Attakai Café

Oleh dianisfha_

2K 503 129

(On-going/slow update) Local Fanfiction - Short Chapter Cast : Hoshi, Sunghoon, Yerin, Chaehyun Romance | Da... Lebih Banyak

OPEN
Trailer Attakai Café
01. The Owner
02. Best Partner
03. Pangeran Pencuci Piring
04. Part Time Girl
05. Attakai Café
06. Kucing oren VS buaya darat
07. Ah... hubungan yang rumit
08. A slice of pizza
09. Habit
10. Weekend
11. Sean's behavior
12. Salah tingkah
13. Salah tingkah pt.2
14. Urusan laki-laki
15. Too curious
16. Curiga
17. Poor Sean
18. Ketulusan
19. Sugar for coffee
20. Dih, ada mantan
21. Trik Dean : 'ayo, jangan ditiru!'
22. Misi Sean : 'mari berbaikan'
24. Bercanda?
25. Gara-gara Sean
26. Teman pertama
27. Reality
28. Healing
29. Rencana Baru
30. Misi Sean : 'mencari jawaban'
31. Jawaban
32. Kejujuran yang tertahan
33. Keputusan Dean
34. Sandaran ternyaman
35. Kebahagiaan yang adil
36. Bukan Candaan

23. Misi Sean : 'membentuk aliansi'

53 12 3
Oleh dianisfha_

Amaya menikmati semilir angin malam dengan ditemani oleh Sean. Sean yang notabenenya sudah bisa menyetir dengan stabil motor keramat Galih ini, sehingga Amaya pun tidak perlu sepanik sebelumnya.

Karena jam sudah menunjukkan pukul sepuluh malam, alhasil jalanan tidak sepadat biasanya. Jalanan lebih longgar dan Amaya bisa mendengar jelas suara deru mesin motor Galih ini yang tidak seberisik motor sport pada umumnya.

Pokoknya suasana didetik ini benar-benar senyaman itu untuk Amaya. Sampai-sampai Amaya harus terserang kantuk berat. Bahkan beberapa kali ia hampir terlelap dan tanpa sadar kepalanya jatuh ke punggung Sean. Meskipun setelah dia kembali tersadar dia langsung menegakkan posisinya dan menggelengkan kepalanya beberapa kali, berusaha membuat kantuknya hilang.

Amaya refleks menoleh ke arah Sean yang tiba-tiba saja menghentikan motornya di depan sebuah gerobak yang mangkal di tepi jalan, bersama beberapa gerobak lainnya yang menjual nasi goreng, dan ada juga yang menjual pecel lele.

Sean menolehkan kepalanya ke belakang, ke arah Amaya yang dia sadari sejak tadi berusaha menahan kantuknya. Makannya dia pun berinisiatif berhenti di sini.

"Mau itu nggak?" Katanya sembari menunjuk ke arah gerobak yang paling dekat dengannya.

Amaya mengikuti arah tunjuk Sean yang mengarah pada gerobak angkringan. Di dekat gerobak tersebut pun digelar tikar yang umumnya digunakan untuk para pelanggan.

"Angkringan tuh jualan apa Sen?"

"Jih!" Sean berdecih sinis. Jujur dia agak kecewa karena ternyata Amaya tidak tahu apa saja yang dijual di angkringan. Padahal ini adalah tempat favoritnya anak muda dan bapak-bapak ketika di malam hari. Jelas saja lebih receh ketimbang di kafe, AC-nya pun menggunakan angin malam. Tapi tidak kalah nyamannya kok dengan kafe.

"Turun turun, gue jajanin dah" katanya meminta Amaya turun. Bahkan memaksanya.

Amaya pun langsung turun dari motor tersebut lalu merapikan rambutnya yang agak berantakan. Manik matanya sibuk melihat Sean yang sedang memarkirkan dengan rapi motor keramat Galih. Sebisa mungkin posisi motor tersebut aman sentosa, dan minim kemungkinan akan ditabrak kendaraan lain. Bisa mengamuk Galih kalau motornya ini lecet barang sedikit saja.

Selesai dengan urusan motor, Sean pun langsung mengajak Amaya duduk di atas tikar yang belum diisi oleh pengunjung lain. Agar enak mojoknya---eh Sean tidak seperti itu saudara-saudara, maksudnya agar luas saja tempat mereka untuk duduk. Tolong jangan meniru hal-hal negatif seperti itu ya.

Sean memesankan dua gelas susu jahe hangat pada penjual tersebut dan tempe mendoan yang baru digoreng. Urusan nyambung atau tidak dengan minuman yang mereka pesan sih urusan belakangan. Yang penting kenyang saja dulu.

Setelah itu Sean duduk di sisi Amaya sembari membawa sepiring tempe mendoan itu. "Nih makan Ay" katanya pada Amaya.

Amaya mengangguk sekilas, namun ia lebih memilih untuk sibuk kembali menatap ke sekeliling, melihat suasana di sekitar tempat ini yang sedikit berisik dengan suara lalu lalang kendaraan namun terasa sehangat itu. Meskipun tempat ini sederhana, tapi Amaya merasa begitu nyaman ada di sini. Dia juga tidak perlu takut terjadi sesuatu padanya karena ada Sean di sampingnya. Ya, Sean pasti akan menjaganya kan?

Amaya menoleh ke arah Sean yang mengambil tempe yang masih mengepulkan asap tipis-tipis itu dari piring, kemudian menggigitnya.

Sadar diperhatikan oleh Amaya, Sean refleks melirik Amaya, "Ap--eh! Huh hah huh hah panas euy" pekik Sean, refleks menjatuhkan tempe tersebut ke atas tikar. Lalu Tanpa berpikir dua kali, dia langsung mengambil tempe tersebut dan meniupnya sekilas sebelum memakannya sembari menahan panas.

Amaya terkekeh pelan melihat tingkah Sean yang selalu saja sekocak ini. Untung tertolong dengan wajah tampannya.

"Permisi Mas, Mbak, susu jahenya" ucap seorang pria sembari membawa dua gelas kaca berisikan susu jahe ke hadapan Sean dan Amaya.

"Makasih Mas" ucap Amaya dengan ramah. Dia pun langsung mengambil gelas tersebut lalu meniupnya dengan sabar sebelum menyeruputnya sedikit demi sedikit. Ah, sangat menyegarkan badannya yang semula kelelahan dan diliputi rasa kantuk.

"Suka?" Tanya Sean pada Amaya.

Amaya menganggukkan kepalanya dengan tegas, "ini pertama kalinya gue datang ke tempat kaya gini. Gue seneng" ujar Amaya yang dibalas anggukan senang Sean. Amaya tidak berbohong akan hal tersebut. Amaya kan berasal dari orang berada, meskipun dia hidup sederhana tapi Amaya tidak pernah sekalipun datang ke angkringan atau gerobak-gerobak penjual di pinggir jalan ketika malam hari begini. Baginya, ini adalah pengalaman yang mengasyikkan. Meskipun lucu juga rasanya karena Sean lah yang memberikan pengalaman seperti ini untuk dirinya.

Amaya menaruh gelasnya ke atas tikar, lalu mengambil sebuah tempe mendoan untuk dia cicipi.

"Ay"

Amaya menoleh ke arah Sean, dengan bibirnya yang sibuk meniup tempe itu sebelum dia makan nantinya.

"Maaf soal kemarin. Jangan marah lagi ya"

Amaya berhenti meniup tempe tersebut. Dia terpaku pada wajah Sean yang mengatakan kalimat tersebut dengan serius. Jujur saja, Amaya bahkan tidak tahu kalau Sean sadar bahwa tindakannya tempo lalu berhasil membuatnya marah padanya. Dia pikir Sean tidak sepeka itu, dan tidak seperduli itu dengan perasaannya setelah dia dijadikan bahan kebohongannya di depan mantannya itu.

Sean melirik ke arah Amaya yang total terdiam. Dia sempat meringis pelan sebelum kembali berucap, "gue nggak bermaksud permainin lo. Kemarin Claudia keterlaluan ngejekin gue. Jadi gue refleks aja bela diri. Gue tau sih apa yang gue lakuin nggak bener sama sekali. Tapi gue pengen Claudia tau kalau sekarang gue terima keadaan gue yang bukan dari keluarga berada, gue pengen dia tau kalau gue bahagia sama keadaan gue dan hidup gue. Gue bahkan bangga jadi bagian dari kafe kecil yang Mas Dean bangun demi gue"

Perlahan, Sean menundukkan kepalanya ke bawah. Tidak sanggup menatap wajah Amaya yang entah akan menunjukkan respon apa setelah mendengar segala isi hatinya akan kejadian tempo lalu. Malu saja rasanya karena telah sejujur itu pada Amaya.

Hingga usapan yang dia rasakan di lututnya berhasil membuat Sean mendongakkan kepalanya dalam tempo cepat. Alih-alih raut ejekan dan sejenisnya, Amaya justru tersenyum tulus di sana.

"Gue maafin lo"

Sean membulatkan matanya terkejut bukan main, "serius Ay? Gue dimaafin nih?"

Amaya menganggukkan kepalanya sekali seraya melemparkan senyuman manisnya.

Sean membuka mulutnya lebar-lebar, kelihatan antusias sekaligus tidak percaya. Bahkan saking tidak percayanya dia sampai menangkup wajah Amaya, "Yang bener Ay?"

Amaya mengerutkan keningnya dalam-dalam saat tangan berminyak itu menyentuh pipinya. Refleks Amaya pun mendorong tangan Sean sampai Sean terjengkang ke belakang. "Iya Sean iya. Bawel ya lo" pekiknya emosi. Kemudian Amaya mengambil beberapa lembar tisu yang disediakan penjual, dan mengelap pipinya dengan tisu tersebut.

Sean kembali pada posisi bersilanya sembari cengengesan lebar. "Nah Ay kalau udah damai begini, bisa dong kita bikin aliansi" katanya seraya menaikturunkan kedua alisnya.

Amaya melirik Sean dengan tatapan tidak pahamnya, "aliansi apaan?"

Sean merubah posisinya menjadi berlutut dengan kedua tangannya yang bertumpu pada lantai. Sengaja mengikis jarak diantaranya dan Amaya. "Aliansi buat cari tau alasan Mas Dean nggak pernah ngajakin Kak Rin pacaran" katanya dengan raut muka seriusnya.

Amaya mengerutkan keningnya dalam-dalam mendengar rencana Sean tersebut. Padahal dulu saat Amaya membahas soal hubungan Rin dan Dean, Sean itu kelihatan acuh. Kenapa juga sekarang dia jadi sekepo ini dengan hubungan keduanya. "Mendadak banget" gumamnya.

"Ya habisnya akhir-akhir ini gue menyadari kalau perhatiannya Mas Dean ke Kak Rin agak beda"

"Kemana aja lo selama ini hey?!" Pekik Amaya dengan sinis. Bisa-bisanya Sean yang sudah lebih lama ada diantara hubungan Dean dan Rin baru menyadarinya sekarang. Kemana saja Sean selama ini?!

Sean terkekeh pelan, "ya maaf Ay. Gue kirain kan Mas Dean anggep Kak Rin adek aja. Eh nggak taunya dia berani cium Kak Rin"

"Ha?!" Pekik Amaya sembari menutup mulutnya yang terbuka lebar dengan telapak tangannya saking terkejutnya. "Sumpah Sen?" Tanya Amaya memastikan, yang dibalas anggukan tegas Sean.

"Mas Dean sendiri yang cerita"

Amaya menjentikkan jarinya di depan wajah Sean, "fix itumah fix. Mas Dean suka sama Kak Rin!" Katanya dengan tegas dan mendadak ikut merasa antusias dengan pembahasan ini.

Sean menganggukkan kepalanya beberapa kali meskipun dia agak ragu juga sih. "Kak Rin juga kata gue sih suka. Ya minimal udah adalah geter-geter dihatinya buat Mas Dean. Comblangin aja apa yak?!" Tanya Sean ikut antusias begini. Sebagai adik sih Sean oke oke saja kalau Rin menjadi pendamping kakaknya mengingat Rin itu manusia paling sabar dalam hal menghadapi Dean. Pun Rin juga cukup cekatan mengurus pekerjaan rumah tangga dan yang paling penting tidak seberisik Amaya. Cocok jadi kakak ipar, pokoknya cocok!

Amaya menganggukkan kepalanya dengan tegas, "ayo ayo! Kita pastiin dulu perasaan mereka, pas dapet-dapet sinyal yang satu frekuensi, kita sambungin sampe klop" kata Amaya sembari mengaitkan kedua jari telunjuknya satu sama lain, mengisyaratkan tersambungnya hubungan keduanya sampai klop.

Sean menjentikkan jarinya puas, "cakep! Berarti lo mau nih gabung sama aliansi gue?"

Amaya menganggukkan kepalanya dengan tegas sembari tersenyum lebar. Inilah yang sejak dulu dia inginkan. Karena Amaya gemas sekali dengan hubungan dari bos dan seniornya itu. Ingin langsung dijadikan saja sebagai sepasang kekasih. Pasti mereka berdua cocok sekali.

Sean menganggukkan kepalanya puas, "bagus bagus. Tos dulu" katanya sembari mengangkat telapak tangannya ke udara.

Amaya pun langsung menyambutnya dengan melakukan tos dengan Sean. Lalu mereka saling melemparkan senyuman penuh artinya.

Duh, tidak sabar rasanya untuk memulai misi mereka.

Dengan ini, mari kita kawal Dean dan Rin menuju official heheww...






Tbc...

^^

Sumpah enak banget nulis short chap. Sekali nulis cuma kudu direvisi trus udah bisa langsung up, nggak perlu ngumpulin sampe ribuan kata dulu biar panjang 😅😭

.
.
.

22/04/2024 (20:42)
-dnf-

Lanjutkan Membaca

Kamu Akan Menyukai Ini

8.3K 966 32
Setelah runtuhnya renzim Voldemort dan para pengikutnya, para penyihir kembali membangun dunia sihir yang aman dan tentram. Hermione kembali ke Hogw...
192K 15.6K 43
Antares tidak menyangka bahwa kehilangan sang bunda akan membawanya pada duka yang mendalam. Kecelakaan lalu lintas yang terjadi tepat di depan matan...
27.7K 2.8K 33
Sumire pikir ketahanan hatinya tidak akan runtuh melihat kepulangan seseorang yang telah menghancurkan hatinya sejak lama. Namun ternyata, semakin d...
1M 63.2K 36
Delissa Lois adalah seorang gadis cantik yang terkenal barbar, suka mencari perhatian para abang kelas, centil, dan orangnya kepo. tapi meskipun begi...