ingin menciumnya. Tidak pernah dan tidak akan pernah bosan.

"Errr, Ma, Pa, aku belum 18 tahun." ucap Augie yang sudah tidak tahan dengan kemesraan orangtuanya yang tidak mengenal tempat. Sementara Audie memandang ke seluruh penjuru taman yang kini terlihat sangat cantik dengan cahaya kekuningan yang perlahan melayang di ketinggian.

Sontak, Deeva menjauhkan wajahnya dan mencubit perut Jovan hingga pria itu mengaduh pelan.

"Udah, bro?" ledek Agam. "Karma berlaku ternyata," sambungnya ketika mengingat dulu ia mencium bibir Inne di depan Jovan. Dan malam ini, seolah keadaan berbalik. "Yaudah, atur posisi,"

Mendengar itu, Audie pun segera memposisikan diri di samping Augie, sementara Deeva berdiri di belakang dengan Jovan yang merangkul bahunya. Agam mengacungkan jempolnya ketika melihat pose mereka yang sangat pas. Tangan Audie menggamit lengan Augie yang kini menatap lensa kamera dengan senyum dipaksakan.

Dan untuk ketiga kalinya, Agam berteriak;

"Satu...dua...tiga....say cheese!"


TAMAT


*


Fyuuuhhhh....akhirnya selesai juga. Berasa dikejar hutang selama ini wkakakka dan sekarang lunas! horeeee! Sori jelek atau ga nyambung, ini juga ga diedit dulu hoho

Btw, ini part terpanjang yg pernah aku buat, 2k words yay

Ohiya smpe lupa, HAPPY NEW YEAR! baru tgl 2 masih tahun baru kan ya? Semoga tahun ini lebih baik dari tahun sbelumnya, aaamiiiin.....

ps. cek work aku ya ada cerita baru 'lollipop love'...tengkyuuuu




















Continue Reading

You'll Also Like

5M 921K 50
was #1 in angst [part 22-end privated] ❝masih berpikir jaemin vakum karena cedera? you are totally wrong.❞▫not an au Started on August 19th 2017 #4 1...
55.1M 4.2M 58
Selamat membaca cerita SEPTIHAN: Septian Aidan Nugroho & Jihan Halana BAGIAN Ravispa II Spin Off Novel Galaksi | A Story Teen Fiction by PoppiPertiwi...
15.8M 991K 35
- Devinisi jagain jodoh sendiri - "Gue kira jagain bocil biasa, eh ternyata jagain jodoh sendiri. Ternyata gini rasanya jagain jodoh sendiri, seru ju...
754K 69.1K 50
{Rilis in :1 February 2021} [Fantasy Vampire series] Ivylina terjebak di sebuah Museum kuno di negara Rumania dan terkunci di kamar yang penuh dengan...