Pejuang Sepertiga Malam

Oleh Dy_Nana07

36.8K 1.8K 138

💫[SEQUEL ADAM AJARI AKU HIJRAH]💫 Melangitkan untaian do'a untuk kembalinya separuh raga dan jiwa, hanya ter... Lebih Banyak

PEMBUKAAN
PROLOG
||PSM 01||
||PSM 02||
||PSM 03||
||PSM 04||
||PSM 05||
||PSM 06||
||PSM 07||
||PSM 08||
||PSM 09||
||PSM 10||
||PSM 11||
||PSM 12||
||PSM 13||
||PSM 14||
||PSM 15||
||PSM 16||
||PSM 17||
||PSM 18||
||PSM 19||
||PSM 20||
||PSM 21||
||PSM 22||
||PSM 24||
||PSM 25||
||PSM 26||
||PSM 27||
||PSM 28||
||PSM 29||
||PSM 30||
||PSM 31||
||PSM 32||
||PSM 33||
||PSM 34||

||PSM 23||

617 34 4
Oleh Dy_Nana07

“Sulitnya berdamai dengan keadaan, karena adanya rasa yang tak bisa ditahan. Rasa itu hadir, ketika kita tak sengaja saling bertatapan.”

—Laila Zahratusya'ban

Tujuh hari berlalu begitu cepat. Hari ini dimana jadwal Asya terapi berjalan, dibantu oleh Dokter spesialis saraf dalam, membuat Asya berkembang dari kelumpuhan.

Tiga hari berturut-turut Asya sudah bisa berjalan dengan normal, meski sering kali di bantu oleh Adam sebagai pegangan. Namun begitu, Adam tetap bersyukur. Karena ikhtiar dan do'a keduanya kini membuahkan hasil yang memuaskan.

“Alhamdulillah, Mbak Asya sekarang sudah bisa berjalan lagi. Tapi saya tetap kasih saran, agar jangan terlalu banyak bergerak. InsyaAllah besok kita akan menjadikan pelunakan tulang, agar betis Mbak Asya semakin kuat saat digerakkan.” Dokter Hilya tersenyum puas. Kegigihannya dalam menyembuhkan kelumpuhan yang Asya alami kini membuahkan hasil, yang tentunya membuat Asya bahagia dan bersyukur.

“Alhamdulillah. MasyaAllah, terima kasih, Dokter Hilya,” ucap Asya meteskan air matanya terharu.

Adam memeluk Asya dari samping. “Alhamdulillah... yaa Allah, terima kasih. Berkat engkau, istri saya bisa berjalan kembali.”

“Sekarang kamu tidak perlu membutuhkan kursi roda ini,” ujar Adam menggeserkan kursi roda Asya.

Tatapan Asya berubah murung. “Ih! Dam! Aku gak mau. Aku belum bisa jalan jauh, cuma bisa jalan lima langkah sepuluh langkah.”

“Kan ada saya, Sya. Nanti saya tuntun kamu jalan,” kata Adam mengusap puncak kepala Asya.

Dokter Hilya tersenyum melihat keromantisan keduanya. “Benar kata Pak Adam, Mbak. Sepertinya Mbak Asya tidak perlu lagi memakai kursi roda. Karena saya yakin, suami Mbak bisa menuntun Mbak untuk bisa berjalan. Anggap aja latihan, Mbak.”

Setelah menimbang-nimbang. Akhirnya Asya pun mengangguk, menyetujui. Setelahnya mereka bangkit, berniat pamit.

“Waktunya sudah cukup, saya dan Asya pamit pulang, Dok. Sekali lagi, terima kasih atas bantuannya, maaf semingguan ini kami banyak merepotkan Dokter.”

Dokter Hilya menganggukkan kepalanya.  “Sudah menjadi kewajiban saya untuk merawat Mbak Asya. Dan lagi, saya tidak merasa di repotkan sama sekali. Saya senang bisa membantu Mbak Asya berjalan.”

Tatapannya beralih kepada Asya. “Lekas sembuh ya, Mbak. Semangat!”

Asya tersenyum, memeluk Dokter Hilya terharu. “Makasih, Dok.”

Senyuman Dokter Hilya tidak pernah pudar. Tangannya terangkat, mengusap punggung Asya yang dibaluti oleh baju, serta kerudung panjang menutup auratnya.

“Sama-sama, Mbak.”

***

Usai pulang dari rumah sakit, Adam berniat mampir ke super market untuk membeli bahan makanan bulanan. Sejenak ia melirik Asya yang terlihat letih, lantaran bersemangat latihan berjalan.

Adam terkekeh, menggenggam tangan Asya meminta izin. “Saya mau belanja bahan-bahan makanan buat di rumah. Kamu mau ikut? Atau mau istirahat di mobil?”

Asya terdiam sejenak. “Nunggu disini aja, Dam. Tapi kamu jangan lama-lama, ya.”

“Iya, gak lama, kok. Cuma beli bahan sama stok cemilan si kembar,” ucap Adam tersenyum lembut kepada Asya.

“Hmm.”

Adam membuka pintu mobilnya. Ketika hendak melangkah, tiba-tiba Asya mencekal lengannya. “Adam!”

“Iya, kenapa?” tanya Adam membalikkan badannya.

Tangan mungil Asya terulur. “Pinjem handphone.”

Adam tersenyum melihat tingkah lucu Asya. Dengan cepat pria itu memberikan benda persegi panjang itu kepada Asya.

“Boleh. Saya ke dalam dulu, Sya. Kamu tunggu disini sebentar, ya.”

“Iya!” sahut Asya sedikit berteriak lantaran Adam langsung berjalan memasuki super market.

Asya sibuk memainkan handphone Adam. Sedangkan pria itu dilanda keresahan karena bingung mau membeli apa saja. Alhasil, apapun yang ia lihat, maka ia mengambilnya. Kecuali produk-produk yang sekiranya tidak ia butuhkan.

Ketika sudah selesai. Adam berjalan menuju kasir, berniat untuk membayar barang-barang belanjaannya. Namun sebelum itu, ia melihat pertengkaran antara kasir dan seorang pembeli yang berpakaian syar'i.

Perempuan itu seperti kebingungan, terlihat dari gerak-geriknya yang sibuk mencari sesuatu di dalam tas hitamnya.

“Mbak. Maaf, bisa geser sedikit. Saya mau membayar belanjaan saya.”

Perempuan itu mendongak.

Deg!

“Pak Adam?!”

“L-laila?”

Laila langsung menundukkan kepalanya, begitupun dengan Adam yang langsung menepis rasa terkejutnya ketika berpandangan beberapa detik dengan Laila.

“Maaf, Mbak. Totalnya berapa?” tanya Adam kepada kasir yang menjaga.

“Totalnya tujuh ratus lima puluh empat ribu, Pak. Ada yang mau ditambahkan Pak?”

“Sudah, itu saja.”

Adam mengambil dompetnya, memberikan beberapa lembar uang kepada Mbak-mbak kasir tersebut.

Tidak lama kemudian Mbak kasir itu menoleh ke arah Laila. “Jadi bagaimana, Mbak? Apa uangnya sudah ada?”

Laila menggeleng. “Sepertinya aku salah bawa dompet, Mbak. Maaf, untuk sabunnya tidak jadi saya beli. Yang jadi saya beli terigu sama gula aja, Mbak.”

Adam yang mendengar ucapan Laila pun mengernyit. Melihat pergerakan Mbak kasir yang hendak menurunkan beberapa sabun yang telah Laila masukkan ke dalam keranjang.

“Tidak perlu, Mbak. Masukkan saja ke dalam kresek. Saya yang akan membayarnya,” tahan Adam membuat Laila tercengang.

“Pak—”

“Sudah. Anggap saja itu rezeki kamu hari ini.”

Setelah membayar, Adam bergegas pergi. Laila yang terdiam membisu pun bersuara sedikit keras. “Nanti saya bayar!”

“Tidak perlu!” sahut Adam yang sudah berjalan menuju parkiran.

“Ehhh, ini kembalian Mas nya gimana, Mbak?”

Laila nengerjap-ngerjapkan matanya polos. “Uangnya kelebihan, Mbak?”

“Iya. Lebih banget ini, kembaliannya tujuh puluh ribu.”

Laila menghela napas panjang. “Masukkan aja ke kotak amal, Mbak.”

“Loh, gak dititip ke Mbak aja?”

Laila menggeleng. “Gak usah, Mbak. Oh iya, total belanjaan saya sama kembalian Mas-mas yang tadi berapa, Mbak?”

“Semuanya lima ratus tujuh puluh sembilan, Mbak.”

“O-oke. Makasih ya, Mbak.”

Penjaga kasir itu mengangguk. “Sama-sama, Mbak.”

Laila tersenyum dibalik cadarnya, mengambil barang belanjaannya dan langsung keluar dengan jantung berdetak kencang.

“Yaa Allah, kenapa pas aku bertatapan dengan Pak Adam, jantung aku tiba-tiba deg-degan?” batin Laila bertanya-tanya.

---TBC---

LANJUT?

BISA TEBAK GAK? LAILA KENAPA DEG-DEGAN KALAU DI DEKAT ADAM?? 🤔

Lanjutkan Membaca

Kamu Akan Menyukai Ini

1.5K 107 10
"Setiap perbuatan yang tidak dimulai dengan membaca Bismillah... Ibarat binatang yang putus ekornya" Maksudnya kurang baik dan sempuran... Ayooo all...
8.6K 326 32
Gadis yang suka di banding-bandingin oleh ayah nya, setiap hari harus mendengarkan Ayah nya berbicara yang menyakiti hati nya. Astra tetap sabar dan...
7.6K 472 8
Pertemuan Fatimah Khalisa Putri dan Raden Aksara Putra Agung Dhiafakhri tidak pernah ada dalam kamus hidup mereka. Namun takdir mempertemukan dua ins...
35.5K 2.1K 26
{DIUSAHAKAN FOLLOW SEBELUM BACA} FOLLOW JAN LUPA OKEE, FOLLOW DULU BARU BACA!!! Jangan lupa vote yang banyak ya sama usahakan follow terlebih dahulu...